I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Iklim
merupakan gabungan rerata berbagai kondisi cuaca setiap hari yang diukur dan
diamati selama 30 tahun di suatu daerah. Karena tersusun oleh unsur yang
variasinya besar, maka
setiap tempat atau daerah memiliki iklim yang berbeda-beda.
Hingga
saat ini telah banyak cara untuk mengklasifikasikan iklim. Klasifikasi tersebut
dibuat berdasarkan beberapa hal dan masing-masing memiliki sistem sendiri
sesuai tujuannya. Tiap-tiap klasifikasi tersebut menggunakan unsur iklim yang
berbeda sebagai parameternya.
Secara
umum klasifikasi iklim dikelompokkan menjadi klasifikasi empiris dan genetis.
Klasifikasi empiris mendasarkan kriterianya pada hasil pengamatan yang teratur
terhadap unsur-unsur iklim. Sedangkan klasifikasi genetis kriterianya
didasarkan pada unsur iklim penyebab, seperti aliran massa udara, zona angin, ada tidaknya benua dan perbedaan
penerimaan radiasi matahari. Perbedaan keduanya adalah klasifikasi empirik
lebih detail dan rinci untuk mengetahui iklim suatu daerah dibanding dengan
klasifikasi genetis. Klasifikasi empiris sendiri dibagi menjadi dua, yaitu
klasifikasi berdasarkan rational moisture
budget (Thornthwaite) dan klasifikasi iklim berdasarkan pertumbuhan
vegetasi alami. Dalam klasifikasi berdasarkan pertumbuhan vegetasi alami inilah
dapat dijumpai berbagai metode penentuan iklim seperti metode Mohr, Schmidt dan
Fergusson, Oldeman serta Koppen yang kesemuanya memiliki ciri khas tersendiri.
B. TUJUAN
1.
Melatih mahasiswa menyatukan berbagai
anasir iklim guna menyatukan tipe iklim.
2.
Melatih mahasiswa mengetahui hubungan
tipe iklim dengan keadaan setempat
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ragam iklim pada berbagai tempat di muka bumi ditentukan
oleh beberapa gabungan proses atmosfer yang berbeda sehingga perlu ada
pengidentifikasian dan pengklasifikasian jenis iklim. Meskipun semua unsur
iklim penting, hubungan yang menyatakan kecukupan panas dan air banyak
mempengaruhi klasifikasi iklim. Faktor yang menentukan kondisi atmosfer dapat
dipakai dalam klasifikasi iklim, akan tetapi kriteria yang dipakai untuk
membedakan jenis iklim sebaiknya mencerminkan iklim itu sendiri. Pemahaman yang
lebih baru tentang klasifiaksi iklim yaitu dengan melihat hubungan sistematis
antara unsur iklim dengan pola tanam dunia. Klasifikasi iklim berdasar pola
tanaman biasanya dikaitkan dengan hutan, hujan, padang rumput, dan tundra
(Bayong, 1999).
Rata-rata atau series iklim bisa digunakan untuk
membuat tipe (klasifikasi) iklim di suatu daerah. Kegunaan klasifikasi ikilm
adalah untuk memperoleh efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan
sederhana. Oleh karena itu, analisis statistik unsur-unsur iklim yang digunakan
dapat dilakukan untuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara
kuantitatif, umum dan sederhana (Anonim, 2004).
Tiga istilah evaporasi yang sering digunakan di
dalam studi agroklimatologi adalah (1) evaporasi (Epan), yang menggambarkan
jumlah air menguap dari permukaan air langsung ke atmosfir (misalnya dari danau
dan sungai), (2) evapotrasnpirasi aktual (ETa), yang menggambarkan jumlah air
pada permukaan tanah yang berubah menjadi uap air pada kondisi normal, dan (3) evapotranspirasi
potensial (ETp) adalah kehilangan air yang terjadi untuk memenuhi kebutuhan
vegetasi yang terjadi pada saat kondisi air tanah jenuh (Xu and Chen,2005).
Sistem
klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan
serta sudah sangat dikenal di Indonesia.Kriteria yang digunakan adalah dengan
penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bulan kering (BK) dan bulan basah
(BB) dikalikan 100% (Q = BK / BB x 100%).
