ACARA
III
ANALISIS
DATA METEOROLOGI
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam menganalisis data meteorologi
di suatu wilayah diperlukan adanya data cuaca bulanan salama satu tahun dari
suatu stasiun meteorologi, yang terdiri dari data curah hujan (CH), evaporasi
(EV), suhu termometer bola basah (TBB), suhu termometer bola kering (TBK),
panjang penyinaran (PP), intensitas penyinaran (IP).
Selain itu juga diperlukan data
untuk menganalisis regresi dan korelasi, data yang perlukan antara lain suhu
(T), kelembaban (RH), panjang penyinaran (PP), intensitas penyinaran (IP), dan
evaporasi (EV) bulanan selama satu tahun, yang diperoleh dari data diatas.
Data disajikan dalam berbagai macam
jenis, ada data mentah yang merupakan data asli dari suatu alat pengukur dan belum diolah. Data matang merupakan data asli
yang sudah diolah menjadi data yang dapat digunakan dalam beberapa aplikasi
pengolahan yang berkaitan dengan data tersebut, dan data siap pakai merupakan
data yang sudah diolah menjadi data yang dapat digunakan sebagai acuan tetap
dan dapat dioperasikan dalam penentuan hal-hal yang berkaitan dengan data
tersebut.
Untuk menentukan analisis regresi
dan korelasi, sebaiknya dalam penghitungan menggunakan bantuan kalkulator,
sehingga nantinya didapat suatu persamaan regresi linier: Y = a + bX, dimana Y
merupakan perubahan tak bebas (faktor yang dipengaruhi), X merupakan perubahan
bebas (faktor yang mempengaruhi), a merupakan pengaruh faktor lain yang tidak
dipengaruhi perubahan bebas, dan bmerupakan koefisien relasi (gradien garis).
Sedangkan koefisien regresi yang bukan linier disimbolkan dengan (r).
Berikut hubungan antara dua anasir
iklim :
PP Vs T IP Vs RH
PP Vs RH IP Vs EV
PP Vs
EV T Vs RH
PP Vs IP T Vs EV
PP Vs T RH Vs ZV
B.
TUJUAN
1.
Melatih mahasiswa untuk mengolah dan menganalisis data
meteorologi
pertanian serta
menyajikannya dalam data siap pakai.
2.
Mempelajari hubungan timbal balik antara anasir-anasir
iklim.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Pengukuran
suatu anasir iklim akan menghasilkan suatu data. Data hasil pengukuran ini
menggambarkan kondisi suatu anasir iklim pada waktu dilakukannya
pengukuran.Akan tetapi, data hasil pengukuran ini belum dapat dimanfaatkan
secara luas.Perlu diadakan suatu pengolahan atau analisis data agar data hasil
pengukuran tersebut memberikan nilai manfaat yang lebih dan dapat dipahami
dengan mudah. Jika melalui data hasil pengukuran akan diketahui kondisi suatu
anasir iklim pada waktu pengukuran dilakukan, maka melalui analisis data
klimatologi, akan diketahui dampak atau pengaruh yang mungkin ditimbulkan
kondisi anasir iklim yang demikian terhadap anasir iklim lainnya atau terhadap
anasir agronomis seperti produksi (Transportation Research Board of the
National Academies, 2013).
