ACARA
IV
STRUKTUR
TANAH
ABSTRAK
Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah Acara IV yang berjudul struktur tanah dilaksanakan pada
Rabu, 24 April 2013 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari praktikum struktur
tanah ini adalah untuk menetapkan kerapatan bongkah tanah (BV), kerapatan
partikel tanah (BJ) dan porositas total tanah (n). Struktur tanah merupakan
penggabungan atas partikel-partikel primer (debu, pasir dan lempung) membentuk
unit-unit struktur yang lebih besar (agregat). Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah cawan pemanas lilin, lampu spiritus, penumpu kaki tiga,
gelas ukur, pipet ukur 10 mL, dan termometer. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah contoh tanah entisol, alfisol, ultisol, rendzina, dan vertisol bongkah
kering udara. Dalam penentuan kerapatan bongkah tanah (BV) digunakan contoh
tanah bongkah kering udara dengan metode lilin. Prinsip kerja metode lilin
adalah membuat selaput lilin secara sempurna di seluruh permukaan bongkah
kemudian ditimbang dan dihitung volumenya. Dalam penentuan kerapatan partikel
tanah (BJ) digunakan contoh tanah entisol, alfisol, ultisol, rendzina, dan
vertisol kering udara f
2 mm dengan menggunakan piknometri. Penentuan nilai porositas total tanah (n)
dapat diperoleh dari nilai BV dan BJ tanah atau hasil bagi antara volume pori
total dengan volume bongkah. Dari praktikum diperoleh data BV masing-masing
tanah dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah Ultisol (1,62) > Alfisol
(1,49) > Rendzina (1,14) > Entisol (1,13) > Vertisol (1,04). Data BJ
dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah Alfisol (4,14) > Ultisol
(3,14) > Entisol (2,45) > Rendzina (1,96) > Ventisol (1,78). Besar
total porositas tanah (n) adalah Alfisol (64%) > Entisol (54%) > Ultisol
(48%) > Vertisol (36%) > Rendzina (18,77%).
I.PENGANTAR
Struktur tanah merupakan salah satu
fisik tanah dan merupakan fisik kimia dan biologis mulai dari agregasi hingga
sementasi (bahan perekat). Struktur tanah juga dipengaruhi oleh perubahan
iklim, aktivitas biologis, pengolahan tanah, dan kepekaan tanah terhadap
gaya-gaya perusak fisiokimia dan mekanis. Struktur tanah penting untuk
dipelajari karena untuk dapat mengetahui tingkat kelonggaran antar
partikel-partikel tanah . Metode yang digunakan untuk menentukan struktur tanah
adalah metode subjektif dan kuantitatif seperti metode lilin, ring sampel, air
raksa, dan piknometer.
Dengan penentuan berat volume (BV)
dan porositas, dapat diketahui dan dibedakan antara struktur tanah yang ada.
Porositas dapat menjadi tolok ukur yang paling berguna karena poses-proses
kimia dan biologi yang aktif terjadi dalam pori-pori tanah yang besar yang
bermanfaat untuk aerasi dan infiltrasi. Sedangkan pori-pori kecil berfungsi
untuk menyimpan lengas tersedia untuk tanaman. Dalam praktikum struktur tanah
ini bertujuan untuk menetapkan kerapatan massa tanah / berat volume (BV), menentukan kerapatan butir tanah /
berat jenis (BJ), dan menentukan porositas total tanah (n).
Struktur tanah ialah susunan
zarah-zarah tanah yang membentuk pola keruangan. Proses yang terlibat dalam
pembentukan struktur tanah ialah penjojotan agregat, dengan atau tanpa diikuti
sementasi. Penjojotan adalah peristiwa elektronik pengendapan zarah tanah dari
suspense. Pengendapan terjadi karena zarah-zarah tanah mengelompok sehingga
memperoleh massa yang lebih besar. Pengelompokan terjadi karena potensial zeta
zarah-zarah tanah menurun yang menyebabkan kakas tolak antar zarah mengecil
sehingga kakas tarik gravitasi antar massa zarah dapat bekerja. Potensial ini
dapat turun karena sebagian atau seluruh muatan listrik negatif dinetralkan
oleh kation-kation yang terserap (Notohadiprawiro, 1998).
