9/5/15

PERBANDINGAN KEBIJAKAN PUBLIK KETAHANAN PANGAN

ABSTRACT

          Indonesian and Indian are developing countries that have a significant interest in agriculture and have a population explosion which is the main problem. Their main agricultural commodities are a major influence on their economies. In addition to food stability is also an important concern to avoid causing the food crisis and dependence on food imports that could make a prolonged deficit. Therefore, governments need to intervention in the agricultural sector which is spearheading the national food security. Agriculture is an important sector in economic growth in developing countries such as Indonesia and India. Therefore the government's attention in the agricultural sector can not be released in an effort to boost economic growth.
          The exploition of people who could make a lot of trouble if cadanan enough food in this country would disrupt the stability of food and have a big impact issues such as hunger and food self-sufficiency. On the basis that governments of both countries have a concern terhada great food self-sufficiency and independence are very influential in the economy. Agriculture became the main commodities of developing countries such as Indonesia and India. So the issue of agriculture is very important for both countries.
          Materials that appeared in the government's efforts to increase agricultural productivity in ways that differ between countries. The next question is how policy implementation and effectiveness of policies for the agricultural sector of each country

Keyword
§ Agriculture policy
§ Economic growth
§ Public Policy









BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
          Indonesia dan India merupakan negara berkembang yang memiliki perhatian penting dalam bidang pertanian dan memiliki masalah utama yakni ledakan penduduk. Komoditas utama mereka adalah pertanian yang berpengaruh besar terhadap perekonomian mereka. Selain itu stabilitas pangan juga menjadi perhatian penting agar tidak menimbulkan krisis pangan dan ketergantungan pangan yang dapat menciptakan defisit impor berkepanjangan. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan intervensi terhadap sektor pertanian yang merupakan ujung tombak ketahanan pangan nasional. Pertanian merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia dan India. Maka dari itu perhatian pemerintah dalam sektor pertanian tidak dapat dilepaskan dalam upayanya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
          Orde baru telah memberikan kontribusi penting dalam membangun sektor pertanian nasional. Permasalahan pertanian menjadi sangat urgent selain karena kebutuhan pangan, mayoritas masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada kegiatan pertanian. Arah prioritas pembangunan dalam Pelita V dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1988, tetap diletakkan pada bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian dan industri. Dalam, sektor pertanian tujuan pembangunan dalam Pelita V salah satunya diarahkan untuk memantapkan swasembada pangan. Kebijakan-kebijakan pemerintah sangat berpengaruh pada peningkatan produktifitas petani dan pertumbuhan ekonomi beberapa diantaranya adalah diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian. Diversifikasi ditempatkan dalam urutan pertama dalam kebijakan-kebijakan lainnya. Pertumbuhan ekonomi juga meningkat secara tidak langsung yang merupakan efek dari peningkatan kesejahteraan rumah tangga petani dan penduduk desa. Kebijakan tersebut yang menyebabkan Presiden Soeharto masih dikagumi dan berbekas di hati masyarakat Indonesia khususnya warga desa
          Namun, yang disayangkan perkembangan sektor pertanian kita saat ini semakin memprihatinkan. Negara yang menjadi salah satu produsen beras terbesar di dunia kini harus melakukan impor beras dengan beberapa alasan. Kesejahteraan petani pun semakin jauh dari kata sejahtera. Apakah hal tersebut terjadi karena pemerintah yang semakin tidak memperhatikan sektor pertanian dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan semakin mengesampingkan permasalaham swasembada pangan.
          India cukup berhasil dalam melaksanakan pembangunan pertanian. Dr Subramaniam Nagarajan, mantan Direktur Lembaga Penelitian Pertanian India ketika berkunjung ke Universitas Pancasila Oktober tahun lalu menyatakan bahwa pada awalnya India sangat menggantungkan pangan mereka dari impor. Namun, kini India berhasil membangun kemandirian pangan di tengah permasalahan ledakan penduduknya. Pemerintah India menyadari permasalahan ledakan penduduk akan menimbulkan permasalahan baru yakni ketahanan dan stabilitas pangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan anggaran yang besar untuk pembangunan jaringan irigrasi dan juga pabrik pupuk murah agar memudahkan para petani. Selain itu pemerintahan India memperhatikan betul kualitas SDM dalam bidang pertanian dengan berbagai kebijakan seperti UU pendidikan pada tahun 1962, hasilnya dirasakan masyarakat India dengan kemajuan infrastuktur pertaniannya. Yang terpenting adalah India telah memecahkan permasalahan stabilitas dan kemandirian pangannya.
          Dalam paper ini yang ingin disoroti adalah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia dan India untuk mendorong produktivitas sektor pertanian agar mencapai swasembada pangan dan kesejahteraan pertani yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian merupakan sektor andalan yang sangat potensial bagi negara berkembang.