Metodestatistika merupakan
teknik analisis data untuk sebuah persoalan yang menyangkut dua peubah atau
lebih yang ada atau diduga ada dalam suatu pertautan tertentu yang disebut
teknik analisis regresi dan analisis korelasi.Regresi multipel adalah regresi
yang melibatkan sebuah peubah tak bebas dan dua atau lebih peubah bebas.Kemudian
disusun analisis korelasinya dalam bentuk korelasi multipel.Regresi merupakan
bentuk hubungan antara peubah respon (Y) dan peubah prediktor (X).Manfaat dari
analisis regresi adalah untuk mengetahui
peramalan rata-rata peubah respon berdasarkan peubah prediktor, perkiraan
rerata untuk peubah respon untuk setiap perubahan satuan prediktor termasuk
jarak taksiran rata-rata dan individu untuk peubah respon.Selain itu, jika
hubungan antar peubah respon dengan peubah prediktor memang ada maka untuk
mengetahui ada atau tidaknya kontribusi peubah prediktor terhadap peubah respon
terdapat pada bagian korelasi (r), harga r berkisar pada nilai -1 hingga
1.Koefisien korelasi negatif memiliki hubungan dengan koefisien arah
negatif.Sedangkan korelasi positif memiliki hubungan dengan koefisien arah
positif.Jika nilai
korelasinya nol maka
koefisien arah nol atau dapat dikatakan jika antara peubah respon dan peubah prediktor
tidak memiliki hubungan (Sudjana, 1991).
Cara memprediksi kemungkinan curah
hujan yaitu dengan melakukan banyak penyelidikan mengenai distribusi curah
hujan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Sosrodarsono, 1978):
1.
Cara distribusi normal
Cara ini digunakan untuk menyelesaikan
atau menghitung distribusi normal yang didapat dengan merubah variabel
distribusi asimetris (X) ke dalam logaritma atau ke dalam akar pangkat (n).
2.
Cara kurva asimetris
Cara ini adalah cara yang langsung
menggunakan kurva asimetris kemungkinan kerapatan. Cara-cara yang digunakan
adalah jenis distribusi eksponensial dan distribusi harga ekstrem.
3.
Cara yang manggunakan kombinasi cara 1 dan cara 2
Jumlah curah hujan tidak menunjukkan
informasi yang dibutuhkan untuk mengukur pengikisan dari badai hujan. Kekuatan
yang digunakan di permukaan tanah dengan setiap tetesan air hujan dapat
diperlihatkan dengan kekuatan yang meliputi badai hujan. Untuk menghitung nilai
ini, informasi yang harus tersedia adalah besar dan lamanya hujan badai, ukuran
dan kecepatan pada tiap tetesan hujan dan penyaluran ukuran tiap tetes. Dalam
daerah musim hujan, hujan harian biasanya jatuh selama satu badai, kemudian hal
ini dapat dianggap bahwa curah hujan bulanan dibagi dengan jumlah hujan harian
tiap bulan menghasilkan pengukuran yang layak dari rata-rata jumlah hujan yang
turun selama satu badai pada bagian bulan tersebut (Linder, 1981).
Probabilitas dan prakiraan data curah hujan lebih praktis
mendapatkan perhatian, karena hal ini dapat mengubah hasil panen tanaman,
permintaan evaporasi dan tipe tanah. Pada faktanya periode dengan kalkulasinya
dibutuhkan untuk mengubah nilai kritik dari curah hujan dalam suatu periode.
Permasalahan yang ada seperti ketidaktepatan dalam perubahan kalkulasi dengan
jangka waktu yang pendek dan curah hujan yang rendah (Jackson, 1984).
III.
METODOLOGI
Praktikum
acara III yang berjudul Analisis Data Meteorologi dilaksanakan pada
hari Senin tanggal 29 September
2014 di Laboratorium Agroklimatologi,
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini
meliputi data bulanan selama satu tahun dari stasiun meteorologi yang terdiri
atas data curah hujan (CH), kelembaban nisbi (RH), evaporasi (EV), termometer
bola basah (TBB), termometer bola kering (TBK), panjang penyinaran (PP), dan
intensitas penyinaran (IP), bahan ini digunakan untuk analisis, penyajian dan
interpretasi data. Sedangkan untuk analisis korelasi dan analisis regresi
digunakan data temperatur (T), kelembaban nisbi (RH), evaporasi (EV),
termometer bola basah (TBB), termometer bola kering (TBK), panjang penyinaran
(PP), dan intensitas penyinaran (IP) bulanan selama satu tahun yang diperoleh
dari analisis data yang diperoleh.
