ACARA V
PENENTUAN POLA TANAM BERDASARKAN KEADAAN IKLIM
PENENTUAN POLA TANAM BERDASARKAN KEADAAN IKLIM
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pola tanam merupakan suatu susunan urutan periode tanam dari satu atau beberapa jenis tanaman semusim dalam
suatu periode waktu tertentu. Pada prinsipnya pola tanam didasarkan atas
ketersediaan lengas dalam tanah untuk memdukung pertumbuhan tanaman selama
periode tumbuhnya. Sebelum menentukan jenis tanaman yang akan ditanam perlu
dilihat kesesuaian iklim dan tanahnya.
Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas cara penentuan
pola tanam secara kasar dengan jalan menyederhanakan berbagai faktor yang
seharusnya dipertimbangkan. Faktor yang dipertimbangkan dalam bahasan ini hanya
faktor iklim saja. Penentuan pola tanam berdasarkan iklim hanya didasarkan atas
imbangan antara jumlah presipitasi dengan besarnya evapotranspirasi yang
terjadi. Sehingga dalam konteks ini, periode tumbuh dapat diartikan sebagai
suatu jangka waktu saat jumlah presipitasi lebih banyak dari
evapotranspirasinya.
Analisis peluang curah hujan menjadi penting karena
secara statistik curah hujan bervariasi menurut ruang dan waktu. Pada analisis
probabilitas, data curah hujan menjadi lebih berguna karena di dalam analissi
peluang diberi tingkat kepercayaan terhadap nilai-nilai yang diperoleh.
B. Tujuan
Untuk mengetahui manfaat data iklim dalam menentukan pola tanam di suatu
daerah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan
curah hujan (presipitasi). Kaitannya dengan vegetasi (tanaman) maka curah hujan
sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan vegetasi tersebut. Penyebaran berbagai
spesies tumbuhan atau dibatasi oleh kondisi iklim dan tanah serta daya adaptasi
dari masing-masing spesies tumbuhan tersebut. Sesungguhnya hubungan antara
vegetasi dan iklim adalah saling berpengaruh. Selain iklim dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keberadaan vegetasi juga dapat
mempengaruhi iklim di sekitarnya. Peran vegetasi mirip dengan peran bentangan
air. Hal ini disebabkan karena tumbuhan mengandung banyak air dan tumbuhan
menyumbang banyak uap air ke atmosfer melalui proses transpirasi (Lakitan,
2002).
Pengukuran penguapan dari permukaan air bebas dan
permukaan tanah serta transpirasi dari tumbuh-tumbuhan adalah sangat penting
dalam pertanian, khususnya dalam penentuan pola tanam. Didalam prakteknya sulit
untuk memisahkan dan membedakan antara air yang dihasilkan penguapan dari tanah
dan tubuh air serta yang ditranspirasikan dari tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu
kedua proses tadi disebut evapotranspirasi. Laju evapotranspirasi dinyatakan
dengan banyaknya air yang hilang oleh proses evapotranspirasi dari suatu daerah
tiap satuan luas dalam satu satuan waktu. Ini dapat pula dinyatakan sebagai
volume air cair yang hilang tiap satuan waktu dari daerah yang ditinjau. Satuan
waktu yang dipakai bisa satu jam atau satu hari, dan satuan tebal dapat mm atau
cm. Laju evapotranspirasi dari suatu daerah ditentukan oleh dua pengendali atau
kontrol utama, yaitu yang pertama adalah
ketersediaan air pada permukaan daerah tersebut dan kontrol kedua adalah
kemampuan atmosfer mengevapotranspirasikan dalam dari permukaan dan memindahkan
uap airnya ke atas. Kalau banyaknya uap air selalu tersedia tidak terbatas,
maka evapotranspirasi akan berlangsung dengan laju maksimal untuk lingkungan
tersebut. Akan tetapi pada umumnya banyaknya air pada permukaan tidaklah selalu
tersedia, apalagi tidak terbatas, sehingga evapotranspirasinya berlangsung
dengan laju yang lebih kecil daripada laju seandainya banyaknya air yang
tersedia tidak terbatas (Prawirowardoyo, 1996).
Air presipitasi yang jatuh ke dalam
dan tidak diuapkan kembali ke atmosfer akan mengalir ke laut, baik melalui
aliran permukaan (sungai) maupun aliran bawah tanah, atau gabungan dari kedua
cara ini. Adapun evaporasi sebagai proses penguapan air yang berasal dari
permukaan batangan air atau dari bahan padat yang mengandung air. Laju
evaporasi sangat bergantung pada masukan energi yang diterima. Semakin besar
jumlah energi yang diterima, maka semakin banyak molekul air yang diuapkan. Sumber
energi yang utama untuk evaporasi adalah radiasi matahari. Oleh sebab itu, laju
evaporasi yang tinggi tercapai pada waktu sekitar tengah hari (Solar soor)
(Lakitan, 2002).
Hasil suatu jenis tanaman bergantung pada interaksi
antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Seperti jenis tanah, topografi,
pengelolaan, pola iklim, teknologi dan faktor ekonomi. Dari faktor lingkungan,
maka faktor tanah lebih banyak dipelajari dan dipahami dibandingkan dengan
faktor cuaca dan iklim. Cuaca dala produksi pangan yang sukar dikendalikan.
Oleh karena itu dalam usaha pertanian, pada umumnya cara-cara bertani
disesuaikan dengan pemakain teknologi tinggi termasuk pasca usaha, juga
dilakukan melalui pemanfaatan iklim, terutama untuk meningkatkan intensitas
tanam dan penanaman ganda. Perencanaan pola tanam sebaiknya disesuaikan dengan
kondisi iklim setempat (Hansen dkk,1986).
Pengukuran hujan pertama di Indonesia dilakukan pada
tahun 1866 dan hanya di Jakarta. Penelitian tentang meteorologi pertanian
terutama diarahkan kepada usaha untuk mengurangi kerugian akibat cuaca buruk
untuk mungkin mengakibatkan menimpa tanaman perkebunan tersebut. Pada umumnya
hujan diukur dengan penakar hujan di lapangan dengan hitung waktu harian.
Laporan curah hujan biasanya dibuat mingguan atau sepuluh harian. Selanjutnya
laporan ini dikumpulkan di pusat pelayanan meteorologi dan diseragamkan menjadi
jumlah hujan bulanan. Suatu metode yang tidak menggunakan statistik untuk
mengukur curah hujan yang rumit adalah metode penyusunan rangking (Wisnubroto,
1999).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ketinggian tempat berpengaruh terhadap keadaan cuaca kemudian terhadap
perkembangan penyakit anasir-anasir cuaca makro menunjukkan pola keragaman
antar topoklimat yang lebih nyata dibandingkan anasir-anasir cuaca mikro
kelembaban nisbi udara tambah curah hujan. Bukti-bukti sebagai anasir-anasir
yang dominan selain temperatur udara dan tanah (Gunadi, 1997).