Struktur tanah yang baik adalah yang
kandungan udara dan airnya dalam jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Hal
semacam ini hanya terdapat pada struktur yang ruang pori-porinya besar dengan
perbandingan yang sama antara pori-pori makro dan mikro serta tahan terhadap
pukulan tetes air hujan. Dikatakan pula bahwa struktur tanah yang baik apabila
perbandingannya sama antara padatan, air, dan udara (Suhardi, 1983). Cacing
tanah juga dapat memperbaiki aerasi tanah melalui aktivitas pembuatan lubang
dan juga memperbaiki porositas tanah akibat perbaikan struktur tanah, selain
itu cacing tanah juga mampu memperbaiki ketersediaan unsur hara dan kesuburan
secara umum (Edward, 1998).
Struktur tanah merupakan sifat fisik
tanah yang menggambarkan susunan keruangan partikel-partikel tanah yang
bergabung antara satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam tinjauan
morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer
menjadi satu kelompok partikel (cluster) yang disebut agregat, yang dapat
dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan
partikel primer yang tidak teragregasi (Handayani, 2002).
Struktur tanah berpengaruh terhadap
gerakan air, gerakan udara, suhu tanah, dan hambatan mekanik perkecambahan biji
serta penetrasi akar tanaman. Karena kompleksnya peran sejumlah parameter
antara lain bentuk dan ukuran agregat, agihan ukuran agregat, stabilitas
agregat, presentase agregasi, porositas (BV dan BJ), agihan ukuran pori-pori
dan kemampuan menahan air (De boodt, 1978). Distribusi dan kontinuitas pori
menentukan aliran air dan udara (Undang, et. al., 2006).
Tingkat perkembangan struktur tanah
ditentukan berdasarkan atas kemantapan atau ketahanan bentuk struktur tanah
tersebut terhadap tekanan. Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi tingkat
perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah hancur) dan tingkat
perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak sukar hancur). Hal ini
sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah permukaan
yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat perkembangan yang kuat.
Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapan yang lebih tinggi daripada tanah
basah. Jika dalam menentukan kemantapan struktur tanah tidak disebutkan
kelembabannya, biasanya dianggap dalam keadaan struktur tanah dalam keadaan
yang paling baik (Harjowigeno, 1987).
II. METODOLOGI
Praktikum
Dasar-Dasr Ilmu Tanah Acara IV yang berjudul Struktur Tanah dilaksanakan pada
Rabu, 24 April 2013 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat dan bahan yang digunakan
dalam praktkum struktur tanah ini adalah contoh tanah bongkah kreing udara
(Entisol, Alfisol, Ultisol, Rendzina dan Vertisol), contoh tanah kering udara f
2 mm (Entisol, Alfisol, Ultisol, Rendzina dan Vertisol), cawan pemanas lilin,
lampu spiritus, penumpu kaki tiga, gelas ukur, pipet ukur 10 ml, termometer,
piknometer, timbangan dan kawat pengaduk halus. Dalam praktikum ini akan
ditentukan berat volume (BV) dengan metode lilin, berat jenis (BJ) dengan
metode piknometri, dan porositas total tanah (n).
Dalam penentuan
BV ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Langkah pertama diambil sebongkah
contoh tanah dan dibuat bentuk bola dengan ukuran f
1-1,5 cm dan kemudian diikat dengan benang dan ditimbang bongkah tanah yang
dibentuk bola (misal a gram). Langkah kedua, lilin dicairkan dalam cairan
pemanas dan diukur suhunya. Langkah ketiga, pada suhu 65-70oC,
bongkah tanah dicelupkan selama 2-3 detk dan dipastikan seluruh permukaan
bongkah tanah tertutupi sempurna oleh lapisan lilin. Setelah dingin, bongkah
ditimbang kembali (misal b gram). Langkah keempat, tabung ukur diisi dengan
aquadest sampai volume p mL dan bongkah tanah dimasukkan perlahan-lahan sampai
aquadest naik. Jika kenaikan air tidak jelas, aquadest ditambahkan dengan pipet
ukur sampai di garis volume tertentu (misal q mL) dan dicatat aquadest yang
telah ditambahkan dari pipet ukur (misal r mL). Setelah selesai bongkah tanah
diangkat dan tabung ukur dibersihkan.
Dalam penentuan
BJ juga ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Langkah pertama, piknometer
dibersihkan terlebih dahulu. Piknometer kosong tersumbat kemudian ditimbang
(misal a gram). Langkah kedua, piknometer diisi dengan contoh tanah f
2 mm ± ½ volume, disumbat dan ditimbang (misal b gram). Kemudian aquadest
ditambahkan sampai 2/3 volume, aduk dengan pengaduk kawat untuk menghilangkan
udara yang tersekap. Langkah ketiga, suspensi dalam piknometer didiamkan selama
1 jam. Diukur suhu suspensinya (misal t1oC) kemudian pada
tabel BJ dicari BJ untuk t1oC (misal BJ1).