Dalam
menyajikan dan mengintepretasi data meteorologi pertanian memerlukan pembagian
kerja yaitu dengan membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok menurut stasiun
meteorologi sebagai sumber data.Kemudian masing-masing kelompok saling
menukarkan data yang telah diperoleh.Untuk menghitung banyaknya curah hujan
yang pertama kali dilakukan adalah menghitung jumlah curah hujan perdasarian,
tinggi curah hujan bulanan, dan curah hujan tahunan.Kemudian dihitung jumlah
hari hujan selama setahun, bulan-bulan basah, dan bulan-bulan kering menurut
Mohr.Untuk mengolah data suhu udara (TBB dan TBK) dihitung rata-rata suhu
harian, yang mengukurnya digunakan cara dua kali suhu udara pada pukul 07.00
ditambah suhu udara pada pukul 13.00 dan ditambah lagi dengan suhu udara pada
pukul 18.00. Kemudian data tersebut dibagi empat. Untuk menghitung suhu bulanan
dilakukan dengan cara membagi jumlah suhu harian selama satu bulan dengan
jumlah hari dalam satu bulan tersebut.
Sedangkan
untuk menghitung suhu tahunan dilakukan dengan cara membagi jumlah suhu bulanan
selama satu tahun dengan jumlah bulan dalam satu tahun (12 bulan). Atau dapat
digunakan rumus Braak yaitu T tahunan = 26,3-0,6h; suhu maksimum = 31,3-0,62h;
dan suhu minimum = 22,8-0,53h, yang terakhir dibuat grafik suhu bulanan selama
satu tahun.Untuk menghitung kelembaban relatif udara dapat dilakukan dengan rumus
perhitungan suhu harian dan suhu tahunan, dengan dasar selisih TBB dan TBK pada
pukul 07.00, 13.00, dan 18.00.Kemudian dibuat grafik ayunan RH (kelembaban
relatif udara) bulanan selama satu tahun dan yang terakhir diberikan pembahasan
mengenai pola ayunan T dan RH bulanan selama satu tahun.Untuk menghitung
panjang penyinaran (PP), intensitas penyinaran (IP), dan evaporasi (EV)
mula-mula dihitung rerata panjang penyinaran, intensitas penyinaran dan
evaporasi bulanan selama satu tahun.Kemudian dibuat grafik rerata panjang
penyinaran, intensitas penyinaran, dan evaporasi bulanan selama satu tahun.Dan
yang terakhir adalah pembahasan mengenai pola ayunan panjang penyinaran (PP),
intensitas penyinaran (IP), dan evaporasi (EV) selama satu tahun.Untuk analisis
regresi dan analisis korelasi, dilakukan penghitungan nilai regresi dan
korelasi dengan bantuan data harian selama setahun diantara dua anasir iklim.
Analisis dilakukan dengan menggunakan kalkulator sehingga diperoleh persamaan
regresi y = a + bx dan koefisien korelasi (r). Terakhir, dilakukan pembuatan
grafik persamaan regresi dari hubungan antara anasir iklim tersebut kemudian
dibahas tingkat keeratan masing-masing hubungannya.
IV.