Pada dasarnya klasifikasi iklim menurut metode Koppen
dapat diterapkan di Indonesia tapi mengingat variasi curah hujan suatu stasiun
di Indonesia sangat besar maka hasil dari klasifikasi Koppen kurang dapat
memberi gambaran yang memuaskan (Wisnubroto. et. al., 1983).
Kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk
memperoleh efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. Oleh
karena itu, analisis statistik unsur-unsur iklim yang digunakan dapat dilakukan
untuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara kuantitatif.
Beberapa diantara klasifikasi iklim yaitu metode klasifikasi Koppen digunakan
untuk iklim pada tumbuhan atau vegetasi, metode klasifikasi Schmidt dan
Fergusson digunakan untuk iklim kehutanan dan perkebunan. Metode klasifikasi
Oldeman digunakan untuk iklim lahan pertanian pangan, dan metode klasifikasi
Mohr (Anonim, 2008).
Iklim telah terbagi sesuai lokasi atau daerah yang telah
di determinasikan tidak hanya untuk satu elemen saja tetapi dengan variasi
kombinasi variable meteorologi. Dua tempat mungkin memililki temperatur yang
sama tapi ada perbedaan curah hujan di sana. Beberapa karakteristik dari
distribusi iklim telah diketahui melalui klasifikasi secara astronomi. Ada
beberapa klasifikasi iklim sesuai parameter pengukurannya yaitu klasifikasi
menurut Mohr, Schmidt dan Fergusson, Oldeman, dan Koppen. Di antara keempat
jenis klasifikasi iklim ini terdapat persamaan dan perbedaan (Harwizt et .al., 1994).
III.
METODOLOGI
Praktikum
acara IV tentang menentukan iklim suatu tempat dilaksanakan pada tanggal 01
Oktober 2013 di Laboratorium
Agroklimatologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian UGM, dibutuhkan bahan antara
lain data curah hujan (5 H) bulanan selama 10 tahun di suatu tempat data rerata
suhu udara (T) bulanan, data tinggi tempat, dan data pendukung pola tanam,
vegetasi dominant dan tanah. Data
TH, T dan h digunakan untuk analisis tipe iklim daerah setempat dengan system
klasifikasi Mohr, Schmidt, Ferguson, Oldeman dan Koppen.
Pada
sistem
klasifikasi Mohr, tabel dibuat dengan kolom-kolom bulan CH per tahun, CH rerata
dan derajat kebasahan bulan (DKB). Semua data dimasukkan ke dalam tabel,
kemudian dihitung curah hujan rerata dari bulan-bulan sejenis. Derajat
kebasahan bulan masing-masing curah hujan rerata ditentukan, kemudian
dimasukkan ke dalam kolom DKB. Dari kolom DKB, dihitung jumlah bulan kering
(BK), bulan lembab (BL) dan bulan basah (BB). Selanjutnya dapat ditentukan tipe
iklim daerah setempat menurut penggolongan Mohr.
Pada
sistem klasifikasi Schmidt – Ferguson, tabel dihitung dengan kolom-kolom bulan,
CH per tahun dengan kolom DKB pada setiap kolom tahun. Semua data dimasukkan ke
dalam tabel, DKB tipa data ditentukan dan dimasukkan ke dalam kolom DKB.
Dihitung jumlah BK, BL dan BB selama 10 tahun. Kemudian rerata BK, BL, dan BB
tipe tahun juga dihitung. Nilai Q dihitung dengan rumus :
dengan
demikian, tipe iklim daerah setempat menurut penggolongan iklim Schmidt
Ferguson dapat ditentukan.
Pada
sistem
klasifikasi Oldeman, tabel dibuat dengan kolom-kolom seperti tabel sistem Mohr. Semua data dimasukkan ke
dalam tabel, kemudian DKB tiap data ditentukan menurut criteria Mohr. Jumlah
rerata BK, BL dan BB dihitung ke dalam bentuk angka bulat. Berdasarkan
pembulatan tersebut, dapat ditentukan tipe iklim daerah setempat dengan “Sistem Klasifikasi Agroklimat”.
