9/11/15

LAPORAN RESMI KLIMATOLOGI ACARA V PENENTUAN POLA TANAM BERDASARKAN KEADAAN IKLIM

ACARA V
PENENTUAN POLA TANAM BERDASARKAN KEADAAN IKLIM
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola tanam merupakan suatu susunan urutan periode tanam dari satu atau beberapa jenis tanaman semusim dalam suatu periode waktu tertentu. Pada prinsipnya pola tanam didasarkan atas ketersediaan lengas dalam tanah untuk memdukung pertumbuhan tanaman selama periode tumbuhnya. Sebelum menentukan jenis tanaman yang akan ditanam perlu dilihat kesesuaian iklim dan tanahnya.
Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas cara penentuan pola tanam secara kasar dengan jalan menyederhanakan berbagai faktor yang seharusnya dipertimbangkan. Faktor yang dipertimbangkan dalam bahasan ini hanya faktor iklim saja. Penentuan pola tanam berdasarkan iklim hanya didasarkan atas imbangan antara jumlah presipitasi dengan besarnya evapotranspirasi yang terjadi. Sehingga dalam konteks ini, periode tumbuh dapat diartikan sebagai suatu jangka waktu saat jumlah presipitasi lebih banyak dari evapotranspirasinya.
Analisis peluang curah hujan menjadi penting karena secara statistik curah hujan bervariasi menurut ruang dan waktu. Pada analisis probabilitas, data curah hujan menjadi lebih berguna karena di dalam analissi peluang diberi tingkat kepercayaan terhadap nilai-nilai yang diperoleh.
B. Tujuan
Untuk mengetahui manfaat data iklim dalam menentukan pola tanam di suatu daerah.

 

 







                                                          

II. TINJAUAN PUSTAKA

Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Kaitannya dengan vegetasi (tanaman) maka curah hujan sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan vegetasi tersebut. Penyebaran berbagai spesies tumbuhan atau dibatasi oleh kondisi iklim dan tanah serta daya adaptasi dari masing-masing spesies tumbuhan tersebut. Sesungguhnya hubungan antara vegetasi dan iklim adalah saling berpengaruh. Selain iklim dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keberadaan vegetasi juga dapat mempengaruhi iklim di sekitarnya. Peran vegetasi mirip dengan peran bentangan air. Hal ini disebabkan karena tumbuhan mengandung banyak air dan tumbuhan menyumbang banyak uap air ke atmosfer melalui proses transpirasi (Lakitan, 2002).
Pengukuran penguapan dari permukaan air bebas dan permukaan tanah serta transpirasi dari tumbuh-tumbuhan adalah sangat penting dalam pertanian, khususnya dalam penentuan pola tanam. Didalam prakteknya sulit untuk memisahkan dan membedakan antara air yang dihasilkan penguapan dari tanah dan tubuh air serta yang ditranspirasikan dari tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu kedua proses tadi disebut evapotranspirasi. Laju evapotranspirasi dinyatakan dengan banyaknya air yang hilang oleh proses evapotranspirasi dari suatu daerah tiap satuan luas dalam satu satuan waktu. Ini dapat pula dinyatakan sebagai volume air cair yang hilang tiap satuan waktu dari daerah yang ditinjau. Satuan waktu yang dipakai bisa satu jam atau satu hari, dan satuan tebal dapat mm atau cm. Laju evapotranspirasi dari suatu daerah ditentukan oleh dua pengendali atau kontrol utama, yaitu yang pertama  adalah ketersediaan air pada permukaan daerah tersebut dan kontrol kedua adalah kemampuan atmosfer mengevapotranspirasikan dalam dari permukaan dan memindahkan uap airnya ke atas. Kalau banyaknya uap air selalu tersedia tidak terbatas, maka evapotranspirasi akan berlangsung dengan laju maksimal untuk lingkungan tersebut. Akan tetapi pada umumnya banyaknya air pada permukaan tidaklah selalu tersedia, apalagi tidak terbatas, sehingga evapotranspirasinya berlangsung dengan laju yang lebih kecil daripada laju seandainya banyaknya air yang tersedia tidak terbatas (Prawirowardoyo, 1996).
            Air presipitasi yang jatuh ke dalam dan tidak diuapkan kembali ke atmosfer akan mengalir ke laut, baik melalui aliran permukaan (sungai) maupun aliran bawah tanah, atau gabungan dari kedua cara ini. Adapun evaporasi sebagai proses penguapan air yang berasal dari permukaan batangan air atau dari bahan padat yang mengandung air. Laju evaporasi sangat bergantung pada masukan energi yang diterima. Semakin besar jumlah energi yang diterima, maka semakin banyak molekul air yang diuapkan. Sumber energi yang utama untuk evaporasi adalah radiasi matahari. Oleh sebab itu, laju evaporasi yang tinggi tercapai pada waktu sekitar tengah hari (Solar soor) (Lakitan, 2002).
            Hasil suatu jenis tanaman bergantung pada interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim, teknologi dan faktor ekonomi. Dari faktor lingkungan, maka faktor tanah lebih banyak dipelajari dan dipahami dibandingkan dengan faktor cuaca dan iklim. Cuaca dala produksi pangan yang sukar dikendalikan. Oleh karena itu dalam usaha pertanian, pada umumnya cara-cara bertani disesuaikan dengan pemakain teknologi tinggi termasuk pasca usaha, juga dilakukan melalui pemanfaatan iklim, terutama untuk meningkatkan intensitas tanam dan penanaman ganda. Perencanaan pola tanam sebaiknya disesuaikan dengan kondisi iklim setempat (Hansen dkk,1986).
Pengukuran hujan pertama di Indonesia dilakukan pada tahun 1866 dan hanya di Jakarta. Penelitian tentang meteorologi pertanian terutama diarahkan kepada usaha untuk mengurangi kerugian akibat cuaca buruk untuk mungkin mengakibatkan menimpa tanaman perkebunan tersebut. Pada umumnya hujan diukur dengan penakar hujan di lapangan dengan hitung waktu harian. Laporan curah hujan biasanya dibuat mingguan atau sepuluh harian. Selanjutnya laporan ini dikumpulkan di pusat pelayanan meteorologi dan diseragamkan menjadi jumlah hujan bulanan. Suatu metode yang tidak menggunakan statistik untuk mengukur curah hujan yang rumit adalah metode penyusunan rangking (Wisnubroto, 1999).
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketinggian tempat berpengaruh terhadap keadaan cuaca kemudian terhadap perkembangan penyakit anasir-anasir cuaca makro menunjukkan pola keragaman antar topoklimat yang lebih nyata dibandingkan anasir-anasir cuaca mikro kelembaban nisbi udara tambah curah hujan. Bukti-bukti sebagai anasir-anasir yang dominan selain temperatur udara dan tanah (Gunadi, 1997).
Pertumbuhan dan produksi tanaman yang ditumpang sarikan relative lebih rendah daripada tanaman tunggalnya. Pengunduran waktu tanam jagung 10 dan 20 hari  pada system tumpang sari dapat meningkatkan berat kering polong isi 10% dan 15 % lebih tinggi dari kacang tanah yang ditanam bersamaan dengan tanaman jagung (1,981 Kg/ha atau 57% dari kacang tanah tunggal). Sebaliknya pada jagung dengan pengunduran waktu tanam 10 dan 20 hari pada system tumpang sari menghasilkan berat kering biji 8% dan 19% lebih rendah dari waktu tanam 10 dan 20 hari pada system tumpang sari menghasilkan berat kering biji 8% dan 19% yang bersamaan dengan kacang tanah (3,403 Kg/ha atau 70% dari hasil tanaman jagung tunggal). Factor cahaya dan air merupakan factor yang perlu dipertimbangkan untuk dapat mencapai hasil yang lebih tinggi (Sitompul et.al., 1980).
Laju evapotraspirasi dinyatakan dengan banyaknya air yang hilang oleh proses evapotranpirasi dari suatu daerah tiap satuan luas dalam satu satuan waktu. Ini dapat pula dinyatakan sebagai volume air cair yang hilang tiap satu satuan waktu dari daerah  yang ditinjau. Satuan waktu yang dipakai bisa satu jam atau satu hari dan satuan tebal dapat mm atau cm. Laju evapotrasnpirasi dari suatu daerah ditentukan oleh dua pengendali atau kontrol utama yaitu yang pertama adalah ketersediaan air pada permukaan daerah tersebut dan kontrol kedua ialah kemampuan atmosfer mengevapotranspirasikan akan berlangsung dengan laju maksimal untuk lingkungan tersebut. Akan tetapi, pada umumnya banyaknya air pada permukaan tidaklah selalu tersedia, apalagi tidak terbatas, sehingga evapotranspirasinya berlangsung dengan laju yang lebih kecil dari pada laju seandainya banyak air yang tersedia tidak terbatas (Prawirowardoyo, 1996).

















