ALELOPATI TANAMAN PADA TANAMAN SAWI (Brassica chinensis L.)
Abstrak
Praktikum dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica chinensis L.). Praktikum dilakukan dengan memberikan ekstrak dari bunga cengkeh, daun kenikir, dan buah tomat pada perkecambahan biji dan tanaman sawi. Hasil praktikum menunjukkan bahwa pemberian alelopat cengkeh, kenikir, dan tomat pada tanaman menunjukkan respon yang sama antar setiap perlakuan. Perlakuan yang paling dominan memberikan efek terburuk bagi tanaman sawi adalah perlakuan cengkeh karena mengandung senyawa eugenol sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme tanaman sawi.
Kata kunci: alelopati, eugenol, sawi (Brassica chinensis L.).
I. Latar Belakang
Sawi (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis sayur yang digemari oleh masyarakat kelas bawah hingga golongan kelas atas. Potensi hasil sawi dapat mencapai 40 ton/ha, namun rata-rata hasil sawi di Indonesia hanya 9 ton/ha (Rukmana,1994 dalam Hafsah dkk, 2012). Jika bibit disemai dalam pot perkecambahan, hasilnya mencapai 89,23 ton/ha (Kalisz & Cebula, 2002 dalam Hafsah dkk, 2012). Salah satu faktor penghambat hasil sawi adalah adanya pengaruh zat alelopat dari tanaman lain.
Zat-zat alelopati suatu tumbuhan paling banyak terlokalisasi di daun. Pelepasan zat alelopati ke lingkungan secara alamiah terjadi melalui peristiwa dekomposisi seresah, eksudasi akar dan basuhan batang dan daun oleh air hujan. Pelepasan atau penarikan zat aktif juga dapat dilakukan dengan cara ekstraksi, dengan air atau pelarut organik lain yang sesuai. Teknik paling sederhana adalah dengan cara maserasi (merendam) atau dengan pemanasan (Pramiadi dan Suyitno, tt).
Perkecambahan merupakan tahap pertumbuhan embrio yang dimulai setelah penyerapan air atau imbibisi (Estiti B. Hidayat, 1999 dalam Pramiadi dan Suyitno, tt). Perkecambahan terjadi melalui beberapa tahapan meliputi imbibisi air, hidrasi organ subseluler, perubahan organisasi subseluler, embrio dan kotiledon, perubahan aktivitas fitokrom, pengaktifan enzim, sintesa enzim, penguraian cadangan makanan, pengangkutan molekul organik ke arah embrio, sintesa protein dan penyusun sel, aktivitas respirasi, pembelahan sel, pemanjangan sel, sintesa atau pengaktifan bahan pertumbuhan, diferensiasi sel, pembagian bahan metabolik baru oleh embrio, dan perubahan derajat kebutuhan oksigen dan karbondioksida (Noggle dan Fritz,1979 dalam Pramiadi dan Suyitno, tt). Perkecambahan biji dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal sepertri air, suhu, komposisi udara, cahaya dan juga zat - zat toksis yang ada dilingkungannya, termasuk pula di dalamnya zat-zat alelopati dari tumbuhan atau sisa tumbuhan di sekitarnya.
Pada umumnya konsentrasi senyawa alelopati yang berasal dari leaching daun segar jauh lebih rendah dibandingkan yang berasal dari serasah yang telah terdekomposisi. Senyawa alelopati yang bersifat racun tersebut dapat terjadi di tanah melalui beberapa cara: Eksudasi atau ekskresi dari akar, volatilasi dari daun yang berupa gas melalui stomata, larut atau leaching dari daun segar melalui air hujan atau embun, larut dari seresah yang telah terdekomposisi dan transformasi dan transformasi dari mikroorganisme tanah. Senyawa alelopati dapat dikelompokkan menjadi lima jenis yaitu: asam fenolat, koumarat, terpinoid, flafinoid, dan scopulaten (penghambat fotosintesis). Sebagian besar senyawa alelopati yang dihasilkan melalui eksudat akar adalah berupa asam fenolat( Djazuli, 2011).