Penentuan
tipe iklim menurut kriteria
Koppen didasarkan pada rerata suhu dan curah hujan bulanan atau tahunan yang
disusun dalam beberapa pernyataan yang disimbolkan dengan beberapa huruf. Dari
huruf-huruf tersebut, dapat ditentukan tipe iklim suatu daerah.
Pada
bab pembahasan, perlu adanya uraian-uraian beberapa pendapat tentang
masing-masing klasifikasi yang telah ditentukan. Jika menggunakan acuan perlu
dicantumkan daftar pustaka. Masing-masing klasifikasi dibandingkan baik
kelebihan maupun kekurangannya. Kemudian diuraikan mengenai kesesuaian antara
hasil analisis dengan keadaan tanaman irigasi dan tinggi tempat. Antara rerata
T tahunan dengan T tidak dibandingkan dan dihitung secara empiris.
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: Data curah hujan (CH)
bulanan selama 10 tahun di suatu tempat, data rerata suhu udara (T) bulanan,
data tinggi tempat, serta data pendukung pola tanam, vegetasi dominan dan
tanah.
IV.
HASIL PENGAMATAN
TABEL 3.1 DATA HASIL PENGAMATAN
Tahun
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agu
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
1980
|
336
|
247
|
292
|
371
|
153
|
62
|
88
|
325
|
30
|
243
|
342
|
267
|
1981
|
276
|
306
|
231
|
341
|
262
|
276
|
263
|
197
|
699
|
166
|
474
|
462
|
1982
|
374
|
531
|
710
|
490
|
57
|
38
|
13
|
2
|
207
|
0
|
93
|
1202
|
1983
|
243
|
335
|
278
|
226
|
137
|
17
|
27
|
0
|
0
|
331
|
335
|
440
|
1984
|
248
|
641
|
450
|
361
|
138
|
83
|
0
|
175
|
504
|
509
|
227
|
168
|
1985
|
331
|
298
|
372
|
212
|
398
|
102
|
46
|
101
|
0
|
0
|
200
|
219
|
1986
|
210
|
100
|
0
|
94
|
142
|
403
|
148
|
68
|
141
|
223
|
336
|
344
|
1987
|
482
|
250
|
331
|
112
|
128
|
0
|
94
|
7
|
0
|
0
|
296
|
386
|
1988
|
436
|
336
|
285
|
38
|
90
|
74
|
2
|
4
|
2
|
21
|
422
|
848
|
1989
|
439
|
262
|
502
|
580
|
201
|
335
|
140
|
32
|
5
|
86
|
490
|
448
|
Pengklasifikasian Mohr melihat derajat kebasahan suatu bulan,
yang dibedakan sebagai berikut:
a.
Bulan Basah (BB) :
bulan dengan CH>100 mm
b.
Bulan Lembab (BL) :
bulan dengan 60 mm≤CH≤100 mm
c.
Bulan Kering (BK) :
bulan dengan CH<60 mm
Klasifikasi
Mohr termasuk Golongan I
Daerah
basah, daerah dengan CH melebihi penguapan selama 12 bulan, hampir tanpa
periode kering (BL antara 1-6)
TABEL
3.3 SCHMIDT DAN FERGUSSON
Q
=
= 0,375
Klasifikasi
Schmidt dan Fergusson termasuk golongan C
Daerah
agak basah, vegetasi hutan rimba, diantaranya terdapat vegetasi yang
menggugurkan daunnya pada musim kemarau.
Pengklasifikasian Oldeman melihat derajat kebasahan suatu
bulan, yang dibedakan sebagai berikut:
d.
Bulan Basah (BB) :
bulan dengan CH>200 mm
e.
Bulan Lembab (BL) :
bulan dengan 100 mm≤CH≤200 mm
f.
Bulan Kering (BK) :
bulan dengan CH<100 mm
Untuk
sistem klasifikasi iklim menurut Oldeman, dapat dilihat dari segitiga Oldeman.
Zone iklim dpat dilihat dari banyaknya BB dan BL yang berurutan terbanyak. Maka berdasarkan sistem pengklasifikasian
menurut Oldeman, Tasikmalaya berada di zone iklim D2. Terletak pada subdivisi
2, BK = 2, periode tanam 9-10 bulan. Perlu perencanaan teliti untuk penanaman
sepanjang tahun.