Suspensi diaduk lagi, ditambah air sapmai 2/3 leher piknometer. Lalu disumbah
lagi sampai aquadest dapat mengisi pipa kapiler sampai penuh. Dinding
piknometer dilap dengan tissu sampai kering dan ditibmang (misal c gram).
Langkah keempat, isi pikno dibuang dan diisi dengan aquadest sampai penuh dan
sumbat kemudian ditimbang (misal d gram). Lalu suhu aquadest diukur (misal t2oC)
dan lihat di tabel BJ (misal BJ2). Setelah itu piknometer
dibersihkan.
Untuk mengetahui
nilai BV, BJ dan porositas total tanah (n), maka dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
BV = gram/cm3
BJ = gram/cm3
n =
Keterangan :
BV : berat
volume tanah
BJ : berat
jenis tanah
n :
porositas total tanah
KL : kadar
lengas tanah
BJ1 :
berat jenis tanah pada t10C
BJ2 :
berat jenis tanah pada t20C
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.1. Tabel Hasil Struktur Tanah
No
|
Jenis Tanah
|
BV (g/cm3)
|
BJ (g/cm3)
|
n(%)
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Entisol
Alfisol
Ultisol
Rendzina
Vertisol
|
1,13
1,49
1,62
1,14
1,62
|
2,45
4,14
3,14
1,78
1,96
|
54
64
48
36
18,77
|
Contoh Perhitungan:
1. BV
tanah Ultisol
BV =
=
= = 1,62 g/cm3
2. BJ
tanah Ultisol
BJ =
=
=
= g/cm3
= 3,14
g/cm3
3. Porositas
Total Tanah Ultisol
n =
=
= (1 0,5159236) x 100%
= 0,4840764
x 100%
= 48,4%
Struktur tanah merupakan gumpalan tanah yang berasal dari partikel-partikel
tanah yang saling merekat satu sama lain karena adanya perekat misalnya humus,
kapur, olsida besi/aluminium, jasad mikro dan lain-lain. Selain itu secara awam istilah struktur tanah digunakan
untuk menggambarkan tingkat kesarangan antar partikel tanah. Bila suatu tanah
mempunyai tingkat ikatan partikel yang sarang maka orang biasa menyebut
struktur longgar, dan jika sebalikny maka disebut struktur mampat.Pada praktikum struktur
tanah ini akan dibahas tentang BV
(Berat Volume), BJ (Berat Jenis) dan Porositas (n). Penentuan BV menggunakan
metode lilin, sedangkan penentuan BJ menggunakan metode piknometer.
Dalam pembentukan struktur tanah, terdapat beberapa
factor yang dapat mempengaruhinya antara lain bahan organik, aktivitas makhluk
hidup, tekstur,perakaran, bahan induk, dan erosi. Bahan organik dalam pembentukan
struktur tanah berfungsi sebagai perekat atau sebagai lem. Aktivitas makhluk hidup sangat
mempengaruhi gembur tidaknya tanah.Karena
semakin banyak aktivitas
makhluk hidup maka tanah akan menjadi gembur dan mengakibatkan struktur tanah
menjadi lemah.Contohnya Cacing yang mampu
menggemburkan tanah karena aktifitasnya didalam tanah.