Pertumbuhan dan produksi tanaman yang ditumpang
sarikan relative lebih rendah daripada tanaman tunggalnya. Pengunduran waktu
tanam jagung 10 dan 20 hari pada system
tumpang sari dapat meningkatkan berat kering polong isi 10% dan 15 % lebih
tinggi dari kacang tanah yang ditanam bersamaan dengan tanaman jagung (1,981 Kg/ha
atau 57% dari kacang tanah tunggal). Sebaliknya pada jagung dengan pengunduran
waktu tanam 10 dan 20 hari pada system tumpang sari menghasilkan berat kering
biji 8% dan 19% lebih rendah dari waktu tanam 10 dan 20 hari pada system
tumpang sari menghasilkan berat kering biji 8% dan 19% yang bersamaan dengan
kacang tanah (3,403 Kg/ha atau 70% dari hasil tanaman jagung tunggal). Factor
cahaya dan air merupakan factor yang perlu dipertimbangkan untuk dapat mencapai
hasil yang lebih tinggi (Sitompul et.al.,
1980).
Laju evapotraspirasi dinyatakan dengan banyaknya air
yang hilang oleh proses evapotranpirasi dari suatu daerah tiap satuan luas
dalam satu satuan waktu. Ini dapat pula dinyatakan sebagai volume air cair yang
hilang tiap satu satuan waktu dari daerah
yang ditinjau. Satuan waktu yang dipakai bisa satu jam atau satu hari
dan satuan tebal dapat mm atau cm. Laju evapotrasnpirasi dari suatu daerah
ditentukan oleh dua pengendali atau kontrol utama yaitu yang pertama adalah
ketersediaan air pada permukaan daerah tersebut dan kontrol kedua ialah kemampuan
atmosfer mengevapotranspirasikan akan berlangsung dengan laju maksimal untuk
lingkungan tersebut. Akan tetapi, pada umumnya banyaknya air pada permukaan
tidaklah selalu tersedia, apalagi tidak terbatas, sehingga evapotranspirasinya
berlangsung dengan laju yang lebih kecil dari pada laju seandainya banyak air
yang tersedia tidak terbatas (Prawirowardoyo, 1996).
III. METODOLOGI
Praktikum acara 5 dilaksanakan pada hari Senin, 13 Oktober 2014 di Laboratorium
Agroklimatologi, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah data curah hujan per dasarian selama
sepuluh tahun, data evaporasi potensial harian atau bulanan. Nilai koefisien tanaman
(Kc) bulanan untuk beberapa tanaman, dan data periode setiap fase perkembangan
dan pertumbuhan masing-masing tanaman. Sedangkan alat yang dipergunakan adalah
kertas millimeter, kertas transparansi, spidol transparansi serta penggaris.
Pada praktikum ini yang dilakukan
pertama kali adalah menghitung curah hujan berdasarkan kriteria Mohr pada
setiap sepuluh hari (per dasarian). Kemudian nomor ranking dihitung dengan
menggunakan kriteria curah hujan 75% (PCH 75%) dengan rumus sebagai berikut:
F = 100m
n+1
(i)
dimana:
F = peluang curah hujan yang
dikehendaki
m = nomor ranking (yang dicari)
n
= jumlah tahun (biasanya 10 tahun)
Rankingisasi dibuat setelah kita membuat data curah
hujan perdasarian selama sepuluh tahun. Dan data curah hujan perdasarian selama
sepuluh tahun tersebut diurutkan dari nilai terbesar hingga nilai terkecil.
Besarnya curah hujan dengan peluang 75% dihitung dengan menggunakan interpolasi
kemudian dibuat tabel seperti berikut:
|
JANUARI
|
s.d.
|
DESEMBER
|
||||||
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
X
CH 75%
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dari tabel diatas kemudian dihitung tabel
hitungannya sebanyak dua kali perhitungan. Histogram inidigunakan untuk
membandingkan data curah hujan selama satu tahun dengan kebutuhan air suatu
tanaman. Setelah histogram curah hujan dibuat, kemudian P dihitung dengan
interpolasi dari tabel mean daily percentage (P) of annual day time hours for
different latitudes.
Sebagai
contoh: P Januari = 10° -5° = 0,26
– 0,27
7 – 5 P – 0,27
P
= 0,26
Setelah mencari data interpolasi, kemudian
dilanjutkan dengan menghitung nilai F dengan menggunakan rumus :
F = P (0,46T + 8) (ii)
dimana:
T = rerata suhu
Dengan menggunakan nilai F, maka Eto harian dapat
ditentukan dengan melihat grafik prediction of Eto from Blaney Cridle atau dapat disebut dengan EtoBC. Kemudian
Eto BC bulanan dan Eto dasarian dicari dengan menggunakan rumus:
EtoBC bulanan = Eto Bc harian X
jumlah hari bulan yang bersangkutan (iii)
EtoBC dasarian = Jumlah Eto P
bulanan
3 (iv)
Setelah didapat Eto bulanan kemudian dicari Eto P
(Pennman), karena kita berada di wilayah Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta maka
digunakan rumus:
Eto P = -1,33 + 1,525 BC (v)
dimana:
BC = Eto bulanan Blaney Cridle
Eto
P bulanan dan Eto P dasarian dihitung dan Eto umum dicari dengan rumus
Eto umum = jumlah Eto
P bulanan
36
(vi)
Setelah
didapatkan hasil kemudian dibuat tabel sebagai berikut:
Bulan
|
Tmax
|
Tmin
|
P
|
F
|
EtoBC
|
Eto
P
|
||||
Harian
|
dasarian
|
bulanan
|
harian
|
dasarian
|
bulanan
|
|||||
Jan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
s.d.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Des
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kemudian dibuat grafik Kc tanaman per dasarian. Dan
dibuat grafik pola umum kebutuhan air tanaman pada transparansi. Serta
ditentukan pola tanam untuk waktu dua tahun bagi suatu daerah dengan jalan
memilih jenis tanaman yang kebutuhan airnya dapat terpenuhi dengan ketersediaan
air hujan., dengan cara meng-over-laykan histogram kebutuhan tanaman pada
histogram curah hujan.
Kemudian yang terakhir dibuat pembahasan mengenai
pola tanam yang dihasilkan oleh suatu tanaman (tumpang sari atau tumpang gilir)
beserta alasannya.
IV.
HASIL PENGAMATAN
1.