B. Rumusan Masalah
          Bagaimana kebijakan pemerintah kedua negara untuk mendorong peningkatan produktivitas pertanian guna menyelesaiakan permasalahan swasembada pangan dan kesejahteraan petani yang berdampak pada peningkat pertumbuhan ekonomi.

C. Landasan Teori
a)      Proses Implementasi Kebijakan (George C. Edwards)[1]: Salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Implementasi terkait dengan pelaksanaan kebijakan yang diteruskan oleh aparat-aparat “birokrat” kepada masyarakat. Variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik:
­  Komunikasi, dalam birokrasi atau implementator.
­  Sumber-sumber, yang digunakan sebagai alat atau modal untuk melaksanakan kebijakan.
­  Tendensi pelaksana, disebut juga sikap atau karakter pelaksana terhadap kebijakan dan kenyataan di lapangan.
­  Struktur birokrasi, susunan organisasi pelaksana.
­  Standard Operating Procedure (SOP), program turunan kebijakan dan mekanisme pelaksanaan.
­  Kondisi sistem politik, sosial, ekonomi, dan politik, segala situasi di dalam dan luar negeri yang menjadi pertimbangan implementator.

D. Hipotesis
     Indonesia dan India memiliki perhatian besar terhadap sektor pertanian sebagai komoditas utama dimana kedua negara merupakan negara berkembang. Namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan yang menjadikan implementasi dan dampak yang berbeda bagi kemajuan dua negara.



















BAB II
PEMBAHASAN


A. Peningkatan Produktivitas Pertanian melalui Intervensi Pemerintah Indonesia
          Pertanian menjadi komoditas yang sangat penting di negara berkembang termasuk Indonesia. Peluang dan tantangan selalu dihadapi Indonesia yang sangat bergantung dalam sektor pertanian. Tanah subur yang terbentang luas dan juga iklim tropis yang dimiliki Indonesia menjadi peluang bagi Indonesia, peluang tersebut dimanfaatkan masyarakat Indonesia khususnya desa untuk menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencaharian mereka. Sayangnya hal tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan skill pertanian dan teknologi pertanian yang memadai. Sehingga pilihan warga bertani terlihat seperti hanya karena tidak ada alternatif pekerjaan lain. Padahal Indonesia mengklaim pertanian sebagai komoditi utamanya, oleh karena itu sektor pertanian sangatlah penting.
          Disisi lain sektor pertanian juga mengalami beberapa hambatan dan tantangan internal maupun eksternal. Seperti kurangnya tenaga ahli dalam pertanian, kurangnya teknologi pertanian pra-panen dan pasca panen. Kesejahteraan petani yang semakin terpuruk juga menyebabkan para petani memilih untuk alih profesi. Tidak hanya itu, tantangan juga berasal dari luar dimana terjadi persaingan komoditi yang semakin meminggirkan para petani Indonesia yang menyebabkan terkikisnya kemandirian pangan kita karena masyarakat lebih memilih mengimpor produk dari luar.
        Dalam prakteknya sektor pertanian di negara-negara berkembang memang didorong oleh kebijakan pemerintah, persaingan pun menjadi antar pemerintah dengan kebijakan-kebijakan untuk mendorong produktivitas sektor pertanian. Orde baru merupakan rezim yang memiliki perhatian penting terhadap sektor pertanian. Dalam program Repelita terlihat beberapa kebijakan terkait pertanian yakni Diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi, mekanisasi dan reboisasi. Tidak hanya itu perkembangan industri dan teknologi menjadikan pemerintah mengarahkan pertanian kedalam peningkatan agroindustri.
      