Sedangkan tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif pasir, debu dan liat
dalam tanah.tekstur juga menunjukkan keadaan kasar atau halusnya suatu jenis tanah, Dari penjelasan
tersebut hubungan antara struktur tanah dan
tekstur tanah yaitu tekstur tanah sangat butuh peran dalam menentukan struktur
tingkat kesulitan dan kemudahan daya olah tanah dan drainase tanah. Tanah yang
kemantapannya atau kemampuan kelekatannya
rendah maka makin mudah diolah
karena kandungan liatnya
sedikit dan sebaliknya. Kemudian perakaran berfungsi untuk mendukung
berdirinya tanaman dan mengangkut serta menyerap air dan zat-zat makanan dari
dalam tanah. Bila akar tanaman tersebut kuat maka akan mengubah struktur dari
tanah tersebut, yang semula gumpalan menjadi gumpal bersudut. Bahan induk akan berpengaruh terhadap kasar halusnya
suatu struktur tanah,contohnya bila bahan induknya adalah batuan yang akan
terlapuk menjadi pasir maka komposisi penyusun struktur tanahnya berbeda dan
menjadi berstruktur kasar.Erosi akan menyebabkan perubahan struktur
tanah,Karena erosi itu sendiri merupakan suatu perubahan bentuk batuan,tanah
atau lumpur yang disebabkan oleh air,angin,es,pengaruh gaya berat dan oragnisme
hidup.Contonya apabila permukaan tanah yang ada di daerah sungai terjadi
erosi/terkikis karena akibat dari derasnya air sungai,kemudian tanah yang
terkikis tersebut terbawa oleh air sungai dan mengendap di suatu tempat
tertentu serta terjadi sedimentasi yang menyebabkan struktur tanahnya berbeda
antara sebelum dan sesudah terjadi sedimentasi.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan
terhadap nilai BV, BJ, dan n (%) tanah yang terdiri dari tanah jenis Entisol,
Alfisol, Ultisol, Renzina, dan Vertisol didapatkan beberapa data sebagai nilai BV,nilai BJ dan
representasi porositas total tanah.Untuk
nilai BV dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah sebagai berikut:
Ultisol > Alfisol > Rendzina >
Alfisol > Vertisol.Dapat dilihat bahwa nilai BV tertinggi ada dijenis
tanah Ultisol yaitu sebesar 1,62. Kemudian disusul tanah Alfisol yaitu sebesar
1,49 ,nilai BV Tanah Rendzina sebesar 1,14 , untuk nilai BV tanah Entisol
sebesar 1,13 , dan yang terakhir adalah tanah Vertisol yaitu sebesar 1,04.
Untuk Nilai BJ pada
percobaan ini,urutan nilainya dari yang paling besar ke yang paling rendah
adalah sebagai berikut: Alfisol > Ultisol > Entisol > Rendzina >
Vertisol. Dapat dicermati dari urutan tersebut bahwa nilai BJ pada tanah jenis
Alfisoln adalah yang paling besar dibandingkan dengan yang lainnya,yaitu
sebesar 4,14. Kemudian disusul dengan nilai BJ Ultisol yaitu sebesar 3,14,
nilai BJ tanah Entisol sebesar 2,45 ,
nilai BJ tanah Vertisol sebesar 1,96 dan yang terkhir adalah nilai BJ tanah
Vertisol yaitu sebesar 1,78.
Untuk nilai Porositas,urutan
porositas tanah dari berbagai jenis tanah yang tertinggi sampai yang terendah
adalah sebagai berikut: Alfisol > Entisol > Ultisol > Vertisol >
Rendzina. Dari data tersebut telihat bahwa nilai
porositas total tanah Alfisol yang paling besar, yaitu sebesar 64%. Nilai porositas tanah Entisol adalah 54%, sedangkan nilai
porositas tanah Ultisol adalah sebesar 48%. Untuk tanah jenisVertisol, mempunyai nilai
porositas sebesar 36% dan yang terakhir adalah Rendzina sebesar 18,77%.
Sedangkan
menurut
para peneliti dan ahli tanah Wirosoedarmo (2002) BV Vertisol 0,95 gr/cm3, BJ Vertisol
2,17gr/cm3, dan porositasnya 0,560%, BV Alfisol 1.21 gr/cm3,
BJ Alfisol
3.071 gr/cm, dan porositasnya 0.493%, Rendzina BV 1,83
g/cm3 dan porositasnya 24,3% (Szreniawska et al., 1996), BV Entisol 1,18 g/cm3
(Melgar et al., 1992), dan BJ Ultisol 1,1 g/cm3 (Dorner et al., 2010). Ada
beberapa data yang tidak sesuai dengan data yang disebutkan dalam sumber
pustaka. Pada dasarnya nilai porositas tanah yang terdiri dari sebagian besar
lempung maka nilai porositas tanah jenis ini yang kecil. Ketidak sesuaian data tersebut
diantaranya dikarenakan oleh hal-hal teknis seperti tanah yang digunakan
terlalu kering atau terlalu basah
sehingga tanah sulit untuk dibuat seperti bola dan mengakibatkan
ketidak rataan bola
tanah sehingga memungkinkan adanya cairan lilin yang masuk dan tidak
maksimalnya akurasi dalam percobaan.
