Pendauluan
Respirasi merupakan proses dimana senyawa karbon
karbon teroksidasi untuk menyediakan energi metabolisme dan substrat yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan semua sel hidup. Pada tumbuhan,
respirasi dikendalikan oleh ketersediaan substrat pernapasan, energi selular
atau status total kapasitas pernapasan. Substrat yang dapat membatasi respirasi
mencakup ADP (Loe et a.l, 2001 cit Klotz et al., 2007), molekul oksigen (Geigenberger et al., 2000 cit Klotz et al., 2007), NAD Karbon (Azcon-Bieto et al., 1989 cit Klotz et al., 2007),
dan mengurangi senyawa yang disediakan oleh pembelahan sukrosa, glikolisis, dan
siklus asam tikarboksilat (TCA) (Hari et
al., 1985; Marilia at al., 2003 cit Klotz et al., 2007). Status energi selules sering dinyatakan sebagai
rasio ATP untuk ADP, mengatur pernapasan dalam beberapa sistem tanaman dengan
megendalikan fluks glikolitik dan tingkat karbon masuk dalam siklus TCA. Status
energi sel diberikan kontrol dengan efek alosentrik dari ADP dan ATP pada
fosfofruktokinase, piruvat kinase, dan dehidrogenase piruvat (Day and Lambers,
1983; Farrar, 1985 cit Klotz et al., 2007). Kapasitas pernafasan
adalah karena gabungan dari sitokrom c oksidase
(COX) dan oksidase alternatif (AOX) jalur untuk menerima elektron dari
transport elektron sistem. Pada beberapa spesies tanaman, dibawah kondisi
perkembangan dan lingkungan tertentu, pernapasan kapasitas telah ditunjukkan
untuk membatasi respirasi (Azco’n-Bieto et
al., 1983; Covery-Crump ey al.,
2002 cit Klotz et al., 2007).
Beberapa tanaman merespon proses pertukaran karbon
untuk mengubah suhu yang disebabkan oleh perubahan aktivitas enzimatik. Dimana
kenaikan suhu mencapai suhu optimum merangsang aktivitas enzim yang
mengakibatkan peningkatan hingga puncak. Namun jika suhu menurun diluar suhu
optimum, harga mulai menurun. Penurunan suhu ini digunakan untuk berbagaiproses
(termasuk respirasi dan fotosintesis). Penurunan suhu tinggi pada fotosistesis
berhubungan dengan aktivitas Rubisco. Aktivasi Rubisco merupakan keseimbangan
antara penonaktivan dan aktivase yang akan meningkat pada suhu tinggi. Pada
suhu tinggi, penonaktifan enzim dapat meningkat ke titik yang melebihi
kapasitas aktivase enzim untuk mempromosikan pengaktifan (Crafts-Brander and
Salvucci, 2000 cit Smith and Dukes,
2012).
Metodologi
Praktikum
dasar-dasar fisiologi tumbuhan dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Mei 2014 di
laboraturium Ilmu tanaman, jurusan Budidya Pertanian, Fakultas Pertanian, UGM.
Praktikum bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu lingkungan terhadap laju
respirasi aerob kecambah kacang hijau. Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah botol 250 ml berjumlah 8 dengann tutup karet, 4 termometer, erlenmeyer
125 ml, buret, kecambah kacang hijau dan lemari es. Semntara bahan yang
digunakan adalah NaOH 0,2 N, larutan BaCl2, larutan HCl 0,1 N,
larutan indikator phenolptalein, kain kelambu dan tali.
Rancangan
percobaan yang digunakan pada praktikum tersebut adalah RCBD. Variabel yang
diamati adalah jumlah CO2 yang dihasilkan dengan rumus [11(X-Y)] ml
CO2/berat kecambah (gram)/20 jam. X adalah volume HCl tanpa kecambah
sementara Y merupakan volume HCl dengan kecambah. Hubungan antara laju
respirasi aerob dengan suhu ditampilkan dalam bentuk kurva regresi.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Tabel 1. Tabel pengaruh suhu terhadap laju respirasi
Suhu Lingkungan (°C)
|
Laju Respirasi (ml CO2 gr-1 jam-1)
|
5
|
0,052
|
15
|
0,17
|
Suhu Lab
|
0,71
|
Rumah Kaca
|
0,58
|
B. Pembahasan
Katabolisme disebut juga respiras,i
merupakan proses penting dalam kehidupan. Respirasi merupakan proses pemecahan
bahan organik menjadi bahan anorganik dan melepaskan sejumlah energi (reaksi
eksergonik). Energi yang lepas tersebut digunakan untuk membentuk adenosin
trifosfat (ATP), yang merupakan sumber energi untuk seluruh aktivitas
kehidupan.