III. METODOLOGI
Praktikum acara 5 dilaksanakan pada hari Senin, 13 Oktober 2014 di Laboratorium Agroklimatologi, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data curah hujan per dasarian selama sepuluh tahun, data evaporasi potensial harian atau bulanan. Nilai koefisien tanaman (Kc) bulanan untuk beberapa tanaman, dan data periode setiap fase perkembangan dan pertumbuhan masing-masing tanaman. Sedangkan alat yang dipergunakan adalah kertas millimeter, kertas transparansi, spidol transparansi serta penggaris.
Pada praktikum ini yang dilakukan pertama kali adalah menghitung curah hujan berdasarkan kriteria Mohr pada setiap sepuluh hari (per dasarian). Kemudian nomor ranking dihitung dengan menggunakan kriteria curah hujan 75% (PCH 75%) dengan rumus sebagai berikut: 
F = 100m
        n+1                                                                                  (i)
dimana:           F = peluang curah hujan yang dikehendaki
m = nomor ranking (yang dicari)
n  = jumlah tahun (biasanya 10 tahun)
Rankingisasi dibuat setelah kita membuat data curah hujan perdasarian selama sepuluh tahun. Dan data curah hujan perdasarian selama sepuluh tahun tersebut diurutkan dari nilai terbesar hingga nilai terkecil. Besarnya curah hujan dengan peluang 75% dihitung dengan menggunakan interpolasi kemudian dibuat tabel seperti berikut:

JANUARI
s.d.
DESEMBER

I
II
III
I
II
III
I
II
III
X CH 75%










Dari tabel diatas kemudian dihitung tabel hitungannya sebanyak dua kali perhitungan. Histogram inidigunakan untuk membandingkan data curah hujan selama satu tahun dengan kebutuhan air suatu tanaman. Setelah histogram curah hujan dibuat, kemudian P dihitung dengan interpolasi dari tabel mean daily percentage (P) of annual day time hours for different latitudes.
Sebagai contoh:  P Januari = 10° -5° = 0,26 – 0,27
                                                 7 – 5           P – 0,27
                                                     P     = 0,26
Setelah mencari data interpolasi, kemudian dilanjutkan dengan menghitung nilai F dengan menggunakan rumus :
                        F = P (0,46T + 8)                                                                                (ii)
dimana:           T = rerata suhu
Dengan menggunakan nilai F, maka Eto harian dapat ditentukan dengan melihat grafik prediction of Eto from Blaney Cridle     atau dapat disebut dengan EtoBC. Kemudian Eto BC bulanan dan Eto dasarian dicari dengan menggunakan rumus:
            EtoBC bulanan = Eto Bc harian X jumlah hari bulan yang bersangkutan      (iii)
            EtoBC dasarian = Jumlah Eto P bulanan
                                                         3                                                                         (iv)
Setelah didapat Eto bulanan kemudian dicari Eto P (Pennman), karena kita berada di wilayah Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta maka digunakan rumus:
                        Eto P = -1,33 + 1,525 BC                                                                   (v)
dimana:           BC = Eto bulanan Blaney Cridle
Eto P bulanan dan Eto P dasarian dihitung dan Eto umum dicari dengan rumus
                        Eto umum = jumlah Eto P bulanan
36                                                                                                                    (vi)
Setelah didapatkan hasil kemudian dibuat tabel sebagai berikut:
Bulan
Tmax
Tmin
P
F
EtoBC
Eto P
Harian
dasarian
bulanan
harian
dasarian
bulanan
Jan










s.d.










