Selamat untuk teman-teman yang telah lulus dari bangku SMA dan akan masuk ke Universitas pilihannya masing-masing. Semoga kalian dapat berbahagia tanpa rasa sesal pada akhirnya karena menjadi “Maha” khususnya “Maha”siswa Pertanian. Sudah berapa kali kita dengar berita yang mengangkat kebenaran empiris kekayaan alam Indonesia begitu besar? Sudah seperti dongeng kah hal tersebut karena seakan-akan kekayaan tersebut hanya fiktif! Kekayaan ini adalah potensi yang secara nalar dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyat yang mendiami tanah tersebut. Masalah sandang, pangan, dan papan menjadi harga mati untuk tetap kokohnya sang garuda dapat terbang tinggi melebarkan sayap.
Masihkah ada harapan untuk tetap bertahan dari 3 tantangan tadi khususnya pangan, Pramoedya Ananta penulis buku Arus Balik mengatakan pemuda adalah harapan untuk masa depan. Melihat pernyataan beliau, tidak bisa kita sesuka hati membetulkan omongan tersebut. Saya kira pemuda yang dimaksud adalah pemuda yang mau mempelajari segala hal di sekitarnya tanpa melupakan akal sehat sebagai penyaring mana yang benar dan salah. Tuhan adalah maha segalanya dalam kepercayaan yang saya percayai, Tuhan mempunyai kuasa atas segala sesuatu yang ada di alam ini. Tidaklah usah kalian yang tidak percaya tuhan mempermasalahkan tuhan disini, itu hak kalian. Kita sebagai manusia yang menjalani study dengan label maha di depan pertanian, lalu apakah sifat maha yang kita miliki. Saya kira kita sebagai manusia serba terbatas, tapi kita diberikan hak dan kewajiban untuk berusaha dalam keterbatasan.
Soal pangan khususnya soal makanan pokok beras, sejak tahun REPELITA III Indonesia mengalami masa swasembada beras dengan kondisi lahan masih luas dan jumlah penduduk yang belum mencapai 100 juta. Lambat laun muncul pemikiran diversifikasi pangan untuk menurunkan ketergantungan manusia Indonesia terhadap beras, lalu muncullah wacana diversifikasi pada kalangan maha. Muncul usaha meningkatkan hasil padi dengan berbagai cara termasuk pembuatan benih unggul, cara budidaya tanaman yang diperbarukan, atau pemanfaatan lahan nonproduktif seperti lahan pasir pantai menjadi prooduktif. Ada yang lebih berat pada diversifikasi, ada yang lebih berat pada peningkatan produksi. Lalu apakah masalah diversifikasi dan produksi hanya berbicara dari sektor pertanian dari benih hingga panen?! Apakah mahasiswa pertanian hanya diajak berfikir sampai kesitu, saya kira yang saya alami adalah iya hanya sekedar itu! Kalo saya salah malah saya bersyukur berati masa depan Indonesia akan cerah karena maha pertanian belajar lebih dari sekedar itu.
Bicara soal diversifikasi bicara soal ketergantungan pada beras, variasi budidaya pada berbagai tanaman pangan adalah baik tapi tidak jadi baik kalo makanan tersebut ditolak masyarakat sejak dari pikirannya. Indonesia punya warisan pengetahuan mengenai pekarangan yang berfungsi dalam
berbagai hal termasuk pada usaha perwujudan ketahanan pangan sampaipada tingkat keluarga. kalo kita benarbenar maha, seharusnya hal tersebut adalah suatu pengetahuan yang umum sebagai maha pertanian. Walaupun saya sendiri sekarang tidak pantas disebut maha, tapi sebagai seseorang berlabel maha kita wajib membudayakan apa yang disebut budaya membaca. Perintah membaca di dalam Islam sejak awal telah diperintahkan dengan jelas, bacalah apa saja termasuk situasi maupun teks sebagai pengetahuan dan saring dengan akal sehat. Dengan budaya membaca kita menjadi tahu dari tidak tahu misalnya mengenai pemikiran Mohammad Hatta tentang koperasi yang terinspirasi dari Rochdale yang berkebangsaan Inggris sebagai founding father dari koperasi. Kita menjadi tahu tentang adanya komunitas adat kasepuhan ciptagelar dan baduy dalam yang menanam padi hanya satu tahun sekali tapi cadangan makannya 3-5 tahun. Kita menjadi tahu tentang atlantis yang banyak dirmalkan orang atltantis dulunya adalah bagian dari nusantara. Masih banyak lagi pengetahuan diluar sana yang bisa dirangkaikan menjadi bahan analisis untuk seorang maha mengambil keputusan..
Lalu sampaikanlah pikirmu melalui diskusi atau tuangkan pikiranmu agar diketahui, bukan untuk berdebat mengenai memangkan pendapat dengan ego. Tujuannya adalah untuk menyebarkan informasi, sekali lagi dengan akal sehat informasi akan terkualifikasi pada sesuatu yang pantas atau tidak pantas untuk diterima atau tidak. Maha akan berhadapan dengan manusia yang mungkin dengan taraf pendidikan rendah sampai tinggi, disini adalah masalah metode penyampaian bahasa dalam kondisi yang dihadapi. Maka apakah pantas jika seorang maha enggan menyebarkan informasi yang dapat menginspirasi atau mengilhami sesuatu ke arah yang lebih baik.
Maha yang terhormat sebagai manusia yang berpendidikan tinggi pasti punya kewajiban untuk dapat menyebarkan informasi secara lisan maupun tulisan. Maka tulislah apa yang kamu pikirkan tidak hanya dalam line, instagram, bbm, atau media sosial lainnya.
Dari uraian diatas sesuai dengan budaya HMI (himpunan mahasiswa islam) membaca, menulis, diskusi adalah metode yang tepat untuk di suburkan pada maha pertanian sekalian. Semua itu tentu tidak berguna jika tidak ada pegangan hidup yaitu Tuhan yang Maha segalanya lewat wahyu yang telah diturunkan. Diibaratkan pancasila adalah nilai dari angka 10.000 dengan 1 adalah ketuhanan yang maha esa maka jika sila 1 telah dihilangkan dalam kehidupan maka menjadi 0000 atau tak bernilai.
Yakin Usaha Sampai
0 comments:
Post a Comment