BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai manusia, tentu saja penyakit
bisa terus menghampiri setiap saat. Termasuk penyakit HIV/AIDS yang bisa
menjangkit setiap orang. Bahaya yang ditimbulkan HIV/AIDS menyebabkan perlunya
pendidikan bagi remaja tentang penyakit ini. Setiap orang harus tahu penyebab,
gejala, fase, dan berbagai macam hal tentang HIV/AIDS terutama remaja. Remaja
menjadi tujuan utama karena mereka paling rawan terkena penyakit ini. Di
sekolah-sekolah sudah banyak pendidikan dan pelajaran yang membahas tentang
penyakit ini, karena masih banyak anak,dan remaja yang belum mengetahui betul
tentang penyakit ini.
B.
Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis agar setiap
orang yang membacanya terutama remaja dapat mengetahui, dan memahami tentang
HIV/AIDS. Agar, mereka dapat terhindar dari HIV/AIDS yang telah merenggut
banyak nyawa, karena remaja merupakan generasi penerus bangsa yang menjadi
penentu bangsa di masa depan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena
rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh
manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
B.
Gejala dan Komplikasi
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik
seperti demam, berkeringat terutama pada
malam hari, pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan
berat badan.
1.
Penyakit Paru-Paru
Pneumonia pneumocystis jarang
dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan
tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV.
Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii.
Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan
pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya
segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih
merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun
umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per µL.
TBC merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi
lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat
(imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah
ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta
dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun, resistensi TBC terhadap
berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini.
2.
Penyakit Saluran Pencernaan
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan, yaitu jalur
makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini
terjadi karena infeksi jamur kandidiasisatau
virus herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo. Ia pun dapat
disebabkan oleh mikobakteria,
meskipun kasusnya langka.
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV
dapat terjadi karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit
yang umum seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan Escherichia coli, serta infeksi
oportunistik yang tidak umum dan virus seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex,
dan virus sitomegalo yang
merupakan penyebab kolitis.
3.
Penyakit Syaraf dan Kejiwaan
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku
karena gangguan pada syaraf neuropsychiatric sequelae, yang disebabkan
oleh infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau
sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Toksoplasmosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini
biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat
menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru.Meningitis kriptokokal
adalah infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat
menyebabkan demam, sakit kepala,
lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak
ditangani dapat mematikan.
Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang
menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf
(akson), sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya terdapat
di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika
sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS.
Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal), sehingga
biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis.
4.
Kanker dan Tumor Ganas
(Malignan)
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko
yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi
oleh virus DNA penyebab mutasi genetik yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi
(KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang
pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda
homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama
wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes Sarkoma
Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik
keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan
paru-paru.
Kanker getah bening tingkat tinggi adalah kanker yang
menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya
seperti limfoma Burkitt atau sejenisnya, diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer,
lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali
merupakan perkiraan kondisi yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda
utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi.
Kanker leher rahim pada
wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia.
C. Penyebab
1.
Penularan seksual
Penularan
HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau
cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa
pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung,
dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa
dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk
melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan
seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya
tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang
memudahkan transmisi HIV.
2.
Kontaminasi patogen
melalui darah
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan
pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme
biologis penyebab penyakit (patogen), tidak
hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis
C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab
sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik
Rakyat Tiongkok, dan Eropa Timur. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan
jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh
mengurangi risiko itu. Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja
laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang.
Jalur penularan ini dapat juga terjadi pada orang yang memberi dan menerima rajah
dan tindik tubuh.
3.
Penularan masa perinatal
Transmisi HIV dari ibu ke anak
dapat terjadi melalui rahim selama masa perinatal,
yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak
ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan
adalah sebesar 25%. Namun, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi
antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat penularannya hanya
sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat
memengaruhi risiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan
(semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4%.
D. Pencegahan
1.
Hubungan seksual
Kondom wanita adalah alternatif selain kondom laki-laki dan terbuat dari poliuretan, yang memungkinkannya untuk digunakan dengan pelumas
berbahan dasar minyak. Kondom wanita lebih besar daripada kondom laki-laki dan
memiliki sebuah ujung terbuka keras berbentuk cincin, dan didesain untuk
dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki cincin bagian dalam yang membuat
kondom tetap di dalam vagina untuk memasukkan kondom wanita, cincin ini harus
ditekan. Kendalanya ialah bahwa kini kondom wanita masih jarang tersedia dan
harganya tidak terjangkau untuk sejumlah besar wanita. Penelitian awal
menunjukkan bahwa dengan tersedianya kondom
wanita, hubungan seksual dengan pelindung secara
keseluruhan meningkat relatif terhadap hubungan seksual tanpa pelindung
sehingga kondom wanita merupakan strategi pencegahan HIV yang penting.
2.