Des











Kemudian dibuat grafik Kc tanaman per dasarian. Dan dibuat grafik pola umum kebutuhan air tanaman pada transparansi. Serta ditentukan pola tanam untuk waktu dua tahun bagi suatu daerah dengan jalan memilih jenis tanaman yang kebutuhan airnya dapat terpenuhi dengan ketersediaan air hujan., dengan cara meng-over-laykan histogram kebutuhan tanaman pada histogram curah hujan.
Kemudian yang terakhir dibuat pembahasan mengenai pola tanam yang dihasilkan oleh suatu tanaman (tumpang sari atau tumpang gilir) beserta alasannya.


















IV.                   HASIL PENGAMATAN
1.      Data Curah Hujan Harian Tahun 2001-2010
            Nama stasiun   : UGM Bulaksumur                            Tinggi              : 137 m
            Kecamatan      : Depok                                               Lintang            : 7o 46` S
            Kabupaten       : Sleman                                              Bujur               : 110o 23` E    
Tabel 5.1. Data Curah Hujan Harian Tahun 2001 – 2010
Tahun
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
2001
113
165
183
276
210
128
35
114
86
89
167
98
19
0
6
2
8
0
2002
257
157
310
169
195
190
100
190
109
192
23
38
4
26
49
14
0
1
2003
190
31
192
109
58
56
94
117
213
252
39
85
90
4
7
77
46
53
2004
31
221
214
232
108
161
376
166
136
99
93
37
36
0
0
0
0
0
2005
166
221
122
255
336
112
37
114
92
41
46
69
18
4
3
62
119
6
2006
106
103
112
92
95
44
49
72
84
22
145
22
0
17
2
0
4
0
2007
117
82
75
115
11
29
37
11
29
31
122
23
42
13
0
0
0
0
2008
97
43
159
223
128
116
80
109
81
117
79
120
12
1
24
26
146
33
2009
147
143
27
272
66
122
44
35
130
116
40
62
10
31
31
62
2
0
2010
147
143
27
272
66
122
44
35
130
116
40
62
10
31
31
62
2
0
Tahun
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
2001
8
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
5
16
130
141
58
18
261
2002
48
0
0
16
0
159
136
3
7
133
60
120
54
159
121
162
71
47
2003
0
1
0
0
1
0
2
1
0
0
0
0
31
154
130
72
72
150
2004
0
0
0
0
0
0
0
4
5
0
12
6
41
45
55
181
142
35
2005
54
2
0
0
0
0
0
4
0
1
41
36
67
278
315
141
123
51
2006
0
0
0
8
2
3
0
0
0
82
65
67
129
262
91
168
146
52
2007
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
29
25
31
45
138
95
2008
19
42
85
23
4
0
0
18
56
25
153
82
127
76
72
32
105
171
2009
0
0
4
0
0
41
0
0
4
12
42
114
41
112
149
28
207
40
2010
0
0
4
0
0
41
0
0
4
12
42
114
41
112
149
28
207
40

2.      Data Curah Hujan Berdasarkan Ranking
Tabel 5.2. Data Curah Hujan Berdasarkan Ranking
Rank
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
1
257
221
310
276
336
190
376
190
213
252
167
120
90
31
49
77
146
53
2
190
221
214
272
210
161
100
166
136
192
145
98
42
31
31
62
119
33
3
166
165
192
272
195
128
94
117
130
117
122
85
36
26
31
62
46
6
4
147
157
183
255
128
122
80
114
130
116
93
69
19
17
24
62
8
1
5
147
143
159
232
108
122
49
114
109
116
79
62
18
13
7
26
4
0
6
117
143
122
223
95
116
44
109
92
99
46
62
12
4
6
14
2
0
7
113
103
112
169
66
112
44
72
86
89
40
38
10
4
3
2
2
0
8
106
82
75
115
66
56
37
35
84
41
40
37
10
1
2
0
0
0
9
97
43
27
109
58
44
37
35
81
31
39
23
4
0
0
0
0
0
10
31
31
27
92
11
29
35
11
29
22
23
22
0
0
0
0
0
0

Rank
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
1
54
42
85
23
4
159
136
18
56
133
153
120
129
278
315
181
207
261
2
48
2
4
16
2
41
2
4
7
82
65
114
127
262
149
168
207
171
3
19
1
4
8
1
41
0
4
5
25
60
114
67
159
149
162
146
150
4
8
1
0
0
0
3
0
3
4
12
42
82
54
154
141
141
142
95
5
0
0
0
0
0
0
0
1
4
12
42
67
41
130
130
72
138
52
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
41
36
41
112
121
58
123
51
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
12
6
41
112
91
45
105
47
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
5
31
76
72
32
72
40
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
29
45
55
28
71
40
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
25
31
28
18
35
3.      Nilai X CH 75%
            F = peluang curah hujan yang dikehendaki = 75%
            n = Jumlah tahun = 10 tahun
            m = nomor ranking = ?
           