B.   Kebijakan Diversifikasi Pertanian
          Tujuan pembangunan dalam Pelita V diarahkan untuk swasembada pangan, meningkatkan hasil produksi komoditas pertanian, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menunjang pembangunan industri serta meningkatkan ekspor[2]. Dalam GBHN 1988 diversifikasi diletakkan dalam urutan pertama mendahului usaha-usaha intensifikasi, ekstensifikasi, mekanisasi dan rehabilitasi.  Intensifikasi adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Ekstensifikasi adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian baru. Rehabilitasi adalah usaha memperbaiki lahan pertanian yang semula tidak produktif atau sudah tidak berproduksi menjadi lahan produktif atau mengganti tanaman yang sudah tidak produktif menjadi tanaman yang lebih produktif. Diversifikasi adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian[3].
       Diversifikasi pertanian merupakan pengembangan atau penganekaragaman aneka usaha tani (menusahakan beberapa jenis usaha tani serta mengembangkan produksi pokok menjadi beberapa produksi baru). Jadi diversifikasi meliputi dua macam, yakni: Diversifikasi horisontal, pengembangan aneka usaha tani atau beberapa usaha tani, dan vertikal yakni pengembangan produksi pokok menjadi beberapa produk baru[4]. Kebijakan diversifikasi tidak dapat berjalan dengan maksimal karena fokus yeng begitu besar pada swasembada beras. Maka diversifikasi hampir tidak diterapkan. Beras menjadi komoditi utama yang diperjuangkan pemerintah dan masyarakat.

C. Kebijakan Harga dan Subsidi Pupuk
          Kebijakan harga merupakan instrumen pokok yang harus dipertahankan dan merupakan tanggun jawab pemerintah guna menjaga stabilitas produk pertanian. Sasaran kebijakan harga dapat digolongkan kedalam tiga aspek yakni: melindungi produsen dari kemerosotan harga pasar bagi produk yang dihasilkan, melindungi konsumen dari kenaikan harga eceran yang  harga. Kebijakan harga beras di Indonesia pertama kali diajukan oleh  Mears dan Afiff dimana tugas utama pemerintah adalah menjaga harga dasar yang cukup tinggi untuk merangsang produksi, perlindungan harga maksismum untuk menjamin harga yang layak bagi konsumen dan juga menjamin hargayang wajar antar daerah maupun terhadap harga internasional[5].Sejak tahun 1969 pendekatan untuk memulai sistem pemasaran yang terkendali mulai ditangani oleh pemerintah antara lain dengan penetapan harga dasar.
          Selain menetapkan harga dasar pemerintah juga melakukan subsidi harga pupuk sejak tahun 1971. Pemberian subsidi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan penggunaan pupuk khususnya pada usaha tani padi untuk meringankan biaya produksi para petani dan untuk menjaga kualitas komoditas. Pemerintah khawatir petani akan menggunakan pupuk berkualitas rendah untuk menekan biaya produksi yang jelas akan mengurangi kualitas komoditas. Pemerintah dalam hal ini juga berupaya mendorong masyarakat untuk memulai agroindustri yang merupakan tuntutan dampak dari kemajuan industri dunia yang menjadikan pertanian bisa lebih efektif.