TABEL
3.5 KOPPEN
Metode determinasi tipe
iklim menurut klasifikasi Koppen didapatkan:
1.
T >10oC maka iklim ini
dimunkinkan antara iklim A,C,D.
2.
Curah hujan merata sepanjang tahun
dengan rumus r > 2T+14 maka dimungkinkan dalam iklim A,C,D.
3.
T >18oC pada suhu bulan
terdingin maka dimungkinkan iklim termasuk ke dalam iklim A.
TABEL
3.6 TABEL SUHU
Rata-rata T max= 31,362
Rata-rata
T min= 22,79
Rata-rata T rerata=
27.076
TABEL
3.7 TABEL IDENTIFIKASI
Definisi-definisi:
r = rerata CH tahunan observasi: 2,412583 cm
T = rerata T : 27,07572 oC
r1
= 2T + 14 = 2(27,07572) + 14= 68,15145
p1
= 10-(r/25) = 0,349667
p2
= 2 mm
No
|
Pernyataan
|
Y/T
|
Keterangan
|
1
|
Rerata T bulanan < 10oC
|
T
|
T max:
31,36166 oC
|
2
|
Sebaran CH merata sepanjang tahun
|
T
|
|
3
|
CH terpusat pada musim panas
|
T
|
|
4
|
Rerata suhu bulan terdingin >18oC
|
Y
|
T min :
22,78978 oC
|
5
|
Suhu terdingin < 3 oC
|
T
|
T min :
22,78978 oC
|
6
|
Jumlah CH bulanan pada bulan terkering
<60mm
|
Y
|
CH min: 2mm
|
7
|
Jumlah CH bulanan maksimum pada musim
panas (paling tidak CH bulanan maksimum musim panas = 10 kali jumlah CH
bulanan minimum musim dingin)
|
T
|
|
8
|
Jumlah CH bulanan maksimum terjadi
pada musim dingin (paling tidak jumlah CH bulanan maksimum musim dingin = 3
kali jumlah CH minimum musim panas )
|
T
|
|
9
|
Jumlah CH bulanan minimum musim panas
>20mm
|
T
|
|
10
|
Jumlah CH bulanan maksimum musim panas
> 10 kali jumlah CH bulanan minimum musim dingin
|
Y
|
|
11
|
Jumlah CH bulanan maksimum musim
dingin > 3 kali jumlah CH bulanan minimum musim panas < 30 mm
|
Y
|
|
12
|
Tidak ada musim kering (jumlah CH
>30 mm)
|
Y
|
|
13
|
Ada bulan kering, dengan syarat jumlah
CH maksimum > 3 kali (jumlah CH bulanan minimum < 30 mm)
|
T
|
|
14
|
Rerata T udara bulan terpanas < 0oC
|
T
|
|
TABEL
3.8 METODE
DETERMINASI TIPE IKLIM MENURUT KLASIFIKASI KOPPEN
No
|
Penjelasan
|
Tipe Iklim
|
Pindah nomor
|
1
|
Tiga iklim (A,C,D) dibedakan terhadap
iklim kutub (E) didasarkan atas rerata suhu pada bulan terpanas:
a.
Bila T< 10oC
b. Bila T> 10oC
|
E
A,C,D
|
8
2
|
2
|
Tiga iklim (A,C,D) dibedakan terhadap
iklim kering (B) didasarkan pada penyebaran CH terhadap waktu:
a.
Bila CH merata sepanjang tahun
dipergunakan rumus:
r
= 2T + 14
r
< 2T + 14
r > 2T + 14
b.
Bila CH terkonsentrasi pada musim
semi, dipergunakan rumus:
r
= 2T + 28
r
< 2T + 28
r
> 2T + 28
c.
Bila CH maksimum terjadi pada
musim gugur dipergunakan rumus:
r
= 2T
r
< 2T
r
> 2T
|
B
A,C,D
B
B
A,C,D
B
A,C,D
|
5
3
5
5
3
5
3
|
3
|
Masing-masing anggota iklim (A,C,D)
satu dengan lainnya dibedakan berdasarkan rerata suhu bulanan terdingin:
a.
Bila
T > 18oC
b.
Bila 18oC >T> 3oC
c.