            100 m = 825
                 m   =  8,25
kemudian nilai m di atas diinterpolasikan ke tabel 2
Tabel 5.3. X CH 75%
X CH 75%(mm)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
104
72.3
63
114
64
53
37
35
83.3
38.5
39.8
33.5
8.5
0.75
1.5
0
0
0

X CH 75% (mm)
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.75
4
30.5
68.25
67.75
31
71.75
40

4.      Nilai P
Dicari dengan interpolasi dari tabel “Mean Daily Percentage (p) of Annual Day Time Hours Latitude for Different Latitudes”
Contoh : Pada bulan januari untuk Yogyakarta pada posisi 7o LS
     
                                       P = 0.267


Tabel 5.4. Nilai P
Bln
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
P
0.284
0.28
0.28
0.27
0.266
0.266
0.266
0.27
0.27
0.28
0.28
0.284

5.      Nilai F
Sebelum menghitung nilai F, dihitung terlebih dahulu nilai T Braak
Tabel 5.5. T Braak
Bln
T max
T min
T rerata
Januari
30.79
23.29
27.04
Februari
30.69
23.29
26.99
Maret
31.09
23.29
27.19
April
31.39
22.89
27.14
Mei
31.39
22.89
27.14
Juni
31.19
22.69
26.94
Juli
31.09
21.59
26.34
Agustus
31.49
21.99
26.74
September
31.99
22.29
27.14
Oktober
32.19
22.79
27.49
November
32.19
22.79
27.49
Desember
30.99
23.29
27.14














Tabel 5.6. Nilai F
Bln
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
F
5,80
5,71
7,74
5,53
5,44
5,44
5,37
5,48
5,53
5,78
5,78
5,81

7.      Eto BC harian
Cara mencari Eto harian dengan menggunakan nilai F dengan melihat grafik “Prediction of Eto from Blanney-Criddle”.
8.      Eto BC bulanan dan Eto BC dasarian
Eto BC bulanan = Eto BC harian x jumlah hari pada bulan tersebut
Contoh      : Eto BC bulan Januari = 3,8 x 31 = 117,8
      Contoh            : Eto BC dasarian bulan Januari =
9.      Eto Pennman
Eto P = -1.133 + 1.525 BC
BC = Eto harian Blanney Criddle
Contoh      : Eto P bulan Januari   =  -1.133 + 1.525 (3.8)
                                                      =  -1.133 + 5.795
                                                      =  4.66
10. Eto P bulanan dan Eto P dasarian
Eto P bulanan        = Eto P harian x jumlah hari dalam bulan tersebut
Contoh      : Eto P bulan Januari   = 4.66 x 31      = 144.5
Contoh      : Eto P dasarian bulan Januari =                                                
11.  Eto Umum
Tabel 5.7. Eto Umum            
Bulan
T min
T max
P
F
Eto BC
Eto P
Harian
Bulanan
Dasarian
Harian
Bulanan
Dasarian
Januari
30.79
23.29
 0.284
5.8
3.8
117.8
39.27
4.66
144.52
48.174
Februari
30.69
23.29
0.28
5.71
3.7
103.6
34.53
4.51
126.26
42.09
Maret
31.09
23.29
0.28
5.74
5.5
170.5
56.83
7.25
224.89
74.96
April
31.39
22.89
0.27
5.54
4
120
30
4.96
149.01
49.67
Mei
31.39
22.89
0.266
5.44
3.5
108.5
36.17
4.20
130.33
43.44
Juni
31.19
22.69
0.266
5.44
3.5
105
30
4.20
126.13
42.04
Juli
31.09
21.59
0.266
5.37
5.5
170.5
56.83
7.26
224.89
74.96
Agustus
31.49
21.99
0.27
5.48
5.6
173.6
57.87
7.41
229.6
76.53
September
31.99
22.29
0.27
5.53
3.6
108
36
4.35
130.71
43.57
Oktober
32.19
22.79
0.28
5.78
4
124
31
4.97
153.98
51.32
Novermber
32.19
22.79
0.28
5.78
3.8
114
38
4.66
139.86
46.62
Desember
30.99
23.29
0.284
5.81
3.8
117.8
39.27
4.66
144.52
48.17

12.  Etc Umum
Etc Umum = Kc x Eto Umum
Tabel 5.8. Etc Umum
No.
Jenis Tanaman
Dasarian
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
1
Kacang Tanah
18.71
18.71
19.91
28.47
38.49
48.51
53.46
53.46
2
Jagung Madu
18.71
18.71
28.07
46.24
56.13
56.13
56.13
50.79
3
Selada
18.71
18.71
18.71
22.72
30.74
38.76
46.78
50.79
4
Melon
18.71
18.71
19.91
27.93
36.89
46.11
50.79
50.79
5
BIT
18.71
20.31
32.34
49.18
58.81
58.81
58.81
16.04
6
Terong
18.71
18.71
18.71
19.78
30.20
37.96
45.71
52.52
7
Seledri
18.71
18.71
19.38
26.86
35.68
44.51
53.99
56.13
8
Jagung
18.71
18.71
23.66
33.55
43.30
56.13
58.81
58.81
9
Daun Bawang
18.71
18.71
19.78
28.33
39.29
49.32
50.79

10
Padi-Padian
18.71
20.45
32.16
49.45
58.81
58.81
58.81
58.81




No.
Jenis Tanaman
Dasarian
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
1
Kacang Tanah
53.46
53.46
42.90
29.40
29.40