Alelopati menyebabkan hambatan proses pembelahan, pemanjangan dan pembesaran sel yang berhubungan dengan pertambahan jumlah dan ukuran sel dan organ tanaman, sehingga pertumbuhan memanjang ataupun tinggi terhambat yang tercermin pada penurunan tinggi tanaman maupun daun dengan jumlah lebih sedikit dan ukuran yang lebih sempit (Kristanto, 2003). Berdasarkan penjelasan tersebut pengujian alelopati beberapa tanaman terhadap tanaman sawi (Brassica chinensis L.) perlu dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica chinensis L.).
II. Metode Percobaan
Praktikum Ekologi Tanaman acara 1 yang berjudul Alelopati Tanaman pada Tanaman Sawi (Brassica chinensis L.) dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu petridish sebanyak 4, pipet, mortir/ blender, gelas ukur, corong, erlenmeyer, TDS meter, sprayer, polibag sebanyak 4, skop, penggaris, timbangan, dan oven. Bahan yang digunakan yaitu benih sawi (Brassica chinensis L.) sebanyak 10, kertas saring, kertas koran, bibit tanaman sawi (Brassica chinensis L.) sebanyak 8, tanah, dan koran, daun kenikir, bunga cengkih, dan buah tomat.
Cara kerja dalam praktikum ini yaitu pembuatan ekstrak alelopati, penanaman di petridish, dan penanaman di rumah kaca. Dalam pembuatan ekstrak alelopati, daun kenikir, bunga cengkih, dan buah tomat dicuci, ditimbang seberat 20 gram, kemudian dipotong kecil dan dikeringkan. Setelah kering bahan tersebut dihaluskan dengan blender dan ditambahkan air hangat hingga 100 ml. Selanjutnya larutan disaring dengan kertas filter dan hasil ekstrak disimpan dalam wadah tertutup. Dalam penanaman di petridish, benih sawi diletakkan dalam petridish dengan kertas saring sebagai alas. Masing - masing petridish berisi 10 benih sawi (Brassica chinensis L.). Pada petridish pertama sebagai kontrol. Perlakuan yang diberikan yaitu disiram dengan air satu tetes per benih dengan pipet setiap hari. Pada petridish kedua, ketiga, dan keempat secara berurutan diberi perlakuan disiram satu tetes ekstrak daun kenikir, bunga cengkih, dan buah tomat dengan pipet setiap hari. Perlakuan diberikan sampai hari ketujuh. Pengamatan yang dilakukan meliputi jumlah benih yang berkecambah, panjang akar, dan panjang batang. Pada penanaman di rumah kaca polibag diisi dengan tanah sampai ¾ bagian. Kemudian masing - masing polibag ditanami 2 bibit sawi (Brassica chinensis L.). Polibag pertama sebagai kontrol yaitu disemprot air 3 kali dengan sprayer. Pada polibag kedua, ketiga, dan keempat secara berurutan disemprot ekstrak daun kenikir, bunga cengkih, dan buah tomat sebanyak 3 kali dengan sprayer. Perlakuan diberikan 2 hari sekali sampai hari ke - 21 sejak pindah tanam. Pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, luas daun, bobot segar akar dan tajuk, seta bobot kering akar dan tajuk. Pengamatan juga dilakukan pada abnormalitas pertumbuhan tanaman sawi (Brassica chinensis L.).
Praktikum ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisis data dilakukan dengan CRD dan dilanjutkan dengan DMRT 5%. Dibuat grafik dan histogram pertumbuhan yang meliputi: grafik tinggi tanaman vs hari pengamatan, histogram luas daun, grafik jumlah daun vs hari pengamatan, histogram bobot kering dan segar, histogram rasio akar/ tajuk, dan histogram GB dan IV.