Bila T < 3oC
|
A
C
D
|
4
6
7
|
4
|
Perbedaan antara Af, Am, dan Aw
didasarkan pada CH tahunan (r) dan CH pada bulan terkering (p):
a.
Bila p2>60mm
Bila p2<60mm
b.
Untuk membedakan Am dan Aw
menggunakan rumus
P1=
10-(r/25)
Bila p2>p1
Bila
p2<p1
|
Af
Aw,Am
Am
Aw
|
4b
|
5
|
Perbedaan antara tipe iklim Bs dengan
Bw didasarkan jumlah CH tahunan (r) dan rerata T tahunan :
a.
Bila CH merata sepanjang tahun
digunakan rumus:
r
= T+7
r<r1
r>r1
b.
Bila CH maksimum pada musim semi
(minimum jumlah CH bulan terkering musim dingin) dipergunakan rumus:
r1=T-14
r<r1
r>r1
|
Bs
Bw
Bs
Bw
|
|
6
|
Perbedaan antara Cf,Cw,dan Cs
didasarkan atas penyebaran CH dan CH bulanan:
a.
Bila CH tersebar merata dan CH
bulan terkering pada musim semi lebih besar 30mm
b.
Bila CH maksimum dalam musim semi
lebih besar sama dengan 10 kali CH bulan terkeringmusim semi
c.
CH maksimum dalam musim dingin
lebih besar sama dengan 3 kali CH terkering musim semi dn CH bulan terkering
musim semi < 30mm
|
Cf
Cw
Cs
|
|
7
|
Perbedaan antara Dw dan Df didasarkan
ada atau tidaknya musim kering:
a.
Pembagian CH merata merata
sepanjang tahun dan tidak ada musim kering (CH>30mm)
b.
Terdapat bulan kering,CH bulanan
terbasah lebih besar sama dengan tiga kali (CH terkering < 30mm)
|
Df
Dw
|
|
8
|
Perbedaan antara Et dan Ef didasarkan
pada suhu udara bulan terpanas:
Bila 10oC > T >0oC
Bila T < 0oC
|
Et
Ef
|
|
V.
PEMBAHASAN
Iklim
dapat diartikan sebagai gaungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau
rata-rata cuaca.Iklim pada suatu tempat terdiri dari unsur-unsur yang
variasinya sangat berbeda, dan dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin bila dua
tempat mempunyai iklim yang sama persis atau identik. Jumlah iklim di permukaan bumi ini hampir tidak
terbatas, sehingga membutuhkan penggolongan ke dalam suatu kelas atau tipe.
Klasifikasi iklim yang dibuat oleh manusia tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Namun pengklasifikasian iklim dapat memudahkan dalam
mengidentifikasi iklim pada suatu daerah, karena pengklasifikasian iklim
tersebut menyederhanakan jumlah iklim lokal yang tidak terbatas jumlahnya
menjadi beberapa golongan yang jumlahnya relatif sedikit, yaitu kelas-kelas
yang mempunyai sifat penting yang bersamaan. Telah banyak klasifikasi iklim
yang dibuat dan masing-masing memiliki sistem tersendiri sesuai dengan tujuan
dari sistem klasifikasi tersebut. Masing-masing klasifikasi menggunakan unsur
iklim yang berbeda sebagai parameter.
Berdasarkan data curah hujan yang
diperoleh melalui pengamatan selama 10 tahun maka iklim di suatu tempat yang
dalam praktikum ini adalah iklim di Tasikmalaya maka kita dapat menentukan
iklim di tempat teresebut dengan beberapa klasifikasi yang telah di perkenalkan
melalui praktikum ini yaitu yang pertama adalah klasifikasi menurut Mohr. Dengan data yang telah kita oleh dengan
mengelompokkan yang mana bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering, sehingga
dari data yang diperoleh, bulan basah terdapat pada 10 bulan setelah dilihat
dari rata-rata, sedangkan bulan lembab hanya terjadi 2 bulan sepanjang
rata-rata dalam 10 tahun dan tidak ada bulan kering, maka kita dapat
mengklasifikasikan iklim di tempat itu adalah iklim golongan I yaitu daerah
basah, daerah ini dengan curah hujan melebihi penguapan selam 12 bulan hampir
tidak ada periode kering dan dengan bulan lembab antara 1-6.