HASIL PENGAMATAN
- Hasil
Perhitungan
Tabel 3.1 Data Klimatologi Bulanan
BULAN
|
T (0C)
|
RH (%)
|
PP (%)
|
EV (mm)
|
CH (mm)
|
KA (km/jam)
|
JAN
|
26,74
|
84,39
|
29,3
|
53,0
|
428,4
|
1,6
|
FEB
|
26,45
|
84,62
|
30,1
|
66,8
|
446,8
|
1,6
|
MAR
|
27,34
|
82,71
|
44,2
|
64,0
|
65,4
|
1,9
|
APR
|
28,48
|
76,36
|
71,2
|
64,7
|
38,0
|
1,5
|
MEI
|
27,79
|
81,47
|
69,8
|
78,1
|
69,5
|
1,4
|
JUNI
|
26,95
|
80,43
|
74,1
|
104,2
|
50,1
|
1,7
|
JULI
|
25,36
|
81,55
|
74,1
|
100,2
|
10,3
|
1,9
|
AGUST
|
25,16
|
79,37
|
74,0
|
97,3
|
20,9
|
1,9
|
SEPT
|
25,39
|
81,78
|
58,5
|
70,2
|
9,0
|
2,5
|
OKT
|
26,99
|
81,23
|
46,5
|
93,6
|
34,2
|
2,8
|
NOV
|
26,79
|
84,33
|
49,0
|
64,3
|
229
|
2,3
|
DES
|
27,13
|
80,99
|
50,2
|
36,5
|
426
|
1,5
|
Cara
Perhitungan:
*
Untuk menghitung
Temperatur digunakan rumus T harian dari TBK yaitu:
Contoh:
*
Untuk menghitung RH digunakan
persamaan matematika
Ket:
y = nilai kelembababan
relatif (RH) pada setiap pengamatan
x
= selisih dari TBK dan TBB
x1
= nilai (t-t’)1 pada tabel
x2
= nilai (t-t’)2 pada tabel
y1
= nilai RH 1 pada tabel
y2
= nilai RH 2 pada tabl
Contoh
perhitungan RH pada pukul 07.00:
Sedangkan
untuk menghitung rata-rata RH harian digunakan rumus yang sama dengan
menghitung T harian, yaitu:
Contoh:
B. Hasil
Analisis Data Klimatologi Bulanan
VARIABEL
|
A
|
b
|
r
|
PERSAMAAN REGRESI
( Y = a + bx )
|
PP
vs T
|
98,64
|
-1,59
|
-0,095
|
Y = 98,64-1,59x
|
PP
vs RH
|
429,96
|
-5,35
|
-0,512
|
Y =429,96-5,35x
|
PP
vs EV
|
9,60
|
0,48
|
0,486
|
Y = 19,60+0,48x
|
T
vs EV
|
28,07
|
-0,018
|
-0,3829
|
Y =28,07-0,018x
|
T
vs RH
|
35,27
|
-0,104
|
0,4122
|
Y = 35,27-0,030x
|
RH
vs EV
|
83,85
|
-0,030
|
-0,4066
|
Y = 83,85-0,030x
|
RH
vs CH
|
80,46
|
7,4.10-3
|
0,495
|
Y = 80,46+7,4.10-3x
|
KA
vs EV
|
1,401
|
6,4.10-3
|
0,306
|
Y = 1,401+6,4.10-3x
|
KA
vs RH
|
-0,517
|
0,029
|
-0,0925
|
Y = -0,517+0,029x
|
KA
vs CH
|
2,026
|
-9,3.10-4
|
-0,387
|
Y = 2,026-9,3.10-4x
|
·
Analisis diatas
menggunakan alat hitung kalkulator.
Data mentah terlampir.
V.
PEMBAHASAN
- DATA KLIMATOLOGI BULANAN
1.
SUHU UDARA (T)
Grafik 3.1
Suhu (T) Tiap Bulan
Kenaikan
dan penurunan temperature terjadi karena adanya
perubahanpeningkatan gas rumah kaca di atmosfer dan juga perubahan jumlah
energi yang dihasilkan matahari.Terjadinya perubahan suhu dari bulan
ke bulan selama satu tahun juga dapat disebabkan oleh pengaruh intensitas
penyinaran radiasi matahari atau terjadinya insolation
(incoming solar radiation). Radiasi matahri yang tinggi akan menyebabkan suhu di permukaan bumi semakin
tinggi. Dari grafik dapat
dilihat bahwa perbedaan temperatur tiap bulannya sangat kecil, yaitu pada bulan
Januari suhunya 26,74°C sampai bulan Maret suhunya 27,34°C. Pada bulan Oktober
terjadi kenaikan suhu yang tinggi.Hal tersebut terjadi karena pada saat antara
bulan Agustus sampai Desember, matahari terletak pada posisi di selatan garis
ekuator sedangkan letak stasiun pengamatan terletak pada lintang selatan maka
suhu yang tercipta semakin besar karena pengaruh radiasi sinar matahari.