2
Jagung Madu






3
Selada
50.79
49.45
24.06



4
Melon
50.79
50.79
34.75
34.75


5
BIT






6
Terong
53.46
53.46
53.46
53.46
53.46
53.46
7
Seledri
56.13
56.13
56.13
50.79
25.39

8
Jagung
58.81
44.10
29.40
29.40
14.70

9
Daun Bawang






10
Padi-Padian
58.81
13.37
13.37
13.37

































V.    PEMBAHASAN
Pola tanam merupakan suatu susunan urutan periode tanam satu atau beberapa jenis tanaman semusim dalam suatu periode tertentu. Pola tanam biasanya dirancang berdasarkan atas ketersediaan lengas tanah. Hal ini bertujuan agar tanah dapat mencukupi kebutuhan air tanaman dengan baik, sehingga pertumbuhan tanaman akan berlangsung dengan baik dan produktivitas tanaman maksimal.  Dalam praktikum ini, dipelajari cara-cara pengaturan pola tanam. Digunakan data curah hujan daerah Bulaksumur selama periode waktu 10 tahun dan dipilih sepuluh jenis tanaman berikut :
1.      Melon
Melon merupakan tanaman yang berbentuk menjalar atau dapat disebut pula tanaman yang cara tumbuhnya merambat . Tanaman ini cara tumbuhnya seperti tanaman kacang panjang ataupun koro. Tanaman melon sebangsa dengan semangka. Tanaman melon hanya dapat hidup di daerah dataran sedang ( misal daerah bukit ) yang tidak memiliki banyak kandungan air dan tidak terlalu sedikit mengandung air. Iklim untuk tanaman melon yaitu
a.  Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon, dapat
mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.
b.  Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk
dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi patogen.
Saat tanaman melon menjelang panen, akan mengurangi kadar gula dalam buah.
c.  Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama
pertumbuhannya.
d. Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya.
Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30 derajat C. Tanaman melon
tidak dapat tumbuh apabila kurang dari 18 derajat C.
e. Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman
melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit (Prihatman,2000).
2.      Jagung manis (sweetcorn)
Jagung manis (sweetcorn) adalah varietas yang secara genetis tinggi akan gula dan rendah akan zat tepung dan sering dimakan pada saat kondisinya belum matang.Beberapa varietas jagung telah dikembangbiakkan menjadi berbagai macam penambahan fase pada pertumbuhan bunga betina, yang sekarang kita kenal sebagai baby corn. Zat tepung atau starch dari tanaman jagung juga dapat dibentuk menjadi plastik, bahan perekat, dan berbagai macam produk kimia lainnya (Malti et al., 2011).
Iklim yang tepat untuk jagung adalah iklim sedang hingga daerah beriklim basah. Pada lahan tidak beririgasi, curah hujan ideal 85-200 mm/bulan dan harus merata.  Sinar matahari cukup dan tidak ternaungi Suhu 21-340C, optimum 23-270C. Perkecambahan benih memerlukan suhu ± 300C .
Jagung manis dapat hidup di tanah gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol, grumosol, dan tanah berpasir. Tanah grumosol memerlukan  pengolahan tanah yang baik. Tanah terbaik bertekstur lempung/liat berdebu. pH tanah  5,6 – 7,5. Aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Kemiringan ≤ 8%, lahan miring > 8%, perlu di teras. Tinggi tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl.

3.      Bit (beets)
Tanaman gula Bit tumbuh berawal dari biji .Seperti tanaman lain yang tumbuh menyimpan zat gula pada akarnya hingga musim dingin tiba dan hawa dingin mengentikan proses fotosintesis.Setelah melewati musim dingin , tanaman ini akan memiliki bunga selama musim berikutnya yaitu musim semi . Satu tanaman akan menghasilkan serbuk sari sebelum siap dibuahi.Pada proses penyerbukan tanaman ini sangat tergantung dengan hembusan angin.Pada awalnya tanaman Bit tumbuh dari bunga berbiji banyak dalam sebuah cluster,sehingga apabila petani menghendaki menanam perbijinya harus dipisahkan , karena pada kondisi ini tanaman Bit masih dalam satu area sempit.Setelah dipisahkan dan tumbuh petani harus memangkas habis daun hingga tertinggal akarnya saja , agar pertumbuhannya lebih baik .Tumbuhan Bit baru memiliki biji tunggal, sekaligus menghemat tahap pemangkasan, untuk tumbuh kembali.Contohnya di Oregon , karena musim dingin yang cukup ringan untuk tanaman gula Bit agar bisa bertahan .Oregon adalah sumber utama benih tanaman gula Bit yang ada di Amerika utara.Dalam beberapa kasus, tanaman gula Bit akan tumbuh bunga dan kemudian menghasilkan biji pada tahunpertamanya.Ini biasanya dikarenakan stress lingkungan, dan merupakan sebuah keadaan yang tidak diinginkan.



