“Setiap
orang mempunyai karakter yang berbeda dalam menjalani kehidupan dunia”.
Saya setuju ketika pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap manusia mempunyai
metode/cara/pola tersendiri, tapi saya tidak setuju ketika pernyataan tersebut
di jadikan alasan untuk menghilangkan sifat dasar manusia yang pada dasarnya
sama. Ingin sehat, berkehidupan cukup materi, bahagia, dan beribadah kepada
Allah adalah sebagian sifat dasar manusia yang sama. Bahkan Sumanto (mantan
narapidana pemakan mayat) atau Rian Jombang (mantan narapidana kasus pembunuhan
multilasi) masih tetap mempunyai sifat dasar manusia karena mereka masih mau
mempelajari ilmu agama setelah menjadi narapidana. Intinya saya masih percaya
bahwa manusia mempunyai sifat dasar yang sama, manusia ingin hidup bahagia
dunia maupun akhirat. Dari sifat dasar yang sama maka muncullah
metode/cara/pola pembeda pada tiap individu, hal ini yang menyebabkan kehidupan
tidak berjalan statis, akan tetapi penuh ke unikan dalam tiap kisahnya. Manusia
ingin berkehidupan dengan cukup materi, ada yang bekerja sebagai petani,
dokter, pilot, dsb. Menjadikan hidup ini saling terisi dengan penuh
keseimbangan yang telah tercipta secara alami.
Metode/cara/pola
yang di jalankan dapat di nilai dari seberapa besar kita berusaha, berdoa
kepada Allah, serta pasrah kepada Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang. Saya teringat pada cerita sederhana dengan pesan sangat mendalam pada
alurnya.
Suatu hari ada seorang pria sebut
saja Benyamin yang bekerja di perusahaan X terkena PHK. Selama dia bekerja,
Benyamin selalu menyisihkan uang penghasilan selama 1 bulan untuk ber infaq.
Benyamin menyakini infaq yang dia berikan akan diberikan gantinya secara materi
berlipat ganda oleh Allah. 2 bulan setelah PHK, Benyamin masih melakukan
kebiasaan nya tersebut. Seketika dia berfikir infaq nya selama ini percuma
karena sampai saat ini dia belum mendapat pekerjaan, dia menyalahkan Allah. Dia
melihat seorang tukang sapu memberikan infaq 200 ribu dengan penghasilan
perbulan 300 ribu, Benyamin di buat bingung. Benyamin bertanya pada si tukang
sapu “ kek, kenapa kakek memberikan infaq lebih dari setengah gaji bulanan
kakek, apakah kakek yakin Allah akan membalas kebaikan kakek “ , kakek
tersebut menjawab “kenapa harus ragu, saya yakin Allah akan membalasnya,
karena saya yakin bahwa rezeki atau kebahagiaan bukan hanya rezeki dalam bentuk
uang, rezeki diberi kesehatan, rezeki diberi keluarga yang sholeh, rezeki
diberikan keluarga yang rukun, jadi saya kira Allah punya rencana yang sama
sekali kita tidak memikirkan, tapi Allah bisa dengan segala kebesaranNya, Allah
tau niat kita”.
Dari
kisah tersebut saya sadar bahwa sungguh Allah telah memberikan banyak nikmat
pada tiap manusia. Allah pasti akan menguji hambanya dengan tetap memberikan
nikmatnya. Kembali pada prinsip “ Setiap
orang mempunyai karakter yang berbeda dalam menjalani kehidupan dunia ” ,
maka saya yakin Allah juga memberikan ujian yang berbeda pada setiap hambanya.
Contohnya :
1.
Ada seorang mahasiswa yang orang tuanya
mampu membiayai anaknya sampai lulus. Mempunyai rezeki untuk menyekolahkan anak
adalah sebuah nikamt, namun Allah bisa saja memberikan ujian dengan keadaan ibu
ayah mahasiswa tersebut sakit. Betapa nikmatnya sehat bagi manusia.
2.
Ada seorang mahasiswa yang sakan
menyelesaikan kuliahnya dengan keadaan ayah ibu sehat. Allah bisa saja
mencukupkan rezeki keluarga tersebut tapi jika Allah berkehendak untuk si anak
berusaha kebih demi kuliahnya itu bisa saja.
Sebagai orang
Islam saya yakin Allah mempunyai cara unik membahagiakan umatnya. Allah akan
mengantarkan nikmat untuk umatnya yang pantas, umat yang pantas adalah umat
yang menjalankan perintah sesuai dengan apa yang di ajarkan Qur’an dan Hadist.
Lebih dari menjalani perintah, memaknai islam secara fundamental juga di
perlukan sebagai dasar keyakian.
*Tulisan
ini adalah opini pribadi. Silahkan di cermati terlebih dahulu untuk menerima
atau tidak menerima pendapat saya.
0 comments:
Post a Comment