Suhu udara berperan penting dalam proses biofisika dan
biokimia. Suhu udara maksimum rata-rata di Indonesia umumnya tidak melebihi 32 0C.
Hal ini terjadi karena wilayah Indonesia sebagian besar merupakan wilayah
lautan, Permukaan air yang luas akan berperan penting dalam memperkecil
fluktuasi suhu, karena sebagian besar radiasi matahari terpakai untuk penguapan
air (evaporasi). Di selatan ekuator, temperatur siang hari tertinggi tercatat
dari bulan September hingga bulan November, dengan puncak pada bulan April-Mei.
Hal ini sesuai grafik yang ada dari hasil analisis suhu bulanan, bahwa suhu
ertinggi terdapat pada bulan April yaitu 28,43 oC, dan suhu relatif rendah terjadi pada bulan
Juni sampai dengan bulan Agsutus. Pada bulan Juli dan Juni, temperatur maksimum bulanan rerata
relatif rendah di selatan ekuator, terutama oleh adanya arus tenggara yang
dingin. Akan tetapi pada bulan Januari dan Februari, temperatur hariannya relatif rendah karena jumlah
awan yang cukup banyak akibatnya sinar matahari sulit untuk menembus.
2.
KELEMBABAN UDARA (RH)
Grafik 3.2Kelembaban
(RH) Udara Tiap Bulan
Berdasarkan grafik di atas, kelembaban nisbi udara
setiap bulan dalam satu tahun mengalami kenaikan dan penurunan. Kelembaban
nisbi terendah pada bulan April sebesar 76,36% dan tertinggi pada bulan
Februari sebesar 84,6%.Kelembaban berbanding
terbalik dengan suhu.Jika kelembaban tinggi maka suhu rendah.Jika kelembaban
rendah, maka suhunya tinggi. Dari analisa tersebut, kemungkinan bulan april
sampai oktober adalah musim kemarau karena kelembaban relatif rendah. Sedangkan
pada bulan oktober sampai april adalah musim penghujan karena kelembaban
relatif tinggi. Penyajian data
seperti ini yang sangat dibutuhkan oleh petani untuk menentukan masa tanam.
Masa tanam yang tepat akan sanagat membantu petani dalam mengurangi setidaknya
pengeluaran untuk pengairan pada lahan yang dimilikinya.
.
3.
PANJANG PENYINARAN(PP)
Grafik3.3 Panjang Penyinaran (PP) Tiap Bulan
Panjang penyinaran pada bulan Januari – April
dan bulan Mei sampai Agustus mengalami kenaikan dengan panjang penyinaran tertinggi
pada bulan Juni dan Juli dengan angka PP
sebesar74,1 %. Pada bulan
tersebut matahari berada pada belahan bumi bagian selatan sedangkan letak
stasiun pengamatan berada di daerah lintang selatan. Setelah itu, panjang
penyinaran mengalami penurunan,
Panjang Penyinaran terendah, yaitu 29,3% pada buan Januari. Penurunan panjang penyinaran
berhubungan dengan kelembaban. Pada saat panjang penyinaran tertinggi, suhu
akan meningkat dan menyebabkan naiknya kapasitas udara untuk menampung uap air.
Apabila kelembaban tinggi dan evaporasi rendah, maka panjang penyinaran relatif
rendah. Hal ini terjadi pada bulan Februari dimana kelembaban
relatif tinggi walaupun evaporasi rendah.Panjang penyinaran yang lama mempengaruhi kelembaban udara.
Variasi panjang penyinaran terjadi disebabkan oleh keadaan musim yang berubah
(pancaroba) dari musim panas ke musim hujan dan dipengaruhi oleh letak lintang.
Selain itu panjang penyinaran juga dapat disebabkan oleh intensitas radiasi
matahari, intensitas sinar matahari yang tinggi akan menyebabkan tingginya
panjang penyinaran.