Data Curah Hujan
Harian Tahun 2001-2010
Nama
stasiun : UGM Bulaksumur Tinggi : 137 m
Kecamatan : Depok Lintang : 7o 46` S
Kabupaten : Sleman Bujur : 110o 23` E
Tabel 5.1. Data
Curah Hujan Harian Tahun 2001 – 2010
Tahun
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
||||||||||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
2001
|
113
|
165
|
183
|
276
|
210
|
128
|
35
|
114
|
86
|
89
|
167
|
98
|
19
|
0
|
6
|
2
|
8
|
0
|
2002
|
257
|
157
|
310
|
169
|
195
|
190
|
100
|
190
|
109
|
192
|
23
|
38
|
4
|
26
|
49
|
14
|
0
|
1
|
2003
|
190
|
31
|
192
|
109
|
58
|
56
|
94
|
117
|
213
|
252
|
39
|
85
|
90
|
4
|
7
|
77
|
46
|
53
|
2004
|
31
|
221
|
214
|
232
|
108
|
161
|
376
|
166
|
136
|
99
|
93
|
37
|
36
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2005
|
166
|
221
|
122
|
255
|
336
|
112
|
37
|
114
|
92
|
41
|
46
|
69
|
18
|
4
|
3
|
62
|
119
|
6
|
2006
|
106
|
103
|
112
|
92
|
95
|
44
|
49
|
72
|
84
|
22
|
145
|
22
|
0
|
17
|
2
|
0
|
4
|
0
|
2007
|
117
|
82
|
75
|
115
|
11
|
29
|
37
|
11
|
29
|
31
|
122
|
23
|
42
|
13
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2008
|
97
|
43
|
159
|
223
|
128
|
116
|
80
|
109
|
81
|
117
|
79
|
120
|
12
|
1
|
24
|
26
|
146
|
33
|
2009
|
147
|
143
|
27
|
272
|
66
|
122
|
44
|
35
|
130
|
116
|
40
|
62
|
10
|
31
|
31
|
62
|
2
|
0
|
2010
|
147
|
143
|
27
|
272
|
66
|
122
|
44
|
35
|
130
|
116
|
40
|
62
|
10
|
31
|
31
|
62
|
2
|
0
|
Tahun
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
||||||||||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
2001
|
8
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
5
|
16
|
130
|
141
|
58
|
18
|
261
|
2002
|
48
|
0
|
0
|
16
|
0
|
159
|
136
|
3
|
7
|
133
|
60
|
120
|
54
|
159
|
121
|
162
|
71
|
47
|
2003
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
2
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
31
|
154
|
130
|
72
|
72
|
150
|
2004
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
5
|
0
|
12
|
6
|
41
|
45
|
55
|
181
|
142
|
35
|
2005
|
54
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
1
|
41
|
36
|
67
|
278
|
315
|
141
|
123
|
51
|
2006
|
0
|
0
|
0
|
8
|
2
|
3
|
0
|
0
|
0
|
82
|
65
|
67
|
129
|
262
|
91
|
168
|
146
|
52
|
2007
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
29
|
25
|
31
|
45
|
138
|
95
|
2008
|
19
|
42
|
85
|
23
|
4
|
0
|
0
|
18
|
56
|
25
|
153
|
82
|
127
|
76
|
72
|
32
|
105
|
171
|
2009
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
41
|
0
|
0
|
4
|
12
|
42
|
114
|
41
|
112
|
149
|
28
|
207
|
40
|
2010
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
41
|
0
|
0
|
4
|
12
|
42
|
114
|
41
|
112
|
149
|
28
|
207
|
40
|
2.
Data Curah Hujan
Berdasarkan Ranking
Tabel
5.2. Data Curah Hujan Berdasarkan Ranking
Rank
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
||||||||||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
1
|
257
|
221
|
310
|
276
|
336
|
190
|
376
|
190
|
213
|
252
|
167
|
120
|
90
|
31
|
49
|
77
|
146
|
53
|
2
|
190
|
221
|
214
|
272
|
210
|
161
|
100
|
166
|
136
|
192
|
145
|
98
|
42
|
31
|
31
|
62
|
119
|
33
|
3
|
166
|
165
|
192
|
272
|
195
|
128
|
94
|
117
|
130
|
117
|
122
|
85
|
36
|
26
|
31
|
62
|
46
|
6
|
4
|
147
|
157
|
183
|
255
|
128
|
122
|
80
|
114
|
130
|
116
|
93
|
69
|
19
|
17
|
24
|
62
|
8
|
1
|
5
|
147
|
143
|
159
|
232
|
108
|
122
|
49
|
114
|
109
|
116
|
79
|
62
|
18
|
13
|
7
|
26
|
4
|
0
|
6
|
117
|
143
|
122
|
223
|
95
|
116
|
44
|
109
|
92
|
99
|
46
|
62
|
12
|
4
|
6
|
14
|
2
|
0
|
7
|
113
|
103
|
112
|
169
|
66
|
112
|
44
|
72
|
86
|
89
|
40
|
38
|
10
|
4
|
3
|
2
|
2
|
0
|
8
|
106
|
82
|
75
|
115
|
66
|
56
|
37
|
35
|
84
|
41
|
40
|
37
|
10
|
1
|
2
|
0
|
0
|
0
|
9
|
97
|
43
|
27
|
109
|
58
|
44
|
37
|
35
|
81
|
31
|
39
|
23
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
10
|
31
|
31
|
27
|
92
|
11
|
29
|
35
|
11
|
29
|
22
|
23
|
22
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Rank
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
||||||||||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
1
|
54
|
42
|
85
|
23
|
4
|
159
|
136
|
18
|
56
|
133
|
153
|
120
|
129
|
278
|
315
|
181
|
207
|
261
|
2
|
48
|
2
|
4
|
16
|
2
|
41
|
2
|
4
|
7
|
82
|
65
|
114
|
127
|
262
|
149
|
168
|
207
|
171
|
3
|
19
|
1
|
4
|
8
|
1
|
41
|
0
|
4
|
5
|
25
|
60
|
114
|
67
|
159
|
149
|
162
|
146
|
150
|
4
|
8
|
1
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
3
|
4
|
12
|
42
|
82
|
54
|
154
|
141
|
141
|
142
|
95
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
4
|
12
|
42
|
67
|
41
|
130
|
130
|
72
|
138
|
52
|
6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
41
|
36
|
41
|
112
|
121
|
58
|
123
|
51
|
7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
12
|
6
|
41
|
112
|
91
|
45
|
105
|
47
|
8
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
5
|
31
|
76
|
72
|
32
|
72
|
40
|
9
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
29
|
45
|
55
|
28
|
71
|
40
|
10
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
16
|
25
|
31
|
28
|
18
|
35
|
3. Nilai X CH 75%
F =
peluang curah hujan yang dikehendaki = 75%
n =
Jumlah tahun = 10 tahun
m =
nomor ranking = ?