4.      Barley (Hordeumvulgare)
Daun barley seperti rumput dan mengelompok , memiliki bunga silinder. Kebanyakan daunnya seperti paku tebal dan besar dengan warna yang mencolok. Tanaman ini terdiri dari satu bunga.
5.      Onion Green
Oniongreen dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Pertumbuhan daun ketinggian sekitar 250-1500 m dpl. Di daerah dataran rendah produksi anakanoniongreen tak seberapa banyak. Curah hujan yang tepat sekitar 1500-2000 mm/tahun. Daerah tersebut sebaiknya memiliki suhu udara harian 18-250C. Saat musim hujan cocok untuk melakukan penanamaanoniongreen karena bawang ini toleran terhadap curah hujan tinggi. Fase hidup oniongreen adalah 7 dasarian.
6.      Terong
Terong adalah jenis tanaman yang hidup di daerah tropis. Tanaman yang berasal dari India dan Sri Lanka ini, masih satu famili dengan tomat dan kentang. Terong memiliki berbagai macam jenis. Di antara jenis-jenis terung yang ditanam di Indonesia, beberapa diantaranya adalah: terong gelatik yang sering dipakai untuk lalapan, terong Medan yang memiliki buah bulat panjang berukuran mini, terong craigi dengan buah yang bulat panjang ujung meruncing, terong Jepang dengan bentuk buah bulat dan panjang silindris, terong Kopek dengan buah yang panjang, terong Bogor dengan bentuk buah bulat besar berwarna keputih-putihan, serta berbagai jenis terong yang lainnya.
7.      Seledri
Seledri dapat tumbuh dengan baik jika di tanam di daerah subtropis dengan ketinggian 1.000-1.200 m dpl, suhu udara 15o-24o C, kelembaban berkisar antara 80-90%, Curah hujan berkisar antara 60-100 mm/bulan, dan lahan harus mendapat penyinaran matahari yang cukup. Lahan yang ideal untuk tanaman seledri adalah tanah yang gembur, subur, mengandung bahan organik, serta tata udara dan air yang baik.
8.      Selada
Selada  merupakan sayuran daun yang berumur semusim dan termasuk dalam famili Compositae. Selada tumbuh baik di dataran tinggi (pegunungan). Di dataran rendah kropnya kecil-kecil dan cepat berbunga. Pertumbuhan optimal pada tanah yang subur banyak mengandung humus & mengandung pasir atau lumpur. Suhu yang optimal untuk tumbuhnya antara 15-20 0C, pH tanah antara 5-6,5. Waktu tanam terbaik adalah pada akhir musim hujan. Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau dengan pengairan atau penyiraman yang cukup.
9.      Jagung
            Varietas jagung hibrida mempunyai kelebihan dari jagung komposit dengan selisih produksi 25-30%, tahan rebah, penyakit dan kekeringan serta berumur pendek umur panen jagung umumnya 85-100 hari. Jagung siap panen dengan ciri-ciri tongkol atau kelobot yang mulai mengering dan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga, biji sudah kering, keras dan mengkilat yang apabila ditekan dengan kuku tidak membekas.
10.  Kacang tanah
Tanaman Kacang Tanah cocok ditanam didataran rendah yang berketinggian dibawah 500 m diatas permukaan laut. Adapun iklim yang menjadi syarat tumbuh tanaman kacang tanah antara lain, curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun,hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.Suhu udara sekitar 280-3200C, bila suhunya di bawah 100oC, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil , kelembaban udara berkisar 65-75 %.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
Pola tanam multiple cropping merupakan suatu pola tanam yang memungkinkan dua tanaman atau lebih untuk ditanam di lahan yang sama dalam satu tahun secara bersamaan maupun bergiliran. Polatanam ni diterapkan dengantujuan memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan untukmenghindari resikokegagalan. Namun yangpenting persyaratan tumbuhantara kedua tanman ataulebih terhadap lahanhendaklah mendekatikesamaan.Pola tanam di daerahtropis, biasanya disusunselama satu tahun denganmemperhatikan curah hujan,terutama pada daerah ataulahan yang sepernuhnyatergantung dari hujan. Selain itu, dengan pola tanam multiple cropping, petani dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar daripada budidaya tanaman dengan pola tanam monokultur. Pola tanam multiple cropping dapat dibagi menjadi dua berdasarkan penanamannya, yaitu tumpang sari atau intercropping dan tumpang gilir atau sequential cropping. Pada pola tanam tumpang sari, dua jenis tanaman atau lebih ditanam secara bersamaan, dan satu musim tanam digunakan untuk budidaya dua atau lebih jenis tanaman. Sementara itu, pada pola tanam tumpang gilir, dua tanaman atau lebih ditanam secara bergiliran, baik setelah panen maupun ketika satu jenis tanaman telah memasuki umur tertentu.
Pertimbangan pemilihan jenis-jenis tanaman dalam pemanfaatan pola tanam tumpang sari atau tumpang gilir terletak pada kebutuhan tanaman, kedalaman akar, dan hubungan kekerabatan antar tanaman. Aspek ekologi pada pola tanam tumpang sari dan tumpang gilir perlu untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan dalam kedua pola tanam tersebut, digunakan dua atau lebih jenis tanaman untuk dibudidayakan dalam satu lahan, dengan harapan setiap jenis tanaman dapat berproduksi maksimal. Kebutuhan tanaman, seperti air, unsure hara, dan bahan organik dipengaruhi oleh hubungan kekerabatan antara tanaman satu dengan tanaman lain. Jika dua tanaman yang dibudidayakan dengan tumpang sari atau tumpang gilir memiliki hubungan kekerabatan yang dekat, maka dapat dipastikan kebutuhan kedua tanaman tersebut akan sama. Ini akan memicu adanya kompetisi antara kedua tanaman tersebut dalam memenuhi kebutuhan masing-masing tanaman. Kompetisi menyebabkan pemenuhan kebutuhan tanaman menjadi tidak maksimal, sehingga berpotensi menurunkan produktivitas. Selain untuk menghindari kemungkinan terjadinya kompetisi antar tanaman, penanaman dua tanaman dengan kekerabatan yang dekat juga dilakukan untuk menghindari serangan hama dan penyakit tanaman. Sementara itu, kedalaman akar juga dapat menyebabkan kompetisi antar tanaman, terutama dalam memenuhi kebutuhan unsur hara. Jika kedua tanaman memiliki kedalaman akar yang sama, maka kedua tanaman ini akan saling memperebutkan unsur hara pada kedalaman tanah yang sama sehingga menyebabkan tingginya kebutuhan pupuk. Perlu diperhatikan juga adanya jenis-jenis tanaman tertentu yang bersifat “rakus” atau membutuhkan banyak unsur hara. Tanaman seperti ini akan mengganggu kelangsungan hidup tanaman lain, sehingga tidak layak dibudidayakan baik secara tumpang sari maupun tumpang gilir.
Dalam konteks curah hujan dan evapotranspirasi tanaman, evapotranspirasi tanaman menggambarkan jumlah air yang terbuang oleh aktivitas tanaman. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa kebutuhan air tanaman harus lebih besar dari evapotranspirasi tanaman. Jika evapotranspirasi tanaman dalam satu dasarian tinggi, maka curah hujan dalam dasarian yang sama harus lebih tinggi agar dapat memenuhi kebutuhan air tanaman. Tumpang sari dan tumpang gilir dapat diterapkan pada dua tanaman yang memiliki tingkat evapotranspirasi tanaman yang tidak sama pada setiap dasarian dalm setiap fase pertumbuhan setiap tanaman. Ini untuk menghindari terjadinya kompetisi dalam pemenuhan kebutuhan air tanaman. Tanaman yang memiliki masa budidaya singkat dapat ditumpang gilirkan dengan tanaman lain, yaitu ketika tanaman yang lain ini memasuki fase vegetatif akhir atau masa generatif. Tanaman legum seperti kacang tanah dapat menambat nitrogen bebas, sehingga mampu meningkatkan kadar nitrogen tanah dan menghemat kebutuhan pupuk nitrogen.