Kemudian dengan menggunakan
klasifikasi menurut Schmidt dan Fergusson, kita masih menggunakan BB, BL, dan
BK menurut kelsifikasi Mohr, namun dalam metode klasifikasi ini setelah kita menentukan yang BB,BK, dan BL
maka kita harus menghitung rerata dari BB dan BK kemudian menghitung rasio Q
yang didapatkan melalui BK dibagi oleh BB dan didapatkan rasio Q sebesar 0.375
setelah itu kita dapat mengklasifikasi dengan yang ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Schmidt dan Fergusson. Iklim di Tasikmalaya digolongkan kepada
daerah basah karena ratio Q berada diantara 0.143 dan 0.333, dan berdasarkan
Schmidt dan Fergusson vegetasi di daerah ini adalah vegetasi hutan hujan
tropis.
Setelah itu kita dapat
menklasifikasikan dengan metode Oldeman, dalam menggunakan metode Oldeman
mempunyai kesamaan dengan metode Mohr yaitu dengan menggunakan peggolongan BB,
BL, dan BK hanya saja dalam klasifikasi Oldeman digunakan jangkauan yang lebih
besar yau pada BB untuk Oldeman CH harus >200mm sedangkan untuk Mohr
>100mm kemudian untuk BL untuk Oldeman antara 100 hingga 200 mm sedangkan
untuk Mohr antara 60 hingga 100 mm dan untuk BK Oldeman menggunakan yang
<100 mm dan untuk Mohr <60 mm. Dari data di peroleh BB yaitu 4 , BL 2,
dilihat dari data berurutan yang terbanyak. Setelah itu banyaknya BB dan BL
digunakan untuk mengklasifikasikan dengan menggunakan segitiga Oldeman setelah
membuat garis yang ditarik pada segitiga Oldeman dapat diklasifikasikan bahwa
daerah ini masuk ke dalam zone D2 yaitu terletak pada subdivisi 2, BK =
2-3, periode tanam 9-10 bulan. Perlu perencanaan teliti untuk penanaman
sepanjang tahun
Metode yang terakhir yaitu dengan
menggunakan metode pengklasifikasi menurut Koppen menggunakan rerata tahuhan
temperatur dengan menggunakan ketinggian tempat dan rumus temperatur maksimum
dan minimum. Kemudian menggunakan metode determinasi menurut klasifikasi
Koppen. Setelah menelusuri dengan menggunakan metode determinasi iklim di
daerah ini dapat diklasifikasikan ke iklim Am yaitu iklim hujan tropis
(tropical rainy climate), yaitu daerah iklim panas dengan suhu rerata bulanan
> 18 kemudian musim kering pendek tetapi curah hujan besar sehingga tanah
cukup panjang sepanjang tahun.
Setiap
metode pengklasifikasian iklim memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga
dengan Metode Mohr ini. Kelebihan metode Mohr adalah walaupun jenis tanah tidak
menjadi dasar sistem klasifikasi Mohr, namun pada metode ini sudah cukup
mewakili berbagai jenis tanah dan Dapat mengetahui pergeseran iklim tiap bulan
dan dapat digunakan sebagai patokan penentuan awal tanaman keras. Sedangkan
kekurangan dari metode klasifikasi iklim menurut Mohr adalah
pengklasifikasiannya didasarkan pada rata-rata bulanan sehingga kurang sesuai
untuk memberi gambaran secara sempurna mengenai keadaan iklim secara tahunan
sehingga kurang spesifik dalam hal penentuan iklim, selain itu juga tidak mengikutsertakan
sifat fisis suatu tanah yang juga dapat memberi pengaruh pada penentuan iklim
pada suatu tempat, serta Tidak dapat mengetahui pergeseran iklim tiap tahun dan
hanya digunakan untuk menentukan iklim yang curah hujannya menonjol, untuk
pedoman tanaman semusim.