100 m =
825
m
= 8,25
kemudian nilai m di atas diinterpolasikan ke tabel 2
Tabel 5.3. X CH 75%
X CH 75%(mm)
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
||||||||||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
104
|
72.3
|
63
|
114
|
64
|
53
|
37
|
35
|
83.3
|
38.5
|
39.8
|
33.5
|
8.5
|
0.75
|
1.5
|
0
|
0
|
0
|
X CH 75% (mm)
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
||||||||||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.75
|
4
|
30.5
|
68.25
|
67.75
|
31
|
71.75
|
40
|
4.
Nilai P
Dicari dengan interpolasi dari tabel “Mean Daily
Percentage (p) of Annual Day Time Hours Latitude for Different Latitudes”
Contoh : Pada bulan januari untuk Yogyakarta pada posisi
7o LS
P = 0.267
Tabel 5.4. Nilai P
Bln
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agst
|
Sept
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
P
|
0.284
|
0.28
|
0.28
|
0.27
|
0.266
|
0.266
|
0.266
|
0.27
|
0.27
|
0.28
|
0.28
|
0.284
|
5.
Nilai F
Sebelum menghitung nilai F, dihitung terlebih dahulu
nilai T Braak
Tabel 5.5. T Braak
Bln
|
T max
|
T min
|
T rerata
|
Januari
|
30.79
|
23.29
|
27.04
|
Februari
|
30.69
|
23.29
|
26.99
|
Maret
|
31.09
|
23.29
|
27.19
|
April
|
31.39
|
22.89
|
27.14
|
Mei
|
31.39
|
22.89
|
27.14
|
Juni
|
31.19
|
22.69
|
26.94
|
Juli
|
31.09
|
21.59
|
26.34
|
Agustus
|
31.49
|
21.99
|
26.74
|
September
|
31.99
|
22.29
|
27.14
|
Oktober
|
32.19
|
22.79
|
27.49
|
November
|
32.19
|
22.79
|
27.49
|
Desember
|
30.99
|
23.29
|
27.14
|
Tabel 5.6. Nilai F
Bln
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agst
|
Sept
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
F
|
5,80
|
5,71
|
7,74
|
5,53
|
5,44
|
5,44
|
5,37
|
5,48
|
5,53
|
5,78
|
5,78
|
5,81
|
7.
Eto BC harian
Cara mencari Eto harian dengan menggunakan nilai F dengan
melihat grafik “Prediction of Eto from Blanney-Criddle”.
8.
Eto BC bulanan dan
Eto BC dasarian
Eto BC bulanan = Eto BC harian x jumlah hari pada bulan
tersebut
Contoh : Eto BC
bulan Januari = 3,8 x 31 = 117,8
Contoh : Eto BC dasarian bulan Januari =
9.
Eto Pennman
Eto P = -1.133 + 1.525 BC
BC = Eto harian Blanney Criddle
Contoh : Eto P
bulan Januari = -1.133 + 1.525 (3.8)
= -1.133 + 5.795
= 4.66
10. Eto P bulanan dan Eto P dasarian
Eto P bulanan =
Eto P harian x jumlah hari dalam bulan tersebut
Contoh : Eto P
bulan Januari = 4.66 x 31 = 144.5
Contoh : Eto P
dasarian bulan Januari =
11. Eto Umum
Tabel 5.7. Eto Umum
Bulan
|
T min
|
T max
|
P
|
F
|
Eto BC
|
Eto P
|
||||
Harian
|
Bulanan
|
Dasarian
|
Harian
|
Bulanan
|
Dasarian
|
|||||
Januari
|
30.79
|
23.29
|
0.284
|
5.8
|
3.8
|
117.8
|
39.27
|
4.66
|
144.52
|
48.174
|
Februari
|
30.69
|
23.29
|
0.28
|
5.71
|
3.7
|
103.6
|
34.53
|
4.51
|
126.26
|
42.09
|
Maret
|
31.09
|
23.29
|
0.28
|
5.74
|
5.5
|
170.5
|
56.83
|
7.25
|
224.89
|
74.96
|
April
|
31.39
|
22.89
|
0.27
|
5.54
|
4
|
120
|
30
|
4.96
|
149.01
|
49.67
|
Mei
|
31.39
|
22.89
|
0.266
|
5.44
|
3.5
|
108.5
|
36.17
|
4.20
|
130.33
|
43.44
|
Juni
|
31.19
|
22.69
|
0.266
|
5.44
|
3.5
|
105
|
30
|
4.20
|
126.13
|
42.04
|
Juli
|
31.09
|
21.59
|
0.266
|
5.37
|
5.5
|
170.5
|
56.83
|
7.26
|
224.89
|
74.96
|
Agustus
|
31.49
|
21.99
|
0.27
|
5.48
|
5.6
|
173.6
|
57.87
|
7.41
|
229.6
|
76.53
|
September
|
31.99
|
22.29
|
0.27
|
5.53
|
3.6
|
108
|
36
|
4.35
|
130.71
|
43.57
|
Oktober
|
32.19
|
22.79
|
0.28
|
5.78
|
4
|
124
|
31
|
4.97
|
153.98
|
51.32
|
Novermber
|
32.19
|
22.79
|
0.28
|
5.78
|
3.8
|
114
|
38
|
4.66
|
139.86
|
46.62
|
Desember
|
30.99
|
23.29
|
0.284
|
5.81
|
3.8
|
117.8
|
39.27
|
4.66
|
144.52
|
48.17
|
12. Etc Umum
Etc Umum = Kc x Eto
Umum
Tabel 5.8. Etc Umum
No.
|
Jenis Tanaman
|
Dasarian
|
|||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
|
||
1
|
Kacang Tanah
|
18.71
|
18.71
|
19.91
|
28.47
|
38.49
|
48.51
|
53.46
|
53.46
|
2
|
Jagung Madu
|
18.71
|
18.71
|
28.07
|
46.24
|
56.13
|
56.13
|
56.13
|
50.79
|
3
|
Selada
|
18.71
|
18.71
|
18.71
|
22.72
|
30.74
|
38.76
|
46.78
|
50.79
|
4
|
Melon
|
18.71
|
18.71
|
19.91
|
27.93
|
36.89
|
46.11
|
50.79
|
50.79
|
5
|
BIT
|
18.71
|
20.31
|
32.34
|
49.18
|
58.81
|
58.81
|
58.81
|
16.04
|
6
|
Terong
|
18.71
|
18.71
|
18.71
|
19.78
|
30.20
|
37.96
|
45.71
|
52.52
|
7
|
Seledri
|
18.71
|
18.71
|
19.38
|
26.86
|
35.68
|
44.51
|
53.99
|
56.13
|
8
|
Jagung
|
18.71
|
18.71
|
23.66
|
33.55
|
43.30
|
56.13
|
58.81
|
58.81
|
9
|
Daun Bawang
|
18.71
|
18.71
|
19.78
|
28.33
|
39.29
|
49.32
|
50.79
|
|
10
|
Padi-Padian
|
18.71
|
20.45
|
32.16
|
49.45
|
58.81
|
58.81
|
58.81
|
58.81
|
No.