III. Hasil
Tabel 1.1. Hasil pengamatan perkecambahan benih sawi (Brassica chinensis L.) pada berbagai perlakuan.
Perlakuan
|
Variabel Pengamatan
| |||
GB (%)
|
PA (cm)
|
TT (cm)
|
Rasio akar/tajuk (cm)
| |
Kontrol
|
97,5
|
6,9391
|
3,2152
|
2,160
|
Cengkih
|
30,00
|
0,05
|
0,1895
|
0,260
|
Kenikir
|
100
|
7,3090
|
4,0876
|
1,790
|
Tomat
|
92,50
|
1,0206
|
2,2592
|
0,450
|
Tabel 1.2. Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman sawi (Brassica chinensis L.) pada berbagai perlakuan.
Perlakuan
|
Variabel Pengamatan
| ||||||
PA (cm)
|
LD (cm2)
|
Rasio akar/tajuk
|
Bobot segar (gram)
|
Bobot kering (gram)
| |||
Akar
|
Tajuk
|
Akar
|
Tajuk
| ||||
Kontrol
|
15,29
|
156,39
|
0,263
|
1,16375
|
4,7912
|
0,325
|
0,6212
|
Cengkih
|
14,89
|
124,17
|
0,270
|
0,41375
|
3,4575
|
0,1225
|
0,485
|
Kenikir
|
17,81
|
186,39
|
0,328
|
0,885
|
4,8912
|
0,2712
|
0,6512
|
Tomat
|
22,59
|
215,00
|
0,373
|
1,915
|
7,1237
|
0,7012
|
0,2712
|
Tabel 1.3. Hasil pengamatan jumlah daun sawi (Brassica chinensis L.) pada berbagai perlakuan setelah pindah tanam.
Perlakuan
|
Hari ke -
| ||||||||||
1
|
3
|
5
|
7
|
9
|
11
|
13
|
15
|
17
|
19
|
21
| |
Kontrol
|
2,5
|
3,12
|
3,5
|
4
|
4,37
|
4,87
|
5,37
|
5
|
5,12
|
6,37
|
6,37
|
Cengkeh
|
2,5
|
3
|
3,62
|
4,25
|
4,62
|
5
|
4,87
|
4,62
|
5,12
|
5,62
|
5,5
|
Kenikir
|
2,5
|
2,87
|
3,62
|
3,875
|
3,87
|
4,75
|
5,37
|
5,25
|
5,87
|
5,87
|
6,12
|
Tomat
|
2,87
|
3,25
|
3,87
|
4,125
|
4,87
|
5,12
|
5,5
|
6
|
6,12
|
6,62
|
6,37
|
Tabel 1.4. Hasil pengamatan tinggi tanaman (cm) sawi (Brassica chinensis L.) pada berbagai perlakuan setelah pindah tanam.
Perlakuan
|
Hari ke -
| ||||||||||
1
|
3
|
5
|
7
|
9
|
11
|
13
|
15
|
17
|
19
|
21
| |
Kontrol
|
1,56
|
1,85
|
3,72
|
2,23
|
2,6
|
2,88
|
2,89
|
2,64
|
3
|
2,34
|
2,88
|
Cengkeh
|
1,49
|
1,64
|
3,82
|
2,08
|
2,63
|
2,59
|
2,87
|
2,46
|
2,61
|
2,52
|
2,32
|
Kenikir
|
1,84
|
2,19
|
3,98
|
2,45
|
2,73
|
2,83
|
2,77
|
2,84
|
2,96
|
2,68
|
3,13
|
Tomat
|
1,71
|
2,01
|
2,26
|
2,23
|
2,54
|
2,86
|
2,94
|
2,6
|
2,84
|
2,35
|
2,81
|
IV. Pembahasan
Alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan. Dalam Rohman (2001) disebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji). Senyawa-senyawa tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu melalui penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati.