Manfaat
struktur tanah pada bidang pertanian adalah untuk menentukan pupuk. Hal ini
dikarenakan berhubungan dengan bahan organic yang diperlukan. Jika bahan
orhganiknya diketahui maka bisa menentukan kebutuhan pupuknya. Nilai porositas
berkaitan dengan kebutuhan irigasi pada pertanian karena berkaitan dengan aktivitas dalam
pori-pori tanah. Pori-pori tanah tersebut akan menjadi ukuran untuk kebutuhan
air pada jenis-jenis tanah.Selain itu
kita dapat menentukan struktur tanah yang tepat untuk pembudidayaan
tanaman,sehingga dapat tumbuh dan mendapatkan hasil produksi yang maksimal
serta cara mengatasi berbagai masalah yang berhubungan dengan struktur tanah
yang berhubungan dengan pembudidayaan tanaman.Misalnya: Lahan marginal atau
lahan pasir yang dapat di gunakan untuk tanaman sayuran dengan cara
mencampurkan tanah pasir yang mau ditanami dengan lempung dan ditambahkan
pupuk. Dengan seperti itu tingkat porositas tanah akan berkurang dan kandungan
unsur hara didalam tanah mencukupi.
Metode yang
digunakan dalam mencari nilai kerapatan partikel tanah(BJ) adalah dengan
menggunakan metode piknometri. Metode piknometri ini menggunakan alat yang
disebut piknometer. Piknometer tersebut diberi perlakuan dengan diisi air dan
kemudian ditimbang, diukur suhu, dan dilihat BJ pada table. Kelebihan metode
piknometri ini adalah lebih umum, mudah, cepat, dan tingkat keakuratan hasil
yang didapat lebih dari metode yang lain. Sedangkan metode lilin digunakan
dalam menentukan kerapatan bongkah atau volume tanah(BV). Metode ini dilakukan
dengan membuat selaput-selaput lilin di seluruh permukaan bongkah tanah tanpa
ada lubang maupun selaput lilin yang tidak rata. Bongkah tanah dengan selaput
lilin tersebut kemudian ditimbang dan dihitung volumenya. Kelebihan metode
lilin tersebut adalah mudah dilakukan dan alat yang digunakan sederhana tanpa
ada alat yang khusus.
IV. KESIMPULAN
·
Nilai BJ pada
masing-masing jenis tanah adalah Alfisol (4,14 g/cm3 ) > Ultisol (3,14 g/cm3 ) > Entisol
(2,45 g/cm3 ) > Vertisol (1,96 g/cm3 )
> Rendzina (1,78 g/cm3 ).
· Nilai BV pada masing-masing jenis tanah adalah Ultisol
(1,62 g/cm3 ),Vertisol (1,62 g/cm3 ).> Alfisol (1,49 g/cm3 )
> Rendzina (1,14 g/cm3 ) > Entisol (1,13 g/cm3 ).
· Nilai Porositas pada masing-masing jenis tanah adalah
Alfisol (64%) > Entisol (54% ) > Ultisol ( 48%) >
Vertisol (36%) > Rendzina (18,77% ).
DAFTAR PUSTAKA
De boodt. 1978. Soil Physics.
Rijkuhivertest Geint. Lecture Note. Unpublished.
Dörner,
J., P. Sandoval, and D. Dec. 2010. The role of soil structure on the pore
functionality of an Ultisol. Journal Soil Science Plant Nutrient 10:495-508.
Edward. 1998. Earthworm ecology,
ecosystem, and environment. Journal of Agriculture. 1: 177 - 178.
Handayani, S. dan H. S. Bambang.
2002. Kajian struktur tanah lapisan olah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 33: 10 – 17.
Harjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah.
Rineka Cipta. Jakarta.
Melgar, R. J., T. J. Smyth, P. A.
Sanchez, and M. S. Cravo. 1992. Fertilizer nitrogen movement in a Central
Amazon Oxisol· and Entisol cropped to corn Fertilizer. Research 31:241-252.
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan
Lingkungan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Suhardi. 1983. Dasar-dasar Bercocok
Tanam. Kanisius. Yogyakarta.
Szreniawska, M. D., A. Wyczolkowski, B.
Jozefaciuk, A Ksiczopolska, J. Szymona, and J. Stawinski. 1996. Relation
between soil structure, number of selected group of soil microorganism, organic
matter content and cultivation system. Agrophysics 10:31-35.
Undang,
K., F. Agus, A. Adimihardja, dan Ai Dariah. 2006. Sifat fisik tanah dan metode analisisnya.<http://www.oursoil.org>. Diakses pada 24
April 2013 pukul 13.45 WIB.
Wirosoedarmo, R. 2002. Pendekatan
teori fractal untuk menentukan kurva retensi air pada vertisol dan
alfisol hasil olah tanah. Jurnal Teknologi Pertanian 5:173 - 178.
0 comments:
Post a Comment