- EVAPORASI (EV)
Grafik 3.4 Evaporasi (EV) Tiap Bulan
Pada grafik di atas dapat diketahui bahwa tingkat
evaporasi pada bulan Januari hingga Desember selalu bervariasi.Titik terendah
tingkat evaporasi terjadi pada bulan Desember, sedangkan evaporasi tertinggi
terjadi pada bulan Juni.Pada bulan Oktober terjadi penurunan pada bulan
November dan Desember hal ini disebabkan datangnya musim hujan pada bulan
Oktober sampai Maret, yang mempengaruhi laju evaporasi.Tingkat evaporasi dapat
dipengaruhi oleh radiasi matahari, temperatur udara dan uap air di permukaan.Radiasi matahari merupakan sumber utama panas dan
mempengaruhi jumlah evaporasi di atas permukaan bumi, yang tergantung pada
letak pada garis lintang dan musim.Temperatur Udara sangat berpengaruh terhadap
evaporasi sebab semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk
menyerap air.Selain itu semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air
meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapisan udara
di atasnya dalam bentuk uap air. Uap air di permukaan mempengaruhi karena evaporasi tidak dapat terjadi dari tanah yang benar-benar
kering. Selanjutnya kandungan uap air udara di atas permukaan
atau kelembaban udara yang jika kelembaban udara pada tempat tersebut tinggi
maka evaporasinya rendah,
begitu juga sebaiknya.
- CURAH HUJAN
(CH)
Grafik 3.5Curah Hujan (CH) Tiap
Bulan
Pada grafik curah hujan diatas dapat
diketahui curah hujan tinggi terjadi pada bulan November sampai Febuari dan
yang tertinggi pada bulan Februari.Sedangkan pada bulan Maret sampai Oktober
curah hujan yang terjadi sangat kecil.Sehingga dapat diketahui pada bulan
November sampai Februari terjadi musim hujan yang menyebabkan curah hujan
tinggi, dan pada bulan Maret sampai Oktober terjadi musim kemarau.Bila
kita hubungkan pada fenomena el nino, el nino menyebabkan curah hujan disebagian
besar wilayah Indonesia berkurang. Menurut grafik tersebut, el nino terjadi
pada bulan maret sampai oktober yang curah hujannya relatif rendah. El Nino adalah gejala gangguan iklim yang
diakibatkan oleh naiknya suhu permukaan laut Samudera Pasifik sekitar
khatulistiwa bagian tengah dan timur.Naiknya suhu di Samudera Pasifik.Ini
mengakibatkan perubahan pola angin dan curah hujan yang ada di atasnya. Pada
saat normal hujan banyak turun di Australia dan Indonesia, namun akibat El Nino
ini hujan banyak turun di Samudera Pasifik sedangkan di Australia dan Indonesia
menjadi kering. Sedangkan pada bulan november sampai februari, kemungkinan
terjadi la nina karena curah hujan relatif tinggi. La Nina adalah gejala
gangguan iklim yang diakibatkan suhu permukaan laut Samudera Pasifik
dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Akibat dari La Nina adalah hujan turun
lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia. Dengan
demikian di daerah ini akan terjadi hujan lebat dan banjir di mana-mana.
Faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi curah hujan antara lain garis lintang, ketinggian tempat, arah
angin, hubungan dengan deretan pegunungan, perbedaan suhu daratan dan lautan,
dan luas daratan. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung
dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas.Hujan yang meliputi
daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung
dengan durasi cukup panjang.Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan
durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar
volume air bagaikan ditumpahkan dari langit (Suroso, 2006).