Setiap sel hidup mengikuti
respirasi seluler. Respirasi seluler dapat dilakukan dengan dua jalur yang
berbeda. Respirasi seluler yang terjadi dihadapan oksigen disebut respirasi
aerobik, dan respirasi yang terjadi dalam ketiadaan oksigen respirasi seluler
anaerobik.
Pada praktikum ini respirasi
dihitung berdasarkan sisa CO2 yang dihasilkan. Awalnya botol berisi
NaOH dengan dan tanpa kacang hijau ditutup rapat dan diberi perlakuan suhu. Mula-mula
terjadi reaksi antara NaOH yang terdapat pada masing-masing botol dengan CO2
yang merupakan hasil respirasi dari kecambah kacang hijau. NaOH yang ada didalam botol berfungsi untuk menyerap
karbondioksida dalam botol, sehingga reaksi tersebut
menghasilkan Na2CO3 dan H2O. Penambahan BaCl2
bertujuan untuk mengikat air yang dihasilkan dari reaksi NaOH dan CO2. Sementara itu, reaksi
antara Na2CO3 dengan BaCl2 menghasilkan BaCO3
dan NaCl. Penambahan larutan warna phenolptalein bertujuan untuk memberikan
tanda tercapainya titik ekuivalen pada saat titrasi.
Proses titrasi dihentikan
pada saat warna larutan yang semula berwarna merah jambu berubah menjadi putih.
Volume HCl yang digunakan untuk merubah warna larutan tersebut dapat
menunjukkan CO2 yang diserap kacang hijau.
Gambar 1.
Regresi laju respirasi kecambah Vigna
radiata ke berbagai suhu lingkungan
Pada grafik diatas menunjukkan hubungan
regresi antara laju respirasi dengan suhu lingkungan. Diperoleh persamaan y =
0,2124x – 0,153. Nilai 0,2124 menunjukkan bahwa laju respirasi dan suhu
lingkungan berbanding lurus. Semakin tinggi suhu, semakin cepat pula laju
respirasinya. Sedangkan nilai R2 yang didapatkan sebesar 0,7505.
Nilai tersebut mendekati 1 yang berarti laju respirasi dan suhu lingkungan
memiliki hubungan yang erat.
Pada
grafik diatas menunjukkan bahwa pengukuran laju respirasi pada suhu
laboratorium mengalami kenaikan dibanding dengan perlakuan pada suhu 15°C.
Sedangkan mengalami penurunan saat berada dalam perlakuan pada rumah kaca. Suhu
rumah kaca lebih panas dibandingkan dengan suhu yang berada di dalam
laboratrium. Menurut Smith et al.
(2012) peningkatan suhu menstimulasi aktivitas enzim di dalam sel. Pada suhu
yang tinggi terjadi peningkatan deaktivasi enzim pada titik tertentu. Hal ini
meyebabkan kapasitas enzim aktivase meningkat untuk menaikkan aktivitas enzim.
Oleh karena itu, adanya kenaikan suhu menyebabkan peningkatan enzim amilase dan
enzim lainnya untuk merombak pati menjadi gula sederhana yang dipakai untuk
respirasi. Hal ini menyebabkan laju respirasi meningkat.
Kesimpulan dan
Saran
A. Kesimpulan
Kenaikan suhu berpengaruh terhadap laju respirasi.
Respirasi dapat berjalan dengan baik jika berada dalam suhu optimum. Semakin
tinggi suhu, semakin cepat pula laju fotosintesisnya.
B. Saran
Sebaiknya termometer yang akan digunakan dalam
praktikum dipastikan kondisinya terlebih dahulu agar tidak menghambat dalam
pengerjaan praktikum.
Daftar Pustaka
Klotza,
K. L., Fernando L.,Fingerb, and Marc D. Andersonc. 2007.
Respiration in postharvest sygarbeet roots is notlimited
by respiratory capacity or adenylates. Journal
of Plant Physiology :1500—1510.
Smith,
N. G. and J. S. Dukes. 2012. Plant respiration and Photosyntesis in
global-scale
models: incorporating
acclimation to temperature and CO2. Global Change Biology doi: 10.1111: 1-18.
0 comments:
Post a Comment