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah artemisia, eucalyptus, dan salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar. Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam - asam benzoat, sinamat, dan fenolat. Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian - bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini. Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel - sel pada bagian - bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa - senyawa kimia yang ada di dalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya. Selain melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman yaitu: senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa alelopati menghambat pertumbuhan dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, senyawa alelopati dapat menghambat respirasi akar, senyawa alelopati dapat menghambat sintesis protein, senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan, dan senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
Dari gaya berkecambah yang ditunjukkan maka diketahui bahwa alelopat merupakan senyawa yang mempunyai sifat selektif dalam menghambat perkecambahan tanaman. Senyawa alelopat dari cengkeh, kenikir, dan tomat memiliki kemampuan menghambat perkecambahan yang berbeda.
Gambar 1.1. Histogram gaya berkecambah tanaman sawi (Brassica chinensis L.) pada berbagai perlakuan.
Pada pengamatan laboratorium, didapatkan hasil yang signifikan respon benih sawi terhadap alelopat dari cengkeh, kenikir, dan tomat. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tanaman sawi memberikan respon negatif terhadap ekstrak cengkeh. Ini karena tidak ada benih sawi yang tumbuh pada perlakuan cengkeh. Secara berurutan, respon biji sawi paling buruk terhadap alelopat cengkeh, tomat, kemudian kenikir. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa baik nilai gaya berkecambah dipengaruhi oleh alelopat cengkeh, tomat, dan kenikir. Urutan ini didasarkan atas tingkat gangguan yang dihasilkan yaitu cengkeh - tomat -kenikir dapat menurunkan nilai GB. Alelopati dari cengkeh sangat menghambat perkecambahan, hal tersebut dikarenakan senyawa alelokimia yang terkandung pada ekstrak cengkeh akan menghambat pertumbuhan panjang akar dan panjang tajuk sawi saat masa perkecambahan. Senyawa alelopati akan menghambat pertumbuhan akar karena terhambatnya permeabilitas membran di dalam akar.
Gambar 1.2. Grafik indeks vigor tanaman sawi (Brassica chinensis L.) pada berbagai perlakuan.
Dapat dilihat bahwa alelopati cengkeh, kenikir, maupun tomat juga mempengaruhi indeks vigor tanaman. Pada tanaman sawi, cengkeh dan tomat memberikan pengaruh yang sama. Terlihat bahwa sawi cukup bertahan dengan perlakuan kenikir. Pada perlakuan kenikir, nilai indeks vigor terus meningkat hingga hari kedua. Pada hari kedua indeks vigor menurun. Ini karena daun kenikir mengandung saponin, flavonoida polifenol, dan minyak atsiri. Akarnya mengandung hidroksieugenol dan koniferil alkohol. Zat - zat tersebut dapat menghambat perkecambahan karena aktivitas enzim di dalam biji tidak optimal. Berbeda dengan cengkeh dan tomat, kedua alelopat itu dapat secara kontinyu tidak menaikkan nilai indeks vigor sama sekali. Hal ini disebabkan karena ekstrak cengkeh menghambat penyerapan air oleh biji sehingga proses imbibisi terhambat.
Pada konsentrasi tertentu senyawa alelokimia dapat menghambat dan mengurangi hasil pada proses-proses utama tumbuhan. Hambatan tersebut misalnya terjadi pada pembentukan asam nukleat, protein, dan ATP. Jumlah ATP yang berkurang dapat menekan hampir seluruh proses metabolisme sel, sehingga sintesis zat-zat lain yang dibutuhkan oleh tumbuhan pun akan berkurang (Rice, 1984 cit. Salisbury and Ross, 1992 cit. Senjaya dan Wahyu, 2007). Masuknya senyawa allelopati bersama air ke dalam biji akan menghambat induksi hormon pertumbuhan seperti asam giberelin (GA) dan asam indolasetat (IAA) (Yuliani, 2000 cit. Senjaya dan Wahyu, 2007). Dengan dihambatnya sintesis giberelin maka tidak akan terjadi pemacuan enzim α-amilase, akibatnya proses hidrolisis pati menjadi glukosa di dalam endosperma atau kotiledon berkurang. Pada gilirannya jumlah glukosa yang dapat dikirim ke titik-titik tumbuh lebih sedikit (Rice, 1984 cit. Senjaya dan Wahyu, 2007). Berkurangnya komponen makromolekul mengakibatkan terhambatnya sintesis protein yang juga akan berakibat pada terhambatnya sintesis protoplasma (Yuliani, 2000 dalam Senjaya dan Wahyu, 2007). Oleh karena itu, proses pembelahan dan pemanjangan sel terhambat, yang berakibat pada terhambatnya proses perkecambahan dan pertumbuhan. Bahkan, walaupun terjadi proses perkecambahan banyak kecambah yang tidak normal atau cacat (Einhellig, 1986 dalam Yuliani, 2000 dalam Senjaya dan Wahyu, 2007).