Dari hasil pengolahan data evapotranspirasi tanaman yang ditampilkan dalam histogram, dapat diketahui umur tanam kesepuluh tanaman yang dipilih, berikut kebutuhan airnya. Tanaman jenis padi-padian atau barley memiliki umur tanam sekitar 12 dasarian, dan kebutuhan air maksimal terjadi pada dasarian ke-5 sampai dasarian ke-9. Tanaman terong memiliki umur tanam sekitar 17 dasarian, dan kebutuhan air maksimal terjadi pada dasarian ke-9 sampai dasarian ke-17. Tanaman selada memiliki umur tanam 10,5 dasarian, dan kebutuhan air maksimal terjadi pada dasarian ke-7 sampai dasarian ke-8. Tanaman seledri memiliki umur tanam 12,5 dasarian, dan kebutuhan air maksimal terjadi pada dasarian ke-8 sampai dasarian ke-11. Masa budidaya  tanaman melon adalah 12 dasarian, dan kebutuhan air maksimal pada dasarian ke-7 sampai dasarian ke-10. Masa budidaya tanaman kacang tanah adalah 13 dasarian, dengan kebutuhan air maksimal pada dasarian ke-7 sampai dasarian ke-10. Masa budidaya tanaman daun bawang adalah 7 dasarian, dan kebutuhan air maksimal terjadi pada dasarian ke-7. Masa budidaya tanaman bit adalah 7 dasarian, dengan kebutuhan air maksimal pada dasarian ke-5 sampai dasarian ke-6. Tanaman jagung memiliki umur tanam 13,5 dasarian dan kebutuhan air maksimal pada dasarian ke-7 sampai dasarian ke-9, sedangkan tanaman jagung madu memiliki umur tanam 8 dasarian dan kebutuhan air maksimal pada dasarian ke-5 sampai dasarian ke-7.
Dari histogram peluang curah hujan 75% selama dua tahun, musim penghujan dimulai pada bulan Oktober dasarian ke-2 dan berakhir pada bulan Mei dasarian ke-3. Penanaman dapat dimulai pada bulan November dasarian ke-1, ketika curah hujan mencukupi kebutuhan air dari seluruh tanaman pada fase awal pertumbuhan. Kelebihan air yang diperoleh pada satu dasarian dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman pada dasarian selanjutnya ketika curah hujan tidak dapat memenuhi kebutuhan air dalam dasarian tersebut. Tanaman-tanaman yang membutuhkan banyak air dalam waktu yang lama seperti terong dan seledri, sebaiknya mulai ditanam pada awal musim penghujan sehingga pada saat tanaman-tanaman ini memasuki fase ketika kebutuhan air maksimal, curah hujan yang diterima dapat memenuhi kebutuhan air. Curah hujan maksimal terjadi pada bulan Februari dasarian ke-1. Diharapkan pada dasarian ini, curah hujan yang diterima dapat benar-benar digunakan untuk memenuhi kebutuhan air. Pada pertengahan musim penghujan juga dapat dimulai penanaman untuk tanaman-tanaman seperti melon dan bit. Ini dilakukan agar ketika tanaman-tanaman tersebut mendekati masa panen, tanaman tidak mengalami kelebihan air yang dapat menyebabkan hasil panen busuk.
Setiap tanaman memiliki jumlah dasarian yang berbeda-beda sehingga waktu tanam dan waktu pemanenan juga sangat berbeda. Keadaan ini digunakan para petani dengan melakukan beberapa pola tanam yaitu: pola tanam tumpang sari dan tumpang gilir.
1.      Pola Tanam Tumpangsari
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping.
Dari 10 tanaman yang dipilih, pasangan tanaman yang paling cocok ditumpangsarikan adalah tanaman jagung dan kacang tanah, dengan penanaman dimulai pada bulan November dasarian ke-1 dan dipanen pada bulan Maret dasarian ke-1. Tanaman jagung memiliki umur tanam 13,5 dasarian dan kebutuhan air maksimal pada dasarian ke-7 sampai dasarian ke-9, sedangkan masa budidaya tanaman kacang tanah adalah 13 dasarian, dengan kebutuhan air maksimal pada dasarian ke-7 sampai dasarian ke-10.
2.      Pola Tanam Tumpanggilir
Pola tanam bergilir dimaksudkan agar curah hujan yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Berikut tanaman-tanaman yang dapat dilakukan pola tanam tumpanggilir.
Tanaman buncis dapat ditumpanggilirkan dengan tanaman jagung manis. Buncis sendiri yang memiliki masa tanam 9 dasarian mulai dapat ditanam pada bulan  November dasarian 3 sampai Februari dasarian 2. Sedangkan tanaman jagung manis yang memiliki masa tanam 8 dasarian dapat mulai ditanam pada bulan Februari dasarian 2 sampai April dasarian 3. Tanaman buncis akan kekurangan air pada bulan Desember dasarian 3 sehingga diperlukan irigasi tambahan yang cukup agar tanaman tetap dapat hidup. Sedangkan tanaman jagung manis akan kekurangan air pada bulan April dasarian 1,2 dan 3. Oleh karena itu diperlukan irigasi tambahan yang cukup banyak agar tanaman tidak mati.
Dari grafik Etc, terlihat tanaman buncis mempunyai umur tanam yang pendek, yaitu 9 dasarian, tetapi membutuhkan air yang banyak, terutama pada dasarian ke V sampai dasarian ke IX. Oleh karena itu, buncis cocok ditanam pada bulan Desember dasarian I dan berakhir pada bulan Februari dasarian III. Tetapi pada Desember dasarian III, curah hujan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air buncis, sehingga pada dasarian tersebut harus dibantu dengan penyiraman atau irigasi. Buncis dapat ditumpang sari karena memiliki kelebihan air dari Januari dasarian I sampai Februari dasarian III. Jika sudah dipanen, masih ada kelebihan curah hujan pada bulan Maret dan April. Karena itu tanaman buncis dapat ditumpang sari dengan jagung manis yang mulai tanam bulan Januari dasarian I dan memiliki waktu tanam 8 dasarian serta berakhir pada bulan Maret dasarian II. Tetapi pada bulan Februari dasarian II dan III serta pada bulan Maret dasarian I akan mengalami kekurangan curah hujan sehingga perlu dibantu dengan penyiraman atau irigasi pada bulan Februari dasarian II kekurangan air masih dapat diatasi secara alami karena pada Februari dasarian I terdapat banyak kelebihan curah hujan yang diserap oleh jagung manis.
Tanaman Jagung manis memiliki umur tanam yang pendek yaitu sembilan dasarian. Tanaman jagung manis pada awal pertumbuhan membutuhkan air agak sedikit, tetapi pada pertengahan dan akhir pertumbuhan membutuhkan air yang agak banyak. Oleh karena itu tanaman jagung manis cocok ditanam pada bulan Desember dasarian pertama dan berakhir pada bulan Februari pada dasarian ketiga, karena pada bulan Desember dasarian pertama curah hujan agak berlebihan sehingga dapat memenuhi kekurangan air pada Desember dasarian ke III, tetapi pada bulan Januari sampai Februari curah hujan agak berlebihan sampai akhir tanam. Pada Desember dasarian ke III curah hujan tidak mencukupi maka perlu dilakukan penyiraman . Tanaman jagung manis dapat ditumpang sari dengan tanaman buncis karena sama-sama memiliki umur tanam yang pendek dan kebutuhan akan curah  hujan yang hampir sama. Dengan cara jagung manis ditanam lebih adahulu pada bulan Desember dasarian I sampai bulan Februari dasarian III. Pada bulan Januari sampai bulan Februari tanaman jagung manis kelebihan curah hujan, maka tanaman buncis pada bulan Januari dasarian I (karena jagung manis kelebihan curah hujan) air dapat dimanfaatkan oleh tanaman buncis. Tetapi pada akhir pertumbuhan tanaman buncis kekurangan curah hujan sehingga perlu dilakukan penyiraman/pengairan. Sehingga system tumpang sari ini sangat cocok dan dilakukan dua kali penyiraman pada awal pertumbuhan jagung manis dan akhir pertumbuhan buncis.
Tanaman Onion Green dan  Beets juga dapat di tumpang gilirkan dengan jagung dengan syarat adanya irigasi yang cukup pada bulan Desember dasarian III karena tanaman tersebut akan kekurangan air pada bulan Desember dasarian 3. Sedangkan tanaman jagung manis akan kekurangan air pada bulan April dasarian 1,2 dan 3. Oleh karena itu diperlukan irigasi tambahan yang cukup banyak agar tanaman tidak mati.
Tanaman barley ditanam pada bulan November dasarian tiga pada tahun berikutnya. Pada dasarian tiga bulan November ini ketersediaan air cukup banyak sesuai dengan yang dibutuhkan barley. Pada bulan Januari dasarian pertama sampai bulan Maret dasarian kedua tanaman tersebut kelebihan curah hujan. Sampai dengan masa panennya barley tetap memperoleh kebutuhan air yang cukup. Pada bulan Desember dasarian tiga barley kekurangan air, tetapi hal itu tidak masalah karena dapat tertutupi oleh persediaan air pada dasarian sebelumnya, karena pada dasarian sebelumnya  kebutuhan air berlebih. Barley tidak cocok ditanam pada Mei dasarian tiga sampai Oktober dasarian dua.
Tanaman melon ditanam pada bulan November dasarian tiga pada tahun berikutnya. Pada dasarian tiga bulan November ini ketersediaan air cukup banyak sesuai dengan yang dibutuhkan melon. Pada bulan Januari dasarian pertama sampai bulan Februari dasarian ketiga tanaman tersebut kelebihan curah hujan.




