- KECEPATAN
ANGIN (KA)
Grafik 3.6 Kecepatan Angin (KA) Tiap Bulan
Pada grafik pengamatan kecepatan angin dapat
diketahui bahwa kecepatan tertinggi pada bulan Oktober dan kecepatan angin
terendah pada bulan Mei.Pada grafik terlihat bahwa kecepatan angin terlihat
berfluktuasi setiap bulannya.Perbedaan kecepatan angin diakibatkan oleh
pengaruh rotasi bumi terhadap matahari.Kecepatan angin akan berbeda pada
permukaan yang tertutup oleh vegetasi dengan ketinggian tertentu, oleh karena itu kecepatan angin dipengaruhi oleh
karakteristik permukaan yang dilaluinya.Kecepatan
angin yang ideal adalah 19-35 km/jam.Pada keadaan kecepatan angin yang tidak
kencang, serangga penyerbuk bisa lebih aktif membantu terjadinya persarian
bunga. Sedangkan pada keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran serangga
penyerbuk menjadi berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan
penangkaran benih.
- ANALISIS
KORELASI DAN REGRESI
1.
Grafik r ≈ -1
Grafik 3.8Panjang Penyinaran VS Kelembaban Udara
Dalam
analisis data bulanan diatas, hubungan
panjang penyinaran terhadap kelembapan menunjukan korelasi yang negative.
Panjang penyinaran merupakan variable peubah (x) yang akan mempengaruhi
variable peubah takbebas (y) yaitu kelembapan. Nilai korelasi adalah -0.512,
nilai tersebut mendekati -1 yang berarti kenaikan nilai peubah bebas diikuti
dengan penurunan peubah takbebasnya. Nilai regresi dari persamaan adalah -0.1013, yang berarti setiap
kenaikan 1 nilai dari PP(%) menyebabkan penurunan nilai RH(%) sebesar-0.1038.
Hubungan penurunan tersebut merupakan akibat dari pengaruh panjang
penyinaran.Panjang penyinaran dipengaruhi oleh banyaknya partikel di udara,
cair maupun padat. Semakin lembab udara makapartikel cair akan semakin banyak
yang berarti panjang penyinaran akan semakin kecil. Sebaliknya semakin jarang
partikel cair di udara maka panjang penyinaran semakin tinggi dan kelembapan
semakin rendah.Nilai korelasi yang negative juga dapat diartikan sebagai kedua
satuan memiliki hubungan berbanding terbalik.
2. Grafik r ≈ +1
Grafik 3.9 Panjang Penyinaran VS Evaporasi
Berdasarkan
data yang diperoleh, hubungan panjang penyinaran (PP) terhadap evaporasi (EV)
menunjukan korelasi yang positif.Terjadinya korelasi positif menunjukkan bahwa
kenaikan peubah bebas diikuti dengan peubah takbebasnya. Hal tersebut dapat
ditunjukkan oleh panjang penyinaran merupakan variable peubah (x) yang akan
mempengaruhi variable peubah takbebas (y) yaitu evaporasi. Hubungan antara
kedua anasir iklim ini erat dan bebanding lurus. Ketika ada kenaikan PP maka EV
juga akan mengalami kenaikan, begitu pula sebaliknya, dengan turunnya PP akan
menjadikan EV juga mengalami penurunan. Nilai korelasi adalah 0,459, sehingga
nilai tersebut mendekati 1 yang membuktikan bahwa kenaikan nilai peubah bebas
diikuti dengan kenaikan peubah takbebasnya. Nilai regresi dari persamaan adalah
27,14. Berarti setiap kenaikan 1 nilaidari PP (%) menyebabkan kenaikan nilai EV
(mm) sebesar 0,7448. Hubungan kenaikan tersebut merupakan akibat dari pengaruh
panjang penyinaran. Adanya kenaikan panjang penyinaran akan diikuti dengan
kenaikan evaporasi karena dengan semakin naiknya suhu akan menjadikan evaporasi
meningkat. Sebaliknya bila suhu semakin rendah maka evaporasi pun akan semakin
rendah pula, karena nilai korelasi yang positif memiliki hubungan berbanding
lurus.
3. Grafik r ≈ 0
Grafik 3.9
Kecepatan Angin VS Kelembaban Udara
Grafik ini mempunyai persamaan regresi sebesar y = -0,6991x + 82,553dengan nilai koreksi -0.09, nilai tersebut mendekati 0. Antara variabel KA
vs RH hampir tidak memiliki hubungan sama sekali dari setiap titik-titiknya.