Mekanisme pengaruh alelopat (khususnya yang menghambat) terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sasaran melalui proses yang diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon lainnya, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran.
Gambar 1.3. Grafik tinggi tanaman sawi (Brassica chinensis L.) pada berbagai perlakuan.
Penghambatan pertumbuhan oleh alelopati berdampak pada tinggi tanaman sawi. Perubahan tinggi tanaman pada hari kesatu sampai hari kelima terlihat semakin bertambah. Tetapi pemberian alelopati menghambat pertumbuhan tinggi tanaman secara signifikan mulai hari kelima. Alelopati cengkeh, kenikir, dan tomat menghambat pertumbuhan pucuk tanaman sawi. Zat eugenol dari ekstrak cengkeh menyebabkan lapisan epidermis daun mengalami kerusakan.
Gambar 1.4. Grafik jumlah daun tanaman sawi (Brassica chinensis L.) pada berbagai perlakuan.
Alelopati dari ekstrak kenikir dan tomat tidak berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman sawi. Tetapi alelopati dari ekstrak cengkeh menghambat pertumbuhan jumlah daun. Pada hari ke-13 terjadi penurunan jumlah daun, hal ini disebabkan karena alelopat cengkeh menghambat proses fotosintesis. Ekstrak cengkeh bersifat panas dan menutupi lubang stomata pada daun. Hal ini menyebabkan kemampuan daun dalam menyerap karbondioksida terhambat sehingga berdampak pada proses fotosintesis.
Gambar 1.5. Histogram luas daun tanaman sawi (Brassica chinensis L.) pada berbagai perlakuan.
Alelopat dari cengkeh, kenikir, dan toamt dapat mengurangi luas daun tanaman sawi. Penurunan luas daun ini disebabkan oleh adanya penurunan jumlah daun. Selain itu, senyawa eugenol dari cengkeh, coumarin dari tomat, dan saponin dari kenikir merusak jaringan pada daun yang menyebabkan terjadinya klorosis pada daun.
Gambar 1.6. Histogram rasio akar/ tajuk tanaman sawi (Brassica chinensis L.) pada berbagai perlakuan.
Zat eugenol pada cengkeh menyebabkan penyerapan air dan unsur hara oleh akar terhambat. Hal ini menyebabkan proses fotosintesis oleh tanaman sawi juga terhambat. Hasil fotosintat yang rendah menyebabkan pertumbuhan akar menjadi terhambat sehingga berdampak pada rendahnya nilai rasio akar/ tajuk tanaman sawi. Zat alelopat cengkeh yang bersifat panas juga menghambat pertumbuhan serabut-serabut akar.
Gambar 1.7. Histogram bobot segar - bobot kering akar tanaman sawi (Brassica chinensis L.) pada berbagai perlakuan.
Terhambatnya penyerapan CO2 dan sinar matahari oleh daun menyebabkan asimilat yang dihasilkan tanaman sawi menjadi rendah. Terutama pada alelopat eugenol dari cengkeh menunjukkan penurunan yang drastis terhadap bobot keringnya. Hal tersebut disebabkan karena terhambatnya proses fotosintesis. Translokasi fotosintat keseluruh organ tanaman juga terhambat sehingga bobot kering yang dihasilkan rendah.