VI. KESIMPULAN

1.      Data curah hujan dan Evapotranspirasi tanaman bermanfaat untuk memperkirakan kecukupan air tanah untuk budidaya tanaman dalam satu periode tanam.
2.      Pola tanaman masing-masing daerah berbeda-beda tergantung pada kondisi iklim daerah tersebut

























DAFTAR PUSTAKA
Gunadi,R. 1997. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangan anasir cuaca. Jurnal Perlindungan Tanaman III (2) : 93-99.
Hansen, E, dkk. 1986. Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi. Erlangga : Jakarta
Kemal Prihatman . Melon. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Jakarta.  http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/melon.pdf. Diunduh pada 26 Oktober 2014.
Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative Anatomy of Maize and its Application. International Journal of Bio-Resources and Stress Management.
Prawirawardoyo, S. 1996. Meteorologi. ITB Bandung : Bandung.
Sitompul. S.M., W.C.H. Van Hoof., Bambang G., Jody M., dan Soetono. 1980. Pengaruh Waktu Tanam Jagung Terhadap Perumbuhan dan Produksi Kacang Tanah dan Jagung Dalam Sistem Tumpang Sari. Agrivita III (1) : 1-13.
Wisnubroto, S. 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya. Yogyakarta.



0 comments:

Post a Comment

KOMISARIAT PERSIAPAN HMI AGROKOMPLEKS UGM
Powered by Blogger.

Recent Post

Total Pageviews

KOMISARIAT PERSIAPAN HMI AGROKOMPLEKS UGM