Jika dilihat grafik tersebut, masing-masing ayunan saling tidak menentu antara
turun dan naiknya sehingga tidak memengaruhi kecepatan angin.
Manfaat dari data analisis klimatologi adalah penentuan masa tanam, masa
penyemprotan pupuk, penyemprotan pestisida, dll.Contohnya data curah hujan dapat digunakan
sebagai perkiraan untuk irigasi, seberapa besar jumlah air yang diperlukan saat
musim kemarau, hal ini dapat dilihat dari rata- rata curah hujan tahunan. Dapa
mengetahui pola tanam dan jenis tanaman yang akan di tanam , karena tidak semua
jenis tanaman dapat di tanam pada curah hujan tinggi atau rendah.
Adapun dari data panjang penyinaran yang
berpengaruh juga dengan suhu dan kelembaban. Pada tanaman yang paling
berpengaruh dengan radiasi sinar matahari ketika proses fotosintesis,
respirasi, transpirasi , evaporasi. Dengan adanya data lamanya panjang
penyinaran , jika tanaman diperlukan tindakan tertentu dapat dilakukan dengan
acuan data tersebut.Iklim juga akan mempengaruhi serangan hama dan penyakit ke tanaman. Pada musim kemarau hama akan berkembangbiak
dengan sangat pesat. Sebaliknya pada musim hujan , jamur dan patogen mudah
sekali menyerang tanaman di suhu yang rendah. Dari data- data yang ada kita
dapat menyiapkan strategi untuk mengendalikan
hama dan pathogen.
VI. KESIMPULAN
1.
Anasir-anasir iklim seperti Evaporasi, Kelembaban Udara, Panjang Penyinaran,
Suhu,
Kecepatan
Angin, Curah Hujan saat di lapangan akan saling mempengaruhi dan saling
berhubungan
satu sama lainnya.
2. Untuk mengetahui hubungan antar anasir-anasir iklim yang diamati dengan metode
2. Untuk mengetahui hubungan antar anasir-anasir iklim yang diamati dengan metode
Statistika (Regresi dan Korelasi)
3.Pendekatan yang dipakai unuutuk mengetahui apakah
grafik yang dihasilkan berdistribusi
normal digunakan pendekatan Regresi dengan nilai r = +1 (positif sempurna), r = 0 (tidak
ada hunbungan sama sekali), r = -1 (negatif sepurna).
4. Analisis data meteorologi sangat baik digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
4. Analisis data meteorologi sangat baik digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan
anasir-anasir iklim secara timbal balik.
5. Dari bidang meteorologi, parameter yang biasanya diukur dan diolah datanya adalah suhu
5. Dari bidang meteorologi, parameter yang biasanya diukur dan diolah datanya adalah suhu
udara,
kelembaban udara, panjang penyinaran, evaporasi, curah hujan, dan kecepatan
angin
DAFTAR PUSTAKA
Jackson, I.J. 1984. Climate, Water, and Agriculture in
Tropical. John Willey and Sons,
NewYork.
Linder,
Van der. 1981. An Input-Output Analysis with Respect to Water and It’s Load for
a
Tropical
Watershed.The Indonesia Journal of Geography, 11 (42).halaman : 19-39.
Sudjana.1991.
Teknis Analisis Regresi dan Korelasi.Tarsito. Bandung.
Suroso. 2006. Analisis Curah Hujan untuk Membuat KurvaIntensity-Duration-Frequency
(IDF) di
Kawasan RawanBanjir Kabuaten Banyumas.
Jurnak Teknik Sipil, Vol.
3,No.1. Purwakarta : Universitas Jendral
Sudirman.
Sosrodarsono. S.
1978. Hidrologi untuk Pengairan.PT. Pradnya Paramita. Bandung.
Transportation
Research Board of The National Academies 2013. Analytical Procedures for
Determining the Impacts of Reliability
Mitigation Strategies. National Academy of
Sciences.
0 comments:
Post a Comment