Gambar 1.8. Histogram bobot segar - bobot kering tajuk tanaman sawi (Brassica chinensis L.) pada berbagai perlakuan.
Dari hasil pengamatan tanaman sawi dengan empat jenis perlakuan, dapat diketahui respon sawi terhadap berbagai perlakuan melalui beberapa variabel. Dapat diketahui dari variabel tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar akar, dan berat kering akar tanaman sawi ternyata menunjukkan respon yang berbeda nyata antar perlakuan yang diberikan. Ini ditunjukkan dari nilai P value yang kurang dari 0,05. Walaupun begitu, variabel berat segar tajuk dan kering tajuk ternyata menunjukkan hasil yang berbeda dari variabel lainnya. Baik berat segar dan kering tajuk justru tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa perlakuan pemberian alelopat cengkeh, kenikir, maupun tomat ternyata tidak terlalu mempengaruhi aktivitas tajuk tanaman sawi. Tapi mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar akar dan berat kering akar.
Dari hasil analisis varian dapat semakin diketahui bahwa ternyata pemberian keempat perlakuan alelopat cengkeh, kenikir, tomat, kontrol pada tanaman menunjukkan respon yang sama antar setiap perlakuan. Respon yang sama ini dilihat dari variabel berat segar akar. Berbeda dengan berat segar tanaman yang menunjukkan respon berbeda terhadap perlakuan cengkeh saja. Begitu juga dengan berat kering tanaman. Dari sini dapat diketahui bahwa cengkeh cukup mempengaruhi aktivitas tanaman secara umum dalam pembentukan asimilat tapi tidak dengan aktivitas akar karena semua perlakuan pada tanaman tidak memberikan respon yang berbeda nyata pada akar tanaman. Cengkeh mempunyai pengaruh yang cukup besar karena senyawa alelopat khususnya dari cengkeh akan mempengaruhi proses metabolisme seperti mengubah permeabilitas membran dan penyerapan ion, menghambat transport elektron dalam fotosintesis dan respirasi, mengubah aktifitas enzim, menghambat pembelahan sel, perpanjangan dan pembesaran sel, menurunkan kemampuan dalam menyerap air dan unsure hara terlarut (Imatomi, et al. 2013).
Penurunan permeabilitas sel akibat alelopati menjadikan sel tidak elastis sehingga menghambat lalu lintas air dan hara terlarut melewati membrane sel. Devlin dan Witham (1983) cit. Kristanto (2006) menyebutkan bahwa permiabilitas sel yang menurun menyebabkan hambatan lewatnya air dan hara terlarut. Hambatan tersebut terjadi pada saat proses penyerapan unsur hara yaitu masuknya air dan hara terlarut ke sel akar maupun transportasi unsur hara dan hasil fotosintesis diantara sel-sel jaringan pengangkut dalam tanaman.
Sastroutomo (1991) cit. Kristanto (2006) menambahkan bahwa alelopati menghambat pembelahan sel yang selanjutnya menghambat pertumbuhan, baik memanjang ataupun kesamping, menurunkan kandungan klorofil daun, menghambat transport elektron, transfer energi dan penerimaan elektron sehingga menyebabkan hambatan reaksi-reaksi fotosintesis. Kemampuan fotosintesis yang menurun akan diikuti penurunan laju pertumbuhan relatif yang mencerminkan laju akumulasi bahan kering tanaman sehingga akan terlihat pada penurunan produksi bahan kering hijauan sehingga tanaman lebih pendek dan kerdil. Hambatan penyerapan air dan kemampuan akar tanaman yang tidak dapat berkembang menyebabkan hambatan proses fotosintesis, karena air merupakan bahan baku fotosintesis.