|
Jenis Tanaman
|
Dasarian
|
|||||
IX
|
X
|
XI
|
XII
|
XIII
|
XIV
|
||
1
|
Kacang Tanah
|
53.46
|
53.46
|
42.90
|
29.40
|
29.40
|
|
2
|
Jagung Madu
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Selada
|
50.79
|
49.45
|
24.06
|
|
|
|
4
|
Melon
|
50.79
|
50.79
|
34.75
|
34.75
|
|
|
5
|
BIT
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Terong
|
53.46
|
53.46
|
53.46
|
53.46
|
53.46
|
53.46
|
7
|
Seledri
|
56.13
|
56.13
|
56.13
|
50.79
|
25.39
|
|
8
|
Jagung
|
58.81
|
44.10
|
29.40
|
29.40
|
14.70
|
|
9
|
Daun Bawang
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Padi-Padian
|
58.81
|
13.37
|
13.37
|
13.37
|
|
|
V.
PEMBAHASAN
Pola tanam merupakan suatu susunan urutan periode
tanam satu atau beberapa jenis tanaman semusim dalam suatu periode tertentu.
Pola tanam biasanya dirancang berdasarkan atas ketersediaan lengas tanah. Hal
ini bertujuan agar tanah dapat mencukupi kebutuhan air tanaman dengan baik,
sehingga pertumbuhan tanaman akan berlangsung dengan baik dan produktivitas
tanaman maksimal. Dalam praktikum ini,
dipelajari cara-cara pengaturan pola tanam. Digunakan data curah hujan daerah
Bulaksumur selama periode waktu 10 tahun dan dipilih sepuluh jenis tanaman
berikut :
1. Melon
Melon merupakan tanaman yang
berbentuk menjalar atau dapat disebut pula tanaman yang cara tumbuhnya merambat . Tanaman ini cara
tumbuhnya seperti tanaman kacang panjang ataupun koro. Tanaman melon sebangsa
dengan semangka. Tanaman melon hanya dapat hidup di daerah dataran sedang (
misal daerah bukit ) yang tidak memiliki banyak kandungan air dan tidak terlalu sedikit
mengandung air. Iklim untuk tanaman melon yaitu
a. Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak
pertanaman melon, dapat
mematahkan
tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.
b. Hujan yang terus menerus akan menggugurkan
calon buah yang sudah terbentuk
dan
dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi patogen.
Saat
tanaman melon menjelang panen, akan mengurangi kadar gula dalam buah.
c. Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari
penuh selama
pertumbuhannya.
d. Tanaman melon
memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya.
Suhu pertumbuhan
untuk tanam melon antara 25–30 derajat C. Tanaman melon
tidak dapat
tumbuh apabila kurang dari 18 derajat C.
e. Kelembaban
udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman
melon.
Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit (Prihatman,2000).
2. Jagung manis (sweetcorn)
Jagung manis (sweetcorn) adalah varietas yang secara genetis tinggi akan
gula dan rendah akan zat tepung dan sering dimakan pada saat kondisinya belum
matang.Beberapa
varietas jagung telah dikembangbiakkan menjadi berbagai macam penambahan fase
pada pertumbuhan bunga betina, yang sekarang kita kenal
sebagai baby corn. Zat tepung atau starch dari tanaman jagung juga
dapat dibentuk menjadi plastik, bahan perekat, dan berbagai macam produk kimia
lainnya (Malti et al., 2011).
Iklim yang tepat untuk jagung adalah iklim
sedang hingga daerah beriklim basah. Pada lahan tidak beririgasi, curah hujan
ideal 85-200 mm/bulan dan harus merata. Sinar matahari cukup dan tidak
ternaungi Suhu 21-340C, optimum 23-270C. Perkecambahan
benih memerlukan suhu ± 300C .
Jagung manis dapat hidup di tanah gembur,
subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol, grumosol, dan tanah
berpasir. Tanah grumosol memerlukan pengolahan tanah yang baik. Tanah
terbaik bertekstur lempung/liat berdebu. pH tanah 5,6 – 7,5. Aerasi dan
ketersediaan air dalam kondisi baik. Kemiringan ≤ 8%, lahan miring > 8%,
perlu di teras. Tinggi tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl.
3.
Bit (beets)
Tanaman gula Bit tumbuh
berawal dari biji .Seperti tanaman lain yang tumbuh menyimpan zat gula pada
akarnya hingga musim dingin tiba dan hawa dingin mengentikan proses fotosintesis.Setelah melewati
musim dingin , tanaman ini akan memiliki bunga selama
musim berikutnya yaitu musim semi . Satu
tanaman akan menghasilkan serbuk sari sebelum siap dibuahi.Pada proses penyerbukan tanaman ini sangat
tergantung dengan hembusan angin.Pada awalnya tanaman Bit tumbuh dari bunga
berbiji banyak dalam sebuah cluster,sehingga apabila petani menghendaki menanam
perbijinya harus dipisahkan , karena pada kondisi ini tanaman Bit masih dalam
satu area sempit.Setelah dipisahkan dan tumbuh petani harus memangkas habis
daun hingga tertinggal akarnya saja , agar pertumbuhannya lebih baik .Tumbuhan
Bit baru memiliki biji tunggal, sekaligus menghemat tahap pemangkasan, untuk
tumbuh kembali.Contohnya
di Oregon , karena musim dingin yang cukup ringan untuk tanaman gula Bit agar
bisa bertahan .Oregon adalah sumber utama benih tanaman gula Bit yang ada di
Amerika utara.Dalam beberapa kasus, tanaman gula Bit akan tumbuh bunga dan
kemudian menghasilkan biji pada tahunpertamanya.Ini biasanya dikarenakan stress
lingkungan, dan merupakan sebuah keadaan yang tidak diinginkan.
4. Barley (Hordeumvulgare)
Daun
barley seperti rumput dan mengelompok , memiliki bunga silinder. Kebanyakan
daunnya seperti paku tebal dan besar dengan warna yang mencolok. Tanaman ini
terdiri dari satu bunga.