Kontaminasi cairan tubuh
terinfeksi
Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan pengguna narkoba
untuk tidak berbagi jarum dan bahan lainnya yang diperlukan untuk mempersiapkan
dan mengambil narkoba (termasuk alat suntik, kapas bola, sendok, air pengencer
obat, sedotan, dan lain-lain). Orang perlu menggunakan jarum yang baru dan
disterilisasi untuk tiap suntikan. Informasi tentang membersihkan jarum
menggunakan pemutih disediakan oleh fasilitas kesehatan dan program penukaran jarum. Di sejumlah negara maju, jarum bersih terdapat gratis di
sejumlah kota, di penukaran jarum atau tempat penyuntikan yang aman. Banyak negara
telah melegalkan kepemilikan jarum dan mengijinkan pembelian perlengkapan
penyuntikan dari apotek tanpa perlu resep dokter.
3.
Penularan dari ibu ke
anak
Penelitian
menunjukkan bahwa obat antiretrovirus, bedah caesar, dan pemberian makanan
formula mengurangi peluang penularan HIV dari ibu ke anak. Jika pemberian makanan pengganti dapat
diterima, dapat dikerjakan dengan mudah, terjangkau, berkelanjutan, dan aman,
ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak mereka. Namun, jika
hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi, pemberian ASI eksklusif disarankan
dilakukan selama bulan-bulan pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera
mungkin.
E. Penanganan
1.
Terapi antivirus
Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi
antiretrovirus yang sangat aktif yaitu highly
active antiretroviral therapy, disingkat HAART. Terapi ini telah sangat bermanfaat
bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996,
yaitu setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor. Pilihan
terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (disebut
koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua macam bahan antiretrovirus. Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse
transcriptase inhibitor dengan protease inhibitor, atau dengan non-nucleoside reverse
transcriptase inhibitor (NNRTI).
Karena penyakit HIV lebih cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada
orang dewasa, maka rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak
daripada untuk orang dewasa. Di
negara-negara berkembang yang menyediakan perawatan HAART, seorang dokter akan
mempertimbangkan kuantitas
beban virus, kecepatan berkurangnya CD4, serta
kesiapan mental pasien, saat memilih waktu memulai perawatan awal.
2.
Penanganan eksperimental
dan saran
Beberapa penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah
pencegahan infeksi oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika menangani
pasien dengan infeksi HIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankan untuk pasien yang
belum terinfeksi virus ini dan dalam berisiko terinfeksi. Pasien yang mengalami penekanan daya
tahan tubuh yang besar juga disarankan mendapatkan terapi pencegahan untuk
pneumonia pneumosistis, demikian juga
pasientoksoplasmosisdankriptokokusmeningitis yang
akan banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi propilaktik tersebut.
Susu sapi adalah salah satu produk tepat yang bisa mencegah
penularan penyakit yang belum ada obatnya ini. Awalnya ilmuwan melihat bahwa
sapi ternyata tidak dapat terinfeksi HIV. Setelah melewati proses penelitian
yang cukup lama, ternyata para peneliti tersebut menemukan fakta kalau sapi
bisa menghasilkan antibodi yang bisa mencegah penularan HIV. Para peneliti
tersebut kemudian menyuntikkan sapi betina dengan protein HIV. Setelah sapi
melahirkan, para ilmuwan tersebut mengumpulkan kolostrum (susu pertama yang
dihasilkan setelah melahirkan). Dan ternyata kolostrum tersebut mengandung
antibodi HIV.
3.
Pengobatan alternatif
Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin dan mineral kemungkinan mengurangi
perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa, meskipun tidak ada bukti yang
menyakinkan bahwa tingkat kematian akan berkurang pada orang-orang yang
memiliki status nutrisi yang baik. Suplemen vitamin A pada anak-anak kemungkinan juga
memiliki beberapa manfaat. Pemakaian
selenium dengan dosis rutin
harian dapat menurunkan beban tekanan virus HIV melalui terjadinya peningkatan
pada jumlah CD4. Selenium dapat digunakan sebagai terapi pendamping terhadap
berbagai penanganan antivirus yang standar, tetapi tidak dapat digunakan
sendiri untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas.
Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa terapi pengobatan
alteratif memiliki hanya sedikit efek terhadap mortalitas dan morbiditas
penyakit ini, namun dapat meningkatkan kualitas hidup individu yang mengidap
AIDS. Manfaat-manfaat psikologis dari beragam terapi alternatif tersebut
sesungguhnya adalah manfaat paling penting dari pemakaiannya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan
remaja tentang HIV/AIDS sangatlah penting, sehingga perlu adanya mata pelajaran,
sosialisasi yang membahas tentang HIV/AIDS dan bahaya-bahayanya. Terlebih pada
masa atau era globalisasi seperti saat ini, remaja sudah disuguhi oleh berbagai
macam teknologi yang mempertontonkan berbagai macam hal bahkan tentang seks.
Sehingga, remaja cenderung bisa untuk meniru setiap adegan yang ada. Sedangkan
seks bebas merupakan penyebab paling besar untuk terjadi HIV/AIDS.
B. Saran
Setiap
orang haruslah peduli dengan masalah HIV/AIDS baik itu gurur, orang tua, dan
remaja itu sendiri. Sudah selayaknya hal ini diketahui oleh setiap orang agar
bisa mencegah HIV/AIDS.
0 comments:
Post a Comment