Penerapan alelopati dalam pertanian secara garis besar adalah untuk mengendalikan gulma dan penyakit menggunakan bahan yang berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme. Penggunaan pestisida yang berasal dari tumbuhan bersifat relatif aman, karena berbeda dengan bahan kimia sintetis, bahan alami mudah terurai sehingga tidak akan meninggalkan residu di tanah atau air, dan oleh karena itu tidak menimbulkan pencemaran. Penanaman tanaman produksi maupun non-produksi yang alelopatik terhadap gulma atau patogen dapat dimanfaatkan sebagai herbisida organik.
V. Kesimpulan
Pengaruh alelopat terhadap tanaman sawi dapat diketahui dengan menguji daya kecambah, indeks vigor, rasio tajuk dan akar, serta luas daun. Pemberian empat perlakuan alelopat cengkeh, kenikir, tomat, kontrol pada tanaman menunjukkan respon yang sama antar setiap perlakuan. Perlakuan yang paling dominan memberikan efek terburuk bagi tanaman sawi adalah perlakuan cengkeh karena mengandung senyawa eugenol sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme tanaman sawi.
Daftar Pustaka
Djazuli, M. 2011. Alelopati Pada Beberapa Tanaman Perkebunan dan teknik pengendalian serta prospek pemanfaatannya. Review Penelitian Tanaman Industri Perspektif. 10: 45-51
Estiti B Hidayat. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB.
Hafsah, Siti., U. M. Abduh, dan N. C. Mutia. 2012. Efek alelopati Ageratum conyzoides terhadap pertumbuhan sawi. Jurnal Floratek 8: 18 - 24
Imatomi, M., 1, P. Novaes, and S. C. J. Gualtieti. 2013. Interspecific variation in the allelopathic potential of the family Myrtaceae. Journal Acta Botanica Brasilica 27: 54 -61
Kalisz, A & S. Cebula. 2002. The effect of transplant production method on the yield and quality of some chinese cabbage (Brassica pekinensis Rupr). Cultivars Grown For Auntumn Harvest. <http://ptno.ogr.ar.krakow.pl/Wy dawn/FoliaHorticulturae/Spisy/F H2002/Abstract14022002/fh140 2abstract04.htm> (diakses 10 Oktober 2010).
Kristanto, A. 2006. Perubahan karakter tanaman jagung (Zea mays l.) akibat alelopati dan persaingan teki (Cyperus rotundus l.). J. Indon. Trop. Anim. Agric. 31 : 189 - 194
Noggle, G.R & Fritz, G. J.1979. Introductory Plant Physiology. New Delhi: Printice Hall.
Pramiadi, Drajat dan Suyitno. Uji daya alelopati ekstrak daun kleresede (Gliricidia sp) melalui bioassay perkecambahan dengan biji sawi (Brassica sp) dan biji bayam (Amaranthus sp). Seminar Nasional dalam rangka Dies UNYke 44 di FPMIPA - UNY.
Rohman, Fatchur. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rice, E. L. 1984. Allelopathy. Academic Press, Inc. London.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Patsai & Sawi. Kanisius. Yogyakarta.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. Wardsworth Publishing Company. California.
Senjaya, Y. A. dan W. Surakusumah. 2007. Potensi ekstrak daun pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) sebagai bioherbisida penghambat perkecambahan Echinochloa colonum L. dan Amaranthus viridis. Jurnal Perennial 4:1-5
Yuliani. 2000. Pengaruh alelopati kamboja (Plumeria acuminata W. T. Ait.) terhadap perkecambahan biji dan pertumbuhan kecambah Celosia argentea L. CHIMERA, Jurnal Biologi dan Pengajarannya. Universitas Negeri Malang. Malang.
Lampiran
Sawi perlakuan kenikir Sawi perlakuan kontrol
Sawi perlakuan tomat Sawi perlakuan cengkeh
Sawi berbagai perlakuan Sawi berbagai perlakuan
0 comments:
Post a Comment