5. Onion Green
Oniongreen dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Pertumbuhan daun ketinggian
sekitar 250-1500 m dpl. Di daerah dataran rendah produksi anakanoniongreen
tak seberapa banyak. Curah hujan yang tepat sekitar 1500-2000 mm/tahun. Daerah
tersebut sebaiknya memiliki suhu udara harian 18-250C. Saat musim
hujan cocok untuk melakukan penanamaanoniongreen karena bawang ini
toleran terhadap curah hujan tinggi. Fase hidup oniongreen adalah 7 dasarian.
6. Terong
Terong adalah jenis tanaman
yang hidup di daerah tropis. Tanaman yang berasal dari India dan Sri Lanka ini,
masih satu famili dengan tomat dan kentang. Terong
memiliki berbagai macam jenis. Di antara jenis-jenis terung yang ditanam di
Indonesia, beberapa diantaranya adalah: terong gelatik yang sering dipakai untuk lalapan, terong Medan yang memiliki buah
bulat panjang berukuran mini, terong craigi dengan buah yang bulat panjang ujung meruncing, terong Jepang dengan bentuk buah
bulat dan panjang silindris, terong
Kopek dengan buah yang panjang, terong Bogor dengan bentuk buah bulat besar berwarna
keputih-putihan, serta berbagai jenis terong yang lainnya.
7. Seledri
Seledri
dapat tumbuh dengan baik jika
di tanam di daerah subtropis dengan ketinggian 1.000-1.200 m dpl, suhu
udara 15o-24o C, kelembaban berkisar antara 80-90%, Curah
hujan berkisar antara 60-100 mm/bulan, dan lahan harus mendapat penyinaran
matahari yang cukup. Lahan yang ideal untuk tanaman seledri adalah tanah yang
gembur, subur, mengandung bahan organik, serta tata udara dan air yang baik.
8.
Selada
Selada merupakan sayuran daun yang berumur semusim
dan termasuk dalam famili Compositae. Selada tumbuh baik di dataran tinggi
(pegunungan). Di dataran rendah kropnya kecil-kecil dan cepat berbunga.
Pertumbuhan optimal pada tanah yang subur banyak mengandung humus &
mengandung pasir atau lumpur. Suhu yang optimal untuk tumbuhnya antara 15-20 0C,
pH tanah antara 5-6,5. Waktu tanam terbaik adalah pada akhir musim hujan.
Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau dengan pengairan atau
penyiraman yang cukup.
9.
Jagung
Varietas
jagung hibrida mempunyai kelebihan dari jagung komposit dengan selisih produksi
25-30%, tahan rebah, penyakit dan kekeringan serta berumur pendek umur panen
jagung umumnya 85-100 hari. Jagung siap panen dengan ciri-ciri tongkol atau
kelobot yang mulai mengering dan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga,
biji sudah kering, keras dan mengkilat yang apabila ditekan dengan kuku tidak
membekas.
10. Kacang tanah
Tanaman Kacang Tanah cocok ditanam
didataran rendah yang berketinggian dibawah 500 m diatas permukaan laut. Adapun
iklim yang menjadi syarat tumbuh tanaman kacang tanah antara lain, curah hujan antara 800-1.300
mm/tahun,hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki
oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang
tanah.Suhu udara sekitar 280-3200C, bila suhunya di bawah
100oC, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil , kelembaban
udara berkisar 65-75 %.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan
daun dan perkembangan besarnya kacang.
Pola tanam multiple
cropping merupakan suatu pola tanam yang memungkinkan dua tanaman atau
lebih untuk ditanam di lahan yang sama dalam satu tahun secara bersamaan maupun
bergiliran. Polatanam ni diterapkan dengantujuan memanfaatkan sumberdaya secara
optimal dan untukmenghindari resikokegagalan. Namun yangpenting persyaratan
tumbuhantara kedua tanman ataulebih terhadap lahanhendaklah
mendekatikesamaan.Pola tanam di daerahtropis, biasanya disusunselama satu tahun
denganmemperhatikan curah hujan,terutama pada daerah ataulahan yang
sepernuhnyatergantung dari hujan. Selain itu, dengan pola tanam multiple
cropping, petani dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar daripada
budidaya tanaman dengan pola tanam monokultur. Pola tanam multiple cropping
dapat dibagi menjadi dua berdasarkan penanamannya, yaitu tumpang sari atau intercropping
dan tumpang gilir atau sequential cropping. Pada pola tanam tumpang
sari, dua jenis tanaman atau lebih ditanam secara bersamaan, dan satu musim
tanam digunakan untuk budidaya dua atau lebih jenis tanaman. Sementara itu,
pada pola tanam tumpang gilir, dua tanaman atau lebih ditanam secara
bergiliran, baik setelah panen maupun ketika satu jenis tanaman telah memasuki
umur tertentu.
Pertimbangan
pemilihan jenis-jenis tanaman dalam pemanfaatan pola tanam tumpang sari atau
tumpang gilir terletak pada kebutuhan tanaman, kedalaman akar, dan hubungan
kekerabatan antar tanaman. Aspek ekologi pada pola tanam tumpang sari dan
tumpang gilir perlu untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan dalam kedua pola
tanam tersebut, digunakan dua atau lebih jenis tanaman untuk dibudidayakan
dalam satu lahan, dengan harapan setiap jenis tanaman dapat berproduksi
maksimal. Kebutuhan tanaman, seperti air, unsure hara, dan bahan organik
dipengaruhi oleh hubungan kekerabatan antara tanaman satu dengan tanaman lain.
Jika dua tanaman yang dibudidayakan dengan tumpang sari atau tumpang gilir
memiliki hubungan kekerabatan yang dekat, maka dapat dipastikan kebutuhan kedua
tanaman tersebut akan sama. Ini akan memicu adanya kompetisi antara kedua
tanaman tersebut dalam memenuhi kebutuhan masing-masing tanaman. Kompetisi
menyebabkan pemenuhan kebutuhan tanaman menjadi tidak maksimal, sehingga
berpotensi menurunkan produktivitas. Selain untuk menghindari kemungkinan
terjadinya kompetisi antar tanaman, penanaman dua tanaman dengan kekerabatan
yang dekat juga dilakukan untuk menghindari serangan hama dan penyakit tanaman.