Pada
klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Fergusson dapat menutupi kelemahan
klasifikasi iklim menurut Mohr (dapat mengetahui pergeseran iklim tiap tahun),
variasinya lebih banyak sehingga lebih terperinci, dapat digunakan untuk pola
tanam pohon semusim. Namun, sistem klasifikasi ini memiliki kekurangan yaitu
hanya menggunakan satu unsur iklim, yaitu curah hujan dan angka yang diperoleh
belum menggambarkan karakteristik tiap iklim tahunan.
Sistem
klasifikasi iklim menurut Oldeman, pembagian tipe iklim lebih terperinci
sehingga menghasilkan klasifikasi yang bervariasi dan terkait langsung dengan
tanaman walaupun hanya terbatas dan bermanfaat sebagai pedoman untuk menentukan
pola tanam serta waktu tanam, terutama untuk daerah yang tidak menggunakan
irigasi. Kekurangan pada sistem klasifikasi ini antara lainterletak pada penentuan batas antara bulan basah dan bulan
kering terlalu tinggi serta hanya cocok untuk pola tanam tanaman semusim, yaitu
hanya ditentukan dengan dasar curah hujan.
Klasifikasi iklim
menurut Koppen memilki kelebihan yaitu penentuan klasifikasi
iklim berdasarkan berbagai anasir iklim seperti curah hujan dan suhu berlaku
atau sesuai untuk berbagai belahan bumi, penulisan simbol-simbolnya tipe iklim
dapat dengan tepat merumuskan sifat dan corak masing-masing tipe iklim itu
hanya dengan tanda yang terdiri dari kombinasi beberapa huruf. Adapun kekurangan dari klasifikasi ini adalah Klasifikasi
iklim ini kurang memperhitungkan
faktor-faktor iklim misalnya vegetasi yang tumbuh pada suatu daerah dan
penyebarannya. Suatu macam data dapat menghasilkan tipe iklim yang berbeda, hal
ini diseabkan karena dasar pengklasifikasian yang digunakan masing-masing ahli
berbeda-beda tergantung yang digunakannya apakah berdasarkan Mohr, Schmidt dan Ferguson,
Oldeman atau Koppen.
Berdasarkan hasil
identifikasi dari keempat sistem pengklasifikasian iklim, menurut kami yang
paling cocok diterapkan di Indonesia adalah sistem klasifikasi iklim menurut
Koppen. Sistem klasifikasi ini menggunakan simbol-simbol yang lebih mendetail
sehingga lebih spesifik pada jenis-jenis iklim, sehingga cocok di Indonesia
yang memiliki keragaman iklim yang cukup besar dengan curah hujan yang
berbeda-beda di tiap wilayahnya.
VI.
KESIMPULAN
1.
Tasikmalaya termasuk iklim :
a)
Menurut Mohr: Tipe golongan I, karena
daerah ini mempunyai CH melebihi dari penguapan selama 12 bulan dan ditandai
dengan BL antara 1-6 dalam 10 tahun.
b)
Menurut Schmidt dan Ferguson: Tipe
golongan C, ditandai dengan daerah agak basah, vegetasi hutan rimba,
diantaranya terdapat vegetasi yang menggugurkan daunnya pada musim kemarau
c)
Menurut Oldeman : Tipe golongan
D2,terletak pada subdivisi 2, BK = 2, periode tanam 9-10 bulan.
Perlu perencanaan teliti untuk penanaman sepanjang
tahun
d)
Menurut Koppen: iklim Am dengan suhu rerata
bulanan >18oC pada suhu bukan terdingin.
2.
Klasifikasi yang cocok digunakan untuk
di Indonesia adalah klasifikasi iklim menurut Koppen karena sistem
pengklasifikasiannya yang spesifik cocok untuk wilayah Indonesia yang memiliki
iklim yang beragam dengan curah hujan yang beragam pula.
DAFTAR
PUSTAKA
Boyong, T . 1999. Klimatologi Umum. Penerbit
Bandung. Bandung.
Harwitz, Benhard, and james M Austin. 1994. Climatology. Mc Graw-Hill
Book Company, inc. New York and London.
Wisnubroto, S. S. L, Aminah, N. Rulyono.
1983. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Xu, C-Y. and D. Chen.2005.Comparison
of seven models for estimation of evapotranspiration
and ground
water recharge using lysimeter measurement
data in Germany. Hydrol.Processes. 19 : 3717-3734.
0 comments:
Post a Comment