9/5/15

TAUFIK ISMAIL SETELAH 68 TAHUN KITA MERDEKA

Taufik Ismail : Setelah 68 Tahun Kita Merdeka


Pada hari ini kita kenang 68 tahun yang silam
Ketika bung Karno dan bung Hatta menyatakan ke seluruh dunia
Bahwa bangsa kita telah merdeka
Bahwa kepulauan nusantara terbentang di katulistiwa
Meliputi 3 zona waktu dunia, 17ribu pulau-pulaunya, 60juta manusianya
Kini telah merdeka

Tentu saja yang tidak bisa menerima adalah para penjajah lama
Mereka berbondong-bondong lagi, kembali kesini
Sesudah babak belur perang dunia di Eropa mengiring pasukan mereka, bersenjata

Betapa congkak dan serakahnya mereka menduduki kota-kota,
ingin mengulangi lagi kolonialisme yang lama, dengan serakah
Ingin mengulangi meraup kekayaan bumi kita ribuan juta gulden jumlahnya
sehingga negeri sekecil itu jadi luar biasa kaya di dunia
Terjadilah revolusi kemerdekaan dimulai tahun 45
Dari barat sampai ke timur di perjuangkan kemerdekaan
Mereka yang dewasa bergabung dalam laskar-laskar
yang muda-muda dalam tentara pelajar
dengan gagah berani mereka berjuang di medan pertempuran
dan berapa banyak anak bangsa berguguran

Pesawat terbang dunia mereka
membom Yogyakarta, Bukit Tinggi dan Lubuk Linggau
Kita tidak bisa membalas membom Denhaag, Amsterdam dan Rotterdam
Tapi akhirnya dunia yang tidak bisa menerima kembalinya penjajahan
Mengakui sepenuhnya bagi Indonesia kemerdekaan

Tetapi kini sesudah 68 tahun
Betapa berbedanya kini betul jaman
Kita hidup di sebuah  jaman ketika uang di puja-puja sebagai Tuhan
Dengan uang hubungan antar manusia diukur dan ditentukan
Ketika mobil, tanah, deposito, relasi, dan kepangkatan
Ketika politik, ideologi dan kekuasaan disembah sebagai Tuhan
Ketika dominasi materi menggantikan Tuhan
Sehingga negeri ini tak jelas lagi batas antara halal dan haram
Seperti membedakan warna benang putih dan benang warna hitam
di hutan gelap jam satu malam

Ketika 17 dari 33 gubernur jadi tersangka, 52% banyaknya
Ketika 147 dari 473 bupati dan walikota tersangka, 36% jumlahnya
Ketika 27 dari 50 anggota komisi anggaran DPR ditahan, 62% angkanya
Ketika uang kini dipuja, dipertuhankan, ditinggikan sebagai berhala
Sehingga kita calon kuat juara korupsi olimpiade dunia

Sesudah 68 tahun merdeka
Perilaku bangsa mulai berubah
Sedikit-sedikit tersinggung, teracung kepalan dan marah-marah
Lalu merusak, membakar dan menumpahkan darah,
menggoyang-goyang pagar besi hingga rebah,
berteriak dengan kata-kata sumpah serapah,
hati meradang, suara serak, mata pun merah
Sungguh sirna citra bangsa yang ramah tamah
Keberingasan menggantikan senyum yang habis sudah
Ucapan keji mengganti kosakata yang lembut dan lemah

Sesudah 68 tahun merdeka
Perhanyutan-perhanyutan  nilai-nilai luhur yang luar biasa tingginya
Nilai keimanan, kejujuran, rasa malu,
kerja keras, tenggang rasa, pengorbanan, tanggung jawab,
ketertiban, pengendalian diri,
adu mulut, main intrik, jegal-menjegal, fitnah-memfitnah,
tipu-menipu, suap-menyuap, dusta-berdusta, sangat biasa
Di tingkat eksekutif, legislatif dan yudikatif
Semuanya remuk berkeping-keping karakter mulia bangsa

Saudaraku,
masih adakah harapan kita sebagai bangsa,
hening lama,tidak ada suara,
Tapi akhirnya.. ajaib
Aku lihat tampak ada cahaya
Ada seberkas kecil cahaya yang memancar keluar
dan rasanya semakin membesar

Ada bahagian tak tampak dari wajah bangsa
Dia tak banyak disebut di koran, sosok yang tak tampak di media masa
Tapi dia tetap bekerja keras melakukan tugasnya
Dia adalah petani-petani di desa yang mensubsidi harga nasi orang kota
Buruh yang bergaji rendah tapi tetap saja bekerja
Guru-guru yang mengajarkan ilmu dengan sangat setia
Birokrat yang bersih tak sudi diperciki oleh noda
Penegak hukum yang masih rapih nuraninya
Melarat sangat hidupnya, tapi ingat, dia sangat bersahaja

Negeri kita disayangi Tuhan adalah karena mereka
Terkabulnya doa dari rakyat yang melarat yang tak tampak wajahnya
Doa orang sakit yang terbaring di pemukiman sederhana
Ditolak di hospital karena tak kuat membayarnya
Doa dari 10juta anak Indonesia yang ingin bersekolah juga tapi tidak ada uang
untuk masuk sekolah bagi mereka
Doa 20juta penganggur yang merindukan lapangan kerja
Semua mendambakan kesehatan,
terhindar di kecelakaan di hari tua merdeka
Selanjutnya kini semua kita bekerja keras, kerja keras, kerja keras,
Diiringi khusyunya doa dari atas sampai ke bawah,
berpeluh dalam kerja, menangis dalam doa
Semoga, semoga Indonesia kita
tetap disayangNya
selalu dilindungi, selalu dilindungiNya

Puisi ini di suarakan taufik Ismail pada tanggal 17 Agustus 2013.





SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928


0 comments:

Post a Comment

KOMISARIAT PERSIAPAN HMI AGROKOMPLEKS UGM
Powered by Blogger.

Recent Post

Total Pageviews

KOMISARIAT PERSIAPAN HMI AGROKOMPLEKS UGM