Sementara itu, kedalaman akar juga dapat menyebabkan kompetisi antar tanaman,
terutama dalam memenuhi kebutuhan unsur hara. Jika kedua tanaman memiliki
kedalaman akar yang sama, maka kedua tanaman ini akan saling memperebutkan
unsur hara pada kedalaman tanah yang sama sehingga menyebabkan tingginya kebutuhan
pupuk. Perlu diperhatikan juga adanya jenis-jenis tanaman tertentu yang
bersifat “rakus” atau membutuhkan banyak unsur hara. Tanaman seperti ini akan
mengganggu kelangsungan hidup tanaman lain, sehingga tidak layak dibudidayakan
baik secara tumpang sari maupun tumpang gilir.
Dalam konteks
curah hujan dan evapotranspirasi tanaman, evapotranspirasi tanaman
menggambarkan jumlah air yang terbuang oleh aktivitas tanaman. Oleh karena itu,
dapat diketahui bahwa kebutuhan air tanaman harus lebih besar dari evapotranspirasi
tanaman. Jika evapotranspirasi tanaman dalam satu dasarian tinggi, maka curah
hujan dalam dasarian yang sama harus lebih tinggi agar dapat memenuhi kebutuhan
air tanaman. Tumpang sari dan tumpang gilir dapat diterapkan pada dua tanaman
yang memiliki tingkat evapotranspirasi tanaman yang tidak sama pada setiap
dasarian dalm setiap fase pertumbuhan setiap tanaman. Ini untuk menghindari
terjadinya kompetisi dalam pemenuhan kebutuhan air tanaman. Tanaman yang
memiliki masa budidaya singkat dapat ditumpang gilirkan dengan tanaman lain,
yaitu ketika tanaman yang lain ini memasuki fase vegetatif akhir atau masa
generatif. Tanaman legum seperti kacang tanah dapat menambat nitrogen bebas,
sehingga mampu meningkatkan kadar nitrogen tanah dan menghemat kebutuhan pupuk
nitrogen.
Dari hasil
pengolahan data evapotranspirasi tanaman yang ditampilkan dalam histogram,
dapat diketahui umur tanam kesepuluh tanaman yang dipilih, berikut kebutuhan
airnya. Tanaman jenis padi-padian atau barley memiliki umur tanam sekitar
12 dasarian, dan kebutuhan air maksimal terjadi pada dasarian ke-5 sampai
dasarian ke-9. Tanaman terong memiliki umur tanam sekitar 17 dasarian, dan
kebutuhan air maksimal terjadi pada dasarian ke-9 sampai dasarian ke-17.
Tanaman selada memiliki umur tanam 10,5 dasarian, dan kebutuhan air maksimal
terjadi pada dasarian ke-7 sampai dasarian ke-8. Tanaman seledri memiliki umur
tanam 12,5 dasarian, dan kebutuhan air maksimal terjadi pada dasarian ke-8
sampai dasarian ke-11. Masa budidaya
tanaman melon adalah 12 dasarian, dan kebutuhan air maksimal pada
dasarian ke-7 sampai dasarian ke-10. Masa budidaya tanaman kacang tanah adalah
13 dasarian, dengan kebutuhan air maksimal pada dasarian ke-7 sampai dasarian
ke-10. Masa budidaya tanaman daun bawang adalah 7 dasarian, dan kebutuhan air
maksimal terjadi pada dasarian ke-7. Masa budidaya tanaman bit adalah 7
dasarian, dengan kebutuhan air maksimal pada dasarian ke-5 sampai dasarian
ke-6. Tanaman jagung memiliki umur tanam 13,5 dasarian dan kebutuhan air maksimal
pada dasarian ke-7 sampai dasarian ke-9, sedangkan tanaman jagung madu memiliki
umur tanam 8 dasarian dan kebutuhan air maksimal pada dasarian ke-5 sampai
dasarian ke-7.
Dari histogram
peluang curah hujan 75% selama dua tahun, musim penghujan dimulai pada bulan
Oktober dasarian ke-2 dan berakhir pada bulan Mei dasarian ke-3. Penanaman
dapat dimulai pada bulan November dasarian ke-1, ketika curah hujan mencukupi
kebutuhan air dari seluruh tanaman pada fase awal pertumbuhan. Kelebihan air
yang diperoleh pada satu dasarian dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air
tanaman pada dasarian selanjutnya ketika curah hujan tidak dapat memenuhi
kebutuhan air dalam dasarian tersebut. Tanaman-tanaman yang membutuhkan banyak
air dalam waktu yang lama seperti terong dan seledri, sebaiknya mulai ditanam
pada awal musim penghujan sehingga pada saat tanaman-tanaman ini memasuki fase
ketika kebutuhan air maksimal, curah hujan yang diterima dapat memenuhi
kebutuhan air. Curah hujan maksimal terjadi pada bulan Februari dasarian ke-1.
Diharapkan pada dasarian ini, curah hujan yang diterima dapat benar-benar
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air. Pada pertengahan musim penghujan juga
dapat dimulai penanaman untuk tanaman-tanaman seperti melon dan bit. Ini
dilakukan agar ketika tanaman-tanaman tersebut mendekati masa panen, tanaman
tidak mengalami kelebihan air yang dapat menyebabkan hasil panen busuk.
Setiap tanaman
memiliki jumlah dasarian yang berbeda-beda sehingga waktu tanam dan waktu
pemanenan juga sangat berbeda. Keadaan ini digunakan para petani dengan
melakukan beberapa pola tanam yaitu: pola tanam tumpang sari dan tumpang gilir.
1. Pola
Tanam Tumpangsari
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman
campuran (polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman
pada satu areal lahan tanam
dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum
dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis
tanaman budidaya yang sama, seperti jagung
dan kedelai,
atau jagung dan kacang
tanah. Dalam kepustakaan, hal ini
dikenal sebagai double-cropping.
Dari 10 tanaman
yang dipilih, pasangan tanaman yang paling cocok ditumpangsarikan adalah
tanaman jagung dan kacang tanah, dengan penanaman dimulai pada bulan November
dasarian ke-1 dan dipanen pada bulan Maret dasarian ke-1. Tanaman jagung
memiliki umur tanam 13,5 dasarian dan kebutuhan air maksimal pada dasarian ke-7
sampai dasarian ke-9, sedangkan masa budidaya tanaman kacang tanah adalah 13
dasarian, dengan kebutuhan air maksimal pada dasarian ke-7 sampai dasarian
ke-10.
2. Pola
Tanam Tumpanggilir
Pola tanam
bergilir dimaksudkan agar curah hujan yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Berikut tanaman-tanaman yang dapat dilakukan pola tanam
tumpanggilir.
