Taufik Ismail : Setelah 68 Tahun Kita Merdeka
Pada
hari ini kita kenang 68 tahun yang silam
Ketika
bung Karno dan bung Hatta menyatakan ke seluruh dunia
Bahwa
bangsa kita telah merdeka
Bahwa
kepulauan nusantara terbentang di katulistiwa
Meliputi
3 zona waktu dunia, 17ribu pulau-pulaunya, 60juta manusianya
Kini
telah merdeka
Tentu
saja yang tidak bisa menerima adalah para penjajah lama
Mereka
berbondong-bondong lagi, kembali kesini
Sesudah
babak belur perang dunia di Eropa mengiring pasukan mereka, bersenjata
Betapa
congkak dan serakahnya mereka menduduki kota-kota,
ingin
mengulangi lagi kolonialisme yang lama, dengan serakah
Ingin
mengulangi meraup kekayaan bumi kita ribuan juta gulden jumlahnya
sehingga
negeri sekecil itu jadi luar biasa kaya di dunia
Terjadilah
revolusi kemerdekaan dimulai tahun 45
Dari
barat sampai ke timur di perjuangkan kemerdekaan
Mereka
yang dewasa bergabung dalam laskar-laskar
yang
muda-muda dalam tentara pelajar
dengan
gagah berani mereka berjuang di medan pertempuran
dan
berapa banyak anak bangsa berguguran
Pesawat
terbang dunia mereka
membom
Yogyakarta, Bukit Tinggi dan Lubuk Linggau
Kita
tidak bisa membalas membom Denhaag, Amsterdam dan Rotterdam
Tapi
akhirnya dunia yang tidak bisa menerima kembalinya penjajahan
Mengakui
sepenuhnya bagi Indonesia kemerdekaan
Tetapi
kini sesudah 68 tahun
Betapa
berbedanya kini betul jaman
Kita
hidup di sebuah jaman ketika uang di puja-puja sebagai Tuhan
Dengan
uang hubungan antar manusia diukur dan ditentukan
Ketika
mobil, tanah, deposito, relasi, dan kepangkatan
Ketika
politik, ideologi dan kekuasaan disembah sebagai Tuhan
Ketika
dominasi materi menggantikan Tuhan
Sehingga
negeri ini tak jelas lagi batas antara halal dan haram
Seperti
membedakan warna benang putih dan benang warna hitam
di
hutan gelap jam satu malam
Ketika
17 dari 33 gubernur jadi tersangka, 52% banyaknya
Ketika
147 dari 473 bupati dan walikota tersangka, 36% jumlahnya
Ketika
27 dari 50 anggota komisi anggaran DPR ditahan, 62% angkanya
Ketika
uang kini dipuja, dipertuhankan, ditinggikan sebagai berhala
Sehingga
kita calon kuat juara korupsi olimpiade dunia
Sesudah
68 tahun merdeka
Perilaku
bangsa mulai berubah
Sedikit-sedikit
tersinggung, teracung kepalan dan marah-marah
Lalu
merusak, membakar dan menumpahkan darah,
menggoyang-goyang
pagar besi hingga rebah,
berteriak
dengan kata-kata sumpah serapah,
hati
meradang, suara serak, mata pun merah
Sungguh
sirna citra bangsa yang ramah tamah
Keberingasan
menggantikan senyum yang habis sudah
Ucapan
keji mengganti kosakata yang lembut dan lemah
Sesudah
68 tahun merdeka
Perhanyutan-perhanyutan
nilai-nilai luhur yang luar biasa tingginya
Nilai
keimanan, kejujuran, rasa malu,
kerja
keras, tenggang rasa, pengorbanan, tanggung jawab,
ketertiban,
pengendalian diri,
adu
mulut, main intrik, jegal-menjegal, fitnah-memfitnah,
tipu-menipu,
suap-menyuap, dusta-berdusta, sangat biasa
Di
tingkat eksekutif, legislatif dan yudikatif
Semuanya
remuk berkeping-keping karakter mulia bangsa
Saudaraku,
masih
adakah harapan kita sebagai bangsa,
hening
lama,tidak ada suara,
Tapi
akhirnya.. ajaib
Aku
lihat tampak ada cahaya
Ada
seberkas kecil cahaya yang memancar keluar
dan
rasanya semakin membesar
Ada
bahagian tak tampak dari wajah bangsa
Dia
tak banyak disebut di koran, sosok yang tak tampak di media masa
Tapi
dia tetap bekerja keras melakukan tugasnya
Dia
adalah petani-petani di desa yang mensubsidi harga nasi orang kota
Buruh
yang bergaji rendah tapi tetap saja bekerja
Guru-guru
yang mengajarkan ilmu dengan sangat setia
Birokrat
yang bersih tak sudi diperciki oleh noda
Penegak
hukum yang masih rapih nuraninya
Melarat
sangat hidupnya, tapi ingat, dia sangat bersahaja
Negeri
kita disayangi Tuhan adalah karena mereka
Terkabulnya
doa dari rakyat yang melarat yang tak tampak wajahnya
Doa
orang sakit yang terbaring di pemukiman sederhana
Ditolak
di hospital karena tak kuat membayarnya
Doa
dari 10juta anak Indonesia yang ingin bersekolah juga tapi tidak ada uang
untuk
masuk sekolah bagi mereka
Doa
20juta penganggur yang merindukan lapangan kerja
Semua
mendambakan kesehatan,
terhindar
di kecelakaan di hari tua merdeka
Selanjutnya
kini semua kita bekerja keras, kerja keras, kerja keras,
Diiringi
khusyunya doa dari atas sampai ke bawah,
berpeluh
dalam kerja, menangis dalam doa
Semoga,
semoga Indonesia kita
tetap
disayangNya
selalu
dilindungi, selalu dilindungiNya
Puisi
ini di suarakan taufik Ismail pada tanggal 17 Agustus 2013.
SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta,
28 Oktober 1928
0 comments:
Post a Comment