D. Kebijakan Pertanian India dan Pengentasan Kemiskinan
          Pertanian menjadi sektor utama yang yang telah lama menanggung beban kehidupan warga masyarakat India. Pertanian, menjadi pusat dari semua strategi untuk merencanakan pembangunan sosial-ekonomi negara. Pesatnya pertumbuhan pertanian sangat penting tidak hanya untuk mencapai swasembada di tingkat nasional tetapi juga untuk keamanan pangan dan untuk membawa kesetaraan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan yang mengakibatkan pengurangan tingkat kemiskinan. Pertanian India, sejak Kemerdekaan, membuat langkah cepat. Pertanian telah memberikan kontribusi signifikan dalam mencapai swasembada pangan dan menghindari kekurangan pangan. Lebih dari 200 juta petani India dan buruh tani telah menjadi tulang punggung pertanian di India. Pemerintah India memberikan perhatian yang sangat besar akan jaminan makanan bergizi, bahan baku perluasan basis industri dan juga berbagai subsidi dan pendidikan yang diberikan pemerintah untuk sektor pertanian
          India memiliki permasalahan yang berat terkait lonjakan jumlah penduduk, kelaparan, kurang gizi dan penduduk miskin. Meskipun India telah mengalami keberhasilan dalam produktivitas pertanian dan perkembangan industri dan telah berhasil mengurangi tingkat kemiskinan, dari 55 persen pada tahun 1973 menjadi 26 persen pada tahun 1998. Namun, India masih menjadi rumah bagi jumlah orang miskin terbanyak di dunia yakni seperlima dari kaum mikin dunia.Meskipun pertumbuhan yang mengesankan dan pengembangan, India masih rumah bagi jumlah terbesar orang miskin di dunia. Dengan sekitar 250 juta di bawah garis kemiskinan, India menyumbang sekitar seperlima dari kaum miskin di dunia[6].
          Namun, yang perlu dipertimbangkan adalah upaya India untuk meningkatkan pertanian mereka guna mengurangi kemiskinan dan kelaparan. Lebih dari 50 persen pra-sekolah anak-anak dan wanita hamil menderita anemia. Kedalaman kelaparan di antara kekurangan gizi juga tinggi. Atas dasar itu ketahanan pangan sangat dibutuhkan oleh masyarakat India. Kemajuan sektor pertanian India tidak terlepas dari peran aktif pemerintah dalam melakukan kebijakan makro yang benar-benar berpihak pada sektor pertanian. Pemerintah mengeluarkan anggaran besar-besaran dialokasikan untuk pembangunan jaringan irigasi dan pabrik pupuk. Tidak hanya itu pemerintah juga melakukan peningkatan sumber daya manusia terkait pertanian. Tahun 1962 melalui UU pendidikan, India mewajibkan pembangunan universitas di tiap provinsi yang berdampak pada meningkatnya masyarakat desa berpendidikan guna terlibat dalam peningkatan sektor pertanian[7]. Pemerintah juga membangun pusat penelitian petani di sekitar desa yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Universitas pertanian di India juga berada langsung dibawah departemen pertanian, sehingga benar-benar ditanamkan visi kebangsaan.
       Pada tahun 1991 pemerintah membangun National Centre for Agricultural Economics and Policy Research (NCAP) dengan tujuan untuk mendukung segala bentuk penelitian tentang pertanian dan sebagai penyalur kebutuhan penelitian tersebut dengan memasukkannya dalam anggaran dan kebijakan negara[8]. Munculnya NCAP sangat membantu perkembangan teknologi pertanian India yang kini semakin berkembang pesat.

E. Subsidi Pemerintah dalam Industri Pertanian
            Perkembangan teknologi dan peindustrian dunia mengharuskan India lebih aktif  dalam mengembangkan teknologi industri pertanian. Seperti yang disebutkan diatas India telah membangun universitas dan pusat-pusat informasi pertanian di tiap provinsi. Tidak hanya itu India juga melakukan substitusi impor guna mengembangkan teknologi dan menyesuaikannya dengan standart internasional. India kini menuju kebangkitannya dengan berbagai insentif yang mengarah pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peran negara di India sangat besar hal ini dapat dilihat melalui beberapa kebijakan seperti dengan meberikan subsidi pupuk, bahan bakar peraltan pertanian, dan berbagai bentuk kebijakan harga output. Berbagai kebijakan tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan juga perdagangan internasional agar produk India tidak kalah saing dengan produk pertanian negara lain.
            Trimex Group merupakan perusahaan pupuk terbesar di India, hingga kini Trimex Group telah melakukan ekspansinya ke berbagai negara seperti di Indonesia[9]. Dalam pelaksanaannya perusahaan pupuk India tidak terlepas dari intervensi pemerintahan India dibawah departemen pertanian. Subsidi diberikan oleh pemerintah kepada para petani India hingga saat ini. Kebijakan Industrialisasi di India dan pembangunan di India tidak bisa lepas dari sentuhan PM India. Para pemimpin India telah berhasil meningkatkan nasionalisme bangsa India dengan menggunakan paham ekonomi Nehruvian dengan melakukan konsentrasi dalam upaya subtitusi impor dan menekankan infistri berat sebagai pondasi perekonomiannya. Tujuannya tidak lain adalah untuk menciptakan kemandirian dalam hal pangan dan teknologi dari pihak asing yang sudah memiliki kemampuan teknologi yang cukup tinggi. Substitusi impor berhasil membawa India kedalam era perindustrian baru yang diramalkan akan semakin membesar dalam perkembangannya.












BAB III
ANALISIS

          Rencana pembangunan ekonomi Indonesia pada saat orde baru dilakukan secara sentralistik dengan pendekatan kuasa dengan sistem bureaucracy-authoritariannya yang menciptakan pola patrimonial. Rencana opersional perencanaan Orde Baru disusun secara hierarkis integratif dengan unsur-unsur:
1.      Rencana atau Program Nasional Pembangunan Lima Tahun (Repelita dan Propenas)
2.      Daftar isian proyek/kegiatan (Dip/Dik) atau pembangunan tahunan (Repeta), dan
3.      Rencana Operasional Pelaksanaan/kegiatan (ROP)[10]
          Program-program tersebut merupaka komitmen pembangunan ekonomi jangka panjang dan menengah. Dalam upaya pembangunan tersebut memang prioritas utama adalah ekonomi, bukan kesejahteraan rakyat ataupun petani. Dalam sistem bureaucracy-authoroitarian biasanya birokrasi merupakan alat yang digunakan pemerintah untuk perpanjangan tangannya. Jadi implementasi kebijakan semata-mata merupakan pesanan dari elit karena sifatnya yang top-down. Pembangunan jangka panjang maupun menengah saat itu dianggap sebagai produk politik yang tidak boleh direvisi.
          Jadi adanya kemungkinan bahwa kebijakan mengenai pertanian yang dilakukan oleh Orde Baru merupakan upaya untuk meningkatkan perekonomian negara hanya saja melalui sektor pertanian karena diangap berpotensi. Munculnya kesejahteraan petani dan perhatian pemerintah kepada aktivitas pertanian hanya merupakan dampak dari upaya tersebut. Sistem bureaucracy-authoroitarian baisanya memiliki kecenderungan untuk memprioritaskan pada komitmen terhadap pembangunan ekonomi, namun meminggirkan demokrasi.
          Dalam pelaksanaannya terutama untuk hal diversifikasi pertanian, Indonesia belum bisa melaksanakan hal tersebut karena adanya prioritas dalam produksi beras dan komoditas yang lain cenderung ditinggalkan masyarakat, komoditas menjadi tidak beragam. Dalam urusan teknologi pun Indonesia tidak dapat mengimbangi teknologi asing. Tidak seperti India yang berhasil melakukan substitusi impor, indonesia masih bergantung kepada produk teknologi asing dan masih belum dapat membuatnya sendiri. Hal tersebut menjadikan Indonesia tidak mandiri dan selalu gagal dalam upayanya membentuk agroindustri. Teknologi yang dimiliki sektor pertanian Indonesia baik penanaman maupun pasca panen sangat tidak memadai.
          Pemerintah berhasil mempertahankan para tenaga kerja pertanian bukan karena kesejahteraan petani terjamin namun adanya setting bahwa tidak ada alternatif lain selain menjadi petani untuk masyarakat desa. Pemerintah tentunya sangat menginginkan stabilitas dan swasembada pangan nasional terjaga. Doktrin Soeharto tentang masyarakat desa harus bertani “beras” dan makanan pokok Indonesia adalah beras cukup mampu menanggulangi kegagalan masyarakat Indonesia melakukan diversifikasi pertanian dan kemandirian pangan pun cukup terjaga. Jadi adalah sebuah kebetulan jika upaya peningkatan ekonomi dapat menciptakan kesejahteraan petani, stabilitas dan swasembada pangan. Yang masih kurang adalah perihal teknologi indutri pertanian hingga kini Indonesia masih kurang dan selalu tertinggal dalam pengembangan tersebut sehingga dikhawatirkan akan kalah dalam persaingan internasional yang bahkan sudah terlihat sekarang. Sebagai salah satu negara penghasil beras justru kita melakukan impor beras dari luar yang menunjukkan bahwa ketahanan pangan kita sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Sedikit benarlah jika Orde Baru dikatakan cukup sukses dalam menjaga swasembada pangan kita khususnya beras karena sifat rezimnya yang terpusat dan otoriter sehingga memiliki keleluasaan dalam mengeluarkan kebijakan.
          India cukup berhasil dalam mengurangi angka kemiskinan di negaranya melalui sektor ekonomi. Namun, kualitas peningkatan ekonomi tidak begitu merata. Terlihat masih banyaknya masyarakat msikin yang semakin sengasara. Kesuksesan yang bisa dipelajari adalah tentang transfer teknologi dengan sibstitusi impor yang berhasil dilakukan India. Kebijakan mengenai pertanian di India disertai dengan upaya untuk peningkatan sumberdaya manusia sehingga tercipta perkembangan peningkatan sektor pertanian yang berkelanjutan. Pemerintah juga berhasil mengembangkan dan mempertahankan subsidi pupuk yang memang benar-benar dibutuhkan oleh petani.
          Nasionalisme di India memang cukup kuat, peran negara dalam pembangunan masih cukup kuat, terlihat masih minimnya pengusaha-pengusaha atau pemilik modal yang dominan menguasai negara India. Namun, pasca industrialisasi muncul banyak pengusaha-pengusaha baru yang bisa diperhitungkan bukan hanya skala nasional namun juga internasional. Sistem politik yang ada di India cukup terpusat dan terlihat adanya ologarki kekuasaan dalam pemerinthan India. Namun, semakin banyaknya perguruan-perguruan tinggi di India menjadikan India lebih meritrokrasi meskipun tidak semua masyarakat bisa mengenyam bangku pendidikan hingga tingkat universitas. India cukup bisa mengurangi tingkat kemiskinan dengan sektor pertaniannya yang turun cukup signifikan.

BAB IV
KESIMPULAN

          Upaya pemerintah Indonesia untuk mendorong sektor pertanian pada masa Orde Baru sebenarnya sangat membantu dan bukanlah hal yang sia-sia. Perhatian yang sangat besar terhadap pertanian memang sangat mempengaruhi semangat bertani masyarakat Indonesia hingga sekarang khususnya masyarakat desa. Namun, sayangnya upaya tersebut tidak disertai adanya kesadaran untuk mempelajari teknologi industri yang tentunya bisa bermanfaat dalam efektifitas produksi pertanian. Kesejahteraan petani pun tidak dapat terjamin karena kemampuan petani yang tidak berkembang karena tidak dibarengi dengan peningkatan SDM masyarakat desa. Terlepas dari apapun niat dari rezim Orde Baru dalam pelaksanaan kebijakan pertanian, setidak-tidaknya kebijakan tersebut berbekas hingga sekarang. Jika dibandingkan dengan pemerintahan sekarang justru Orde Baru lebih baik dalam menangani sektor pertanian kita.
          Keberhasilan yang diperoleh India disebabkan oleh konsistensi pemerintah India dalam mengurusi permasalahan pertanian. Perkembangan pertanian di India justru bersifat berkelanjutan berbeda dengan Indonesia yang semakin tertinggal. Keberlanjutan pekembangan pertanian India sangat disebabkan peran pemerintah dalam menciptakan universitas-universitas yang bergerak dalam bidang pertanian di seluruh provinsi hingga masuk desa.
          Pemerintah Indonesia dan India sama-sama melakukan kebijakan yang sangat memprioritaskan pertanian dalam pembangunan ekonominya. Namun, Indonesia gagal mempertahankan keberlanjutannya karena hanya memperhatikan kebijakan di lapangan tanpa memikirkan peningkatan Sumber Daya Manusia sebagai objek yang bisa berkembang dan dapat mempertahankan keberlanjutan tersebut. Indonesia hingga saat ini masih memanfaatkan sektor pertaniannya sebagai salah satu komoditas ekspor yang potensial. India semakin berkembang kearah industrialisasi dan menjadikan industri sebagai komoditi andalan juga selain pertanian. Seharusnya Indonesia memahami ketertinggalannya dan berupaya memperbaikinya. Beberapa cara diantaranya dengan meningkatkan pendidikan dan substitusi impor, seperti yang dilakjukan India

                                                                                                                   


DAFTAR PUSTAKA

Amang, Beddu. Kebijaksanaan Harga, Subsidi dan Diversifikasi Produksi dan Konsumsi Pangan, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1990
Baharsjah, Sjarifudin. Difersifikasi Pertanian: Dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional, Pustaka  Sinar Harapan, Jakarta, 1990
Budi Winarno. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses, Bab Implementasi Kebijakan Publik.
Bunasor, Difersifikasi Pertanian: Dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional  sub bab  Diversifikasi dan  Program  Pembangunan Pertanian, Pustaka  Sinar Harapan, Jakarta, 1990
Panagariya, Arvind. India The Emerging Giant, Oxford University Press, New York, 2008
Salikin, Karwan. A, Sistem Pertanian Berkelanjutan,  Kanisius, Yogyakarta, 2003
Simatupang, Pantjar dan Nizwar, Syafa’at, Industrialisasi Berbasis Pertanian, Kanisius, Yogyakarta, 2005


Dunia Industri, Investor India Bangun Pabrik di Bontang U$$ 1,25 Miliar, 11 Mei 2011, http://www.duniaindustri.com/kimia/366-investor-india-bangun-pabrik-pupuk-di-bontang-us-125-miliar.html, 23 juni 2011

Indian Agricultural Research Institute, Agriculture Policy: Vision 2020, http://indiaagronet.com/ indiaagriculture.htm, 23 Juni 2011.

HMINEWS.com, Kunci Sukses Pertanian India, http://hminews.com/uncategorized/kunci-sukses-pertanian-india/. 23 Juni 2011



[1] Budi Winarno. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses, Bab Implementasi Kebijakan Publik. hal. 174-204.
[2] Baharsjah, Sjarifudin. Difersifikasi Pertanian: Dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional, Pustaka  Sinar Harapan, Jakarta, 1990, p. 7.
[3] Salikin, Karwan. A, Sistem Pertanian Berkelanjutan,  Kanisius, Yogyakarta, 2003, p. 98
[4] Bunasor, Difersifikasi Pertanian: Dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional  sub bab  Diversifikasi dan  Program  Pembangunan Pertanian, Pustaka  Sinar Harapan, Jakarta, 1990, p. 122
[5] Amang, Beddu. Kebijaksanaan Harga, Subsidi dan Diversifikasi Produksi dan Konsumsi Pangan, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1990, p. 175

[6] Indian Agricultural Research Institute, Agriculture Policy: Vision 2020, http://indiaagronet.com/ indiaagriculture.htm, 23 Juni 2011.

[7] HMINEWS.com, Kunci Sukses Pertanian India, http://hminews.com/uncategorized/kunci-sukses-pertanian-india/. 23 Juni 2011
[8] Panagariya, Arvind. India The Emerging Giant, Oxford University Press, New York, 2008, p. 313
[9] Dunia Industri, Investor India Bangun Pabrik di Bontang U$$ 1,25 Miliar, 11 Mei 2011, http://www.duniaindustri.com/kimia/366-investor-india-bangun-pabrik-pupuk-di-bontang-us-125-miliar.html, 23 juni 2011.
[10] Simatupang, Pantjar dan Nizwar, Syafa’at, Industrialisasi Berbasis Pertanian, Kanisius, Yogyakarta, 2005, p. 451

0 comments:

Post a Comment

KOMISARIAT PERSIAPAN HMI AGROKOMPLEKS UGM
Powered by Blogger.

Recent Post

Total Pageviews

KOMISARIAT PERSIAPAN HMI AGROKOMPLEKS UGM