Tanaman buncis
dapat ditumpanggilirkan dengan tanaman jagung manis. Buncis sendiri yang
memiliki masa tanam 9 dasarian mulai dapat ditanam pada bulan November dasarian 3 sampai Februari dasarian
2. Sedangkan tanaman jagung manis yang memiliki masa tanam 8 dasarian dapat
mulai ditanam pada bulan Februari dasarian 2 sampai April dasarian 3. Tanaman
buncis akan kekurangan air pada bulan Desember dasarian 3 sehingga diperlukan
irigasi tambahan yang cukup agar tanaman tetap dapat hidup. Sedangkan tanaman
jagung manis akan kekurangan air pada bulan April dasarian 1,2 dan 3. Oleh
karena itu diperlukan irigasi tambahan yang cukup banyak agar tanaman tidak
mati.
Dari
grafik Etc, terlihat tanaman buncis mempunyai umur tanam yang pendek, yaitu 9
dasarian, tetapi membutuhkan air yang banyak, terutama pada dasarian ke V
sampai dasarian ke IX. Oleh karena itu, buncis cocok ditanam pada bulan
Desember dasarian I dan berakhir pada bulan Februari dasarian III. Tetapi pada
Desember dasarian III, curah hujan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air
buncis, sehingga pada dasarian tersebut harus dibantu dengan penyiraman atau
irigasi. Buncis dapat ditumpang sari karena memiliki kelebihan air dari Januari
dasarian I sampai Februari dasarian III. Jika sudah dipanen, masih ada
kelebihan curah hujan pada bulan Maret dan April. Karena itu tanaman buncis
dapat ditumpang sari dengan jagung manis yang mulai tanam bulan Januari
dasarian I dan memiliki waktu tanam 8 dasarian serta berakhir pada bulan Maret
dasarian II. Tetapi pada bulan Februari dasarian II dan III serta pada bulan
Maret dasarian I akan mengalami kekurangan curah hujan sehingga perlu dibantu
dengan penyiraman atau irigasi pada bulan Februari dasarian II kekurangan air
masih dapat diatasi secara alami karena pada Februari dasarian I terdapat
banyak kelebihan curah hujan yang diserap oleh jagung manis.
Tanaman
Jagung manis memiliki umur tanam yang pendek yaitu sembilan dasarian. Tanaman
jagung manis pada awal pertumbuhan membutuhkan air agak sedikit, tetapi pada
pertengahan dan akhir pertumbuhan membutuhkan air yang agak banyak. Oleh karena
itu tanaman jagung manis cocok ditanam pada bulan Desember dasarian pertama dan
berakhir pada bulan Februari pada dasarian ketiga, karena pada bulan Desember
dasarian pertama curah hujan agak berlebihan sehingga dapat memenuhi kekurangan
air pada Desember dasarian ke III, tetapi pada bulan Januari sampai Februari
curah hujan agak berlebihan sampai akhir tanam. Pada Desember dasarian ke III
curah hujan tidak mencukupi maka perlu dilakukan penyiraman . Tanaman jagung
manis dapat ditumpang sari dengan tanaman buncis karena sama-sama memiliki umur
tanam yang pendek dan kebutuhan akan curah
hujan yang hampir sama. Dengan cara jagung manis ditanam lebih adahulu pada
bulan Desember dasarian I sampai bulan Februari dasarian III. Pada bulan
Januari sampai bulan Februari tanaman jagung manis kelebihan curah hujan, maka
tanaman buncis pada bulan Januari dasarian I (karena jagung manis kelebihan
curah hujan) air dapat dimanfaatkan oleh tanaman buncis. Tetapi pada akhir
pertumbuhan tanaman buncis kekurangan curah hujan sehingga perlu dilakukan
penyiraman/pengairan. Sehingga system tumpang sari ini sangat cocok dan
dilakukan dua kali penyiraman pada awal pertumbuhan jagung manis dan akhir
pertumbuhan buncis.
Tanaman Onion Green dan Beets juga dapat di tumpang gilirkan dengan
jagung dengan syarat adanya irigasi yang cukup pada bulan Desember dasarian III
karena tanaman tersebut akan kekurangan air pada bulan Desember dasarian 3.
Sedangkan tanaman jagung manis akan kekurangan air pada bulan April dasarian
1,2 dan 3. Oleh karena itu diperlukan irigasi tambahan yang cukup banyak agar
tanaman tidak mati.
Tanaman barley ditanam pada bulan November dasarian tiga pada tahun berikutnya.
Pada dasarian tiga bulan November ini ketersediaan air cukup banyak sesuai
dengan yang dibutuhkan barley. Pada bulan Januari dasarian pertama sampai bulan
Maret dasarian kedua tanaman tersebut kelebihan curah hujan. Sampai dengan masa
panennya barley tetap memperoleh kebutuhan air yang cukup. Pada bulan Desember
dasarian tiga barley kekurangan air, tetapi hal itu tidak masalah karena dapat
tertutupi oleh persediaan air pada dasarian sebelumnya, karena pada dasarian
sebelumnya kebutuhan air berlebih. Barley
tidak cocok ditanam pada Mei dasarian tiga sampai Oktober dasarian dua.
Tanaman
melon ditanam pada bulan November dasarian tiga pada tahun berikutnya. Pada
dasarian tiga bulan November ini ketersediaan air cukup banyak sesuai dengan
yang dibutuhkan melon. Pada bulan Januari dasarian pertama sampai bulan
Februari dasarian ketiga tanaman tersebut kelebihan curah hujan.
VI. KESIMPULAN
1. Data
curah hujan dan Evapotranspirasi tanaman bermanfaat untuk memperkirakan
kecukupan air tanah untuk budidaya tanaman dalam satu periode tanam.
2. Pola
tanaman masing-masing daerah berbeda-beda tergantung pada kondisi iklim daerah
tersebut
DAFTAR
PUSTAKA
Gunadi,R.
1997. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangan anasir cuaca. Jurnal Perlindungan Tanaman III (2) :
93-99.
Hansen, E, dkk. 1986. Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi.
Erlangga : Jakarta
Kemal
Prihatman . Melon.
2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di
Perdesaan, BAPPENAS. Jakarta. http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/melon.pdf.
Diunduh pada 26 Oktober 2014.
Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
Malti,
Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative Anatomy of
Maize and its Application. International Journal of Bio-Resources and Stress
Management.
Prawirawardoyo, S. 1996. Meteorologi. ITB Bandung : Bandung.
Sitompul.
S.M., W.C.H. Van Hoof., Bambang G., Jody M., dan Soetono. 1980. Pengaruh Waktu
Tanam Jagung Terhadap Perumbuhan dan Produksi Kacang Tanah dan Jagung Dalam
Sistem Tumpang Sari. Agrivita III (1)
: 1-13.
Wisnubroto, S. 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia.
Mitra Gama Widya. Yogyakarta.
0 